Teknologi Komunikasi Mengubah Cara Bersilaturahmi
A
A
A
KEMAJUAN teknologi komunikasi telah mengubah cara manusia berinteraksi, termasuk ketika bersilaturahmi saat hari raya Idul Fitri.
Melalui berbagai layanan komunikasi dan jejaring sosial, semua pesan atau ucapan dapat disampaikan secara cepat, serentak, dan cenderung seragam.
Rizki Darsid, 26, warga Marelan, Medan, mengaku, selalu menggunakan teknologi komunikasi untuk mengucapkan selamat Lebaran atau permohonan maaf lahir batin saat hari raya Idul Fitri. Telepon selular (Ponsel) dan jejaring sosial dimaksimalkan untuk bersilaturahmi dengan seluruh kerabat dan sahabatnya.
“Saya gunakan BlackBerry dan jejaring sosial untuk menyampaikan itu semua. Sekali tekan, semua tersampaikan. Jadi, lebih praktis daripada harus didatangi satu per satu,” akunya. Fenomena seperti itu sudah biasa. Kemudahan tersebut membuat kita nyaman membangun silaturahmi memanfaatkan teknologi komunikasi. Jadi teknologi komunikasi bisa juga menjadi sarana silaturahmi. Begitu juga dengan jejaring sosial, mendekatkan dengan seluruh anggota komunitas kita.
Dosen Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi (Fasilkom dan TI) Universitas Sumatera Utara (USU) Dani Gunawan mengatakan, kondisi saat ini, tak bisa lagi dipisahkan dengan teknologi komunikasi. Harus diakui, teknologi komunikasi sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat saat ini. “Dengan teknologi komunikasi itu silaturahmi tak terbatas pada ruang dan waktu. Dengan teknologi komunikasi jalinan silaturahmi jadi praktis, murah, dan hemat waktu,” katanya.
Dani mencontohkan, dahulu untuk mengucapkan selamat Lebaran kepada saudara yang jauh, harus menulis kartu lebaran. Sekarang, cukup menggunakan video call dan bisa langsung berinteraksi dengan saudara yang jauh. “Teknologi jejaring sosial sekarang ini sangat memadai. Fasilitasnya lengkap, tinggal kita memilih apa yang dicari. Ada video call, yang mendekatkan yang jauh. Itulah fungsi teknologi, membantu dan mempermudah manusia,” ujarnya.
Memang, tak bisa dipungkiri teknologi mempermudah silaturahmi, tetapi bertemu secara fisik tetap tidak dapat digantikan. Kehadiran telepon pintar atau situs jejaring sosial sebaiknya dianggap adalah unsur pelengkap saja. Saling berkirim ucapan tidak bisa menggantikan pertemuan yang penuh kehangatan. Dani mengakui, jika kemajuan dan kecanggihan teknologi dan jejaring sosial saat ini, tak bisa mengantikan sentuhan humanis saat silarutahmi pada hari raya Lebaran, seperti berjabat tangan, senyum sapa, dan tatap muka.
“Memang teknologi tak terbatas ruang dan waktu, tapi tatap muka secara langsung, itu yang tidak bisa tergantikan,” akunya. Sementara itu, Dosen Sosiologi Universitas Negeri medan (Unimed) Muhammad Iqbal mengakui, kemajuan teknologi komunikasi telah mengubah cara berinteraksi masyarakat, termasuk menjalin silaturahmi. Silaturahmi tak lagi harus bertatap muka dan berjabat tangan serta mengucapkan saling memohon maaf. Cukup dengan gerakan jemari lincah di ponsel atau smartphone merangkai sebuah kalimat, berisikan permohonan maaf dan mengucapkan Selama Idul Fitri, lalu dishare.
“Sebagaimana kita ketahui perkembangan teknologi dan informasi turut serta mengubah perilaku orang dalam melakukan relasi sosialnya, seperti bersilaturahmi di sosial media. Teknologi benar-benar berperan dalam memberikan kemudahan sekaligus mengubah norma-norma yang dulunya dianggap tinggi,” tutur Iqbal.
Iqbal mengakui, kondisi saat ini telah terjadinya pergeseran pola bersilaturahmi dari pertemuan langsung dan melalui berbagai fasilitas komunikasi atau jejaring sosial. Dulu bersilaturahmi dilakukan dengan cara saling mengunjungi, bertatap muka, dan ada sentuhan, seperti bersalaman, merangkul, dan sebagainya, sehingga penuh kehangatan dan penuh kekeluargaan.
