Kebakaran Gunung Guntur di Garut Meluas
A
A
A
GARUT - Kebakaran lahan di Gunung Guntur, Garut, Jawa Barat meluas. Semula, petugas menerima informasi lahan yang terbakar seluas 3 hektar.
"Saat ini lahan yang terbakar mencapai 30 hektar. Keadaannya masih terbakar, belum padam," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Garut Dadi Zakaria.
Lahan yang terbakar terletak di Blok Citiis, sebuah kawasan yang memiliki kemiringan curam.
"Penyebab meluasnya kebakaran ini bisa disebabkan oleh tiupan angin, bisa juga karena alang-alang yang kering di musim kemarau mudah terbakar. Sehingga api dapat dengan mudah terbakar," jelasnya. (Baca: Gunung Guntur Terbakar, Puluhan Pendaki Terjebak)
Petugas BKSDA, tambah Dadi, tengah berupaya memadamkan api dengan menyiapkan pompa untuk mengatasi kebakaran. Upaya lain adalah menyekat api dengan dibantu masyarakat.
"Untuk pemadaman, teman-teman dari BKSDA sudah berupaya, di antaranya menyiapkan pompa," imbuhnya.
Hingga kini, belum diketahui penyebab pasti kebakaran lahan di Gunung Guntur. Kebakaran lahan pada salah satu gunung api aktif di Garut ini memang rawan terjadi pada setiap musim kemarau.
Beberapa waktu lalu, pihak BKSDA sempat melakukan investigasi terkait sejumlah kebakaran lahan yang melanda gunung ini pada 2014 lalu.
Kepala Seksi BKSDA Wilayah V Jawa Barat Toni Ramdani mengatakan, hasil investigasi yang dilakukan ternyata cukup mengejutkan.
Pasalnya, kebakaran yang kerap terjadi di Gunung Guntur bukan akibat faktor alami, melainkan disengaja oleh perbuatan manusia.
"Indikasi kebakaran secara alami di tahun 2014 tidak ada sama sekali. Yang ada, kebakaran terjadi secara disengaja dan tidak disengaja," ucapnya.
Toni menerangkan, tidak disengaja dalam sebuah kejadian kebakaran contohnya ada orang yang membuang puntung rokok sembarang dan pembersihan ladang dengan cara dibakar sehingga terjadi loncatan api.
Hal ini dikarenakan posisi kawasan sangat rentan dengan batas kawasan dengan lahan milik masyarakat.
"Tidak adanya pembatas antara lahan milik dengan kawasan menjadi salah satu penyebab utamanya. Kebakaran memang tidak selalu terjadi setiap tahun meski kemarau melanda," pungkasnya.
"Saat ini lahan yang terbakar mencapai 30 hektar. Keadaannya masih terbakar, belum padam," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Garut Dadi Zakaria.
Lahan yang terbakar terletak di Blok Citiis, sebuah kawasan yang memiliki kemiringan curam.
"Penyebab meluasnya kebakaran ini bisa disebabkan oleh tiupan angin, bisa juga karena alang-alang yang kering di musim kemarau mudah terbakar. Sehingga api dapat dengan mudah terbakar," jelasnya. (Baca: Gunung Guntur Terbakar, Puluhan Pendaki Terjebak)
Petugas BKSDA, tambah Dadi, tengah berupaya memadamkan api dengan menyiapkan pompa untuk mengatasi kebakaran. Upaya lain adalah menyekat api dengan dibantu masyarakat.
"Untuk pemadaman, teman-teman dari BKSDA sudah berupaya, di antaranya menyiapkan pompa," imbuhnya.
Hingga kini, belum diketahui penyebab pasti kebakaran lahan di Gunung Guntur. Kebakaran lahan pada salah satu gunung api aktif di Garut ini memang rawan terjadi pada setiap musim kemarau.
Beberapa waktu lalu, pihak BKSDA sempat melakukan investigasi terkait sejumlah kebakaran lahan yang melanda gunung ini pada 2014 lalu.
Kepala Seksi BKSDA Wilayah V Jawa Barat Toni Ramdani mengatakan, hasil investigasi yang dilakukan ternyata cukup mengejutkan.
Pasalnya, kebakaran yang kerap terjadi di Gunung Guntur bukan akibat faktor alami, melainkan disengaja oleh perbuatan manusia.
"Indikasi kebakaran secara alami di tahun 2014 tidak ada sama sekali. Yang ada, kebakaran terjadi secara disengaja dan tidak disengaja," ucapnya.
Toni menerangkan, tidak disengaja dalam sebuah kejadian kebakaran contohnya ada orang yang membuang puntung rokok sembarang dan pembersihan ladang dengan cara dibakar sehingga terjadi loncatan api.
Hal ini dikarenakan posisi kawasan sangat rentan dengan batas kawasan dengan lahan milik masyarakat.
"Tidak adanya pembatas antara lahan milik dengan kawasan menjadi salah satu penyebab utamanya. Kebakaran memang tidak selalu terjadi setiap tahun meski kemarau melanda," pungkasnya.
(nag)