Namun, saat ini, bersilaturahmi maupun sekedar mengucapkan selamat hari raya cukup melalui berbagai layanan komunikasi, seperti layanan pesan singkat, BBM, Skype, Whatsapp, Twitter, Line, dan lainnya. Secara sosologi, lanjutIqbal, fenomena ini dapat dikatakan sebagai gejala masyarakat modern yang lebih menggunakan informasi dan teknologi sebagai sarana berinteraksi dalam kehidupannya. Penggunaannya beragam, mulai dari anak-anak, dewasa, hingga orang tua, kelas atas dan kelas menengah.
“Keterjangkauan seluruh lapisan dalam melakukan relasi sosial ini tidak hanya pada cakupan yang lebih kecil bahkan dapat dilakukan secara global pula. Hal ini menandakan media sosial sebagai pengganti realitas sesunggunhya bagi orang-orang saat ini,” jelas Iqbal. Nah, di balik itu semua, Iqbal melihat adanya kelebihan dan kekurangan dari masing-masing aspek.Adapun kelemahan dalam berinteraksi di media sosial adalah keintiman dan kehangatan tidak dapat dirasakan secara langsung. Hal ini dikarenakan tidak adanya terjadi sentuhan atau kontak fisik secara langsung.
Berinteraksi di media sosial hanya berupa tanda-tanda, seperti teks, gambar, poto, video, dan sebagainya yang menekankan simbol-simbol dan suara. Sementara itu, keuntungan bagi orang-orang yang menggunakan media sosial dalam bersilaturahmi adalah dapat menjangkau siapa saja, lebih ringkas, efektif, dan dapat dilakukan secara realtime.
Oleh karenanya keuntungan dan kelemahan dapat terjadi ketika orang melakukan relasi di media sosial. Dengan pola interaksi tatap muka tidak dapat tergantikan dan ia menjadi suatu hal yang krusial dalam membentuk pola hubungan. Namun, bagi orang-orang yang merasa dibatasi oleh jarak dan waktu, pemanfaatan media sosial kiranya dapat menjadi suatu pilihan yang baik dalam melakukan relasi sosialnya tanpa mengurangi subtansi dalam berinteraksi.
“Bagaimanapun juga berintekasi secara langsung lebih baik karena menimbulkan kontak dan komunikasi secara langsung. Selain itu, kehangatan dan keintiman dalam melakukan hubungan lebih dirasakan,” pungkasnya.
Haris dasril
Melalui berbagai layanan komunikasi dan jejaring sosial, semua pesan atau ucapan dapat disampaikan secara cepat, serentak, dan cenderung seragam.
Rizki Darsid, 26, warga Marelan, Medan, mengaku, selalu menggunakan teknologi komunikasi untuk mengucapkan selamat Lebaran atau permohonan maaf lahir batin saat hari raya Idul Fitri. Telepon selular (Ponsel) dan jejaring sosial dimaksimalkan untuk bersilaturahmi dengan seluruh kerabat dan sahabatnya.
“Saya gunakan BlackBerry dan jejaring sosial untuk menyampaikan itu semua. Sekali tekan, semua tersampaikan. Jadi, lebih praktis daripada harus didatangi satu per satu,” akunya. Fenomena seperti itu sudah biasa. Kemudahan tersebut membuat kita nyaman membangun silaturahmi memanfaatkan teknologi komunikasi. Jadi teknologi komunikasi bisa juga menjadi sarana silaturahmi. Begitu juga dengan jejaring sosial, mendekatkan dengan seluruh anggota komunitas kita.
Dosen Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi (Fasilkom dan TI) Universitas Sumatera Utara (USU) Dani Gunawan mengatakan, kondisi saat ini, tak bisa lagi dipisahkan dengan teknologi komunikasi. Harus diakui, teknologi komunikasi sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat saat ini. “Dengan teknologi komunikasi itu silaturahmi tak terbatas pada ruang dan waktu. Dengan teknologi komunikasi jalinan silaturahmi jadi praktis, murah, dan hemat waktu,” katanya.
Dani mencontohkan, dahulu untuk mengucapkan selamat Lebaran kepada saudara yang jauh, harus menulis kartu lebaran. Sekarang, cukup menggunakan video call dan bisa langsung berinteraksi dengan saudara yang jauh. “Teknologi jejaring sosial sekarang ini sangat memadai. Fasilitasnya lengkap, tinggal kita memilih apa yang dicari. Ada video call, yang mendekatkan yang jauh. Itulah fungsi teknologi, membantu dan mempermudah manusia,” ujarnya.
Memang, tak bisa dipungkiri teknologi mempermudah silaturahmi, tetapi bertemu secara fisik tetap tidak dapat digantikan. Kehadiran telepon pintar atau situs jejaring sosial sebaiknya dianggap adalah unsur pelengkap saja. Saling berkirim ucapan tidak bisa menggantikan pertemuan yang penuh kehangatan. Dani mengakui, jika kemajuan dan kecanggihan teknologi dan jejaring sosial saat ini, tak bisa mengantikan sentuhan humanis saat silarutahmi pada hari raya Lebaran, seperti berjabat tangan, senyum sapa, dan tatap muka.
“Memang teknologi tak terbatas ruang dan waktu, tapi tatap muka secara langsung, itu yang tidak bisa tergantikan,” akunya. Sementara itu, Dosen Sosiologi Universitas Negeri medan (Unimed) Muhammad Iqbal mengakui, kemajuan teknologi komunikasi telah mengubah cara berinteraksi masyarakat, termasuk menjalin silaturahmi. Silaturahmi tak lagi harus bertatap muka dan berjabat tangan serta mengucapkan saling memohon maaf. Cukup dengan gerakan jemari lincah di ponsel atau smartphone merangkai sebuah kalimat, berisikan permohonan maaf dan mengucapkan Selama Idul Fitri, lalu dishare.
“Sebagaimana kita ketahui perkembangan teknologi dan informasi turut serta mengubah perilaku orang dalam melakukan relasi sosialnya, seperti bersilaturahmi di sosial media. Teknologi benar-benar berperan dalam memberikan kemudahan sekaligus mengubah norma-norma yang dulunya dianggap tinggi,” tutur Iqbal.
Iqbal mengakui, kondisi saat ini telah terjadinya pergeseran pola bersilaturahmi dari pertemuan langsung dan melalui berbagai fasilitas komunikasi atau jejaring sosial. Dulu bersilaturahmi dilakukan dengan cara saling mengunjungi, bertatap muka, dan ada sentuhan, seperti bersalaman, merangkul, dan sebagainya, sehingga penuh kehangatan dan penuh kekeluargaan.
Namun, saat ini, bersilaturahmi maupun sekedar mengucapkan selamat hari raya cukup melalui berbagai layanan komunikasi, seperti layanan pesan singkat, BBM, Skype, Whatsapp, Twitter, Line, dan lainnya. Secara sosologi, lanjutIqbal, fenomena ini dapat dikatakan sebagai gejala masyarakat modern yang lebih menggunakan informasi dan teknologi sebagai sarana berinteraksi dalam kehidupannya. Penggunaannya beragam, mulai dari anak-anak, dewasa, hingga orang tua, kelas atas dan kelas menengah.
“Keterjangkauan seluruh lapisan dalam melakukan relasi sosial ini tidak hanya pada cakupan yang lebih kecil bahkan dapat dilakukan secara global pula. Hal ini menandakan media sosial sebagai pengganti realitas sesunggunhya bagi orang-orang saat ini,” jelas Iqbal. Nah, di balik itu semua, Iqbal melihat adanya kelebihan dan kekurangan dari masing-masing aspek.Adapun kelemahan dalam berinteraksi di media sosial adalah keintiman dan kehangatan tidak dapat dirasakan secara langsung. Hal ini dikarenakan tidak adanya terjadi sentuhan atau kontak fisik secara langsung.
Berinteraksi di media sosial hanya berupa tanda-tanda, seperti teks, gambar, poto, video, dan sebagainya yang menekankan simbol-simbol dan suara. Sementara itu, keuntungan bagi orang-orang yang menggunakan media sosial dalam bersilaturahmi adalah dapat menjangkau siapa saja, lebih ringkas, efektif, dan dapat dilakukan secara realtime.
Oleh karenanya keuntungan dan kelemahan dapat terjadi ketika orang melakukan relasi di media sosial. Dengan pola interaksi tatap muka tidak dapat tergantikan dan ia menjadi suatu hal yang krusial dalam membentuk pola hubungan. Namun, bagi orang-orang yang merasa dibatasi oleh jarak dan waktu, pemanfaatan media sosial kiranya dapat menjadi suatu pilihan yang baik dalam melakukan relasi sosialnya tanpa mengurangi subtansi dalam berinteraksi.
“Bagaimanapun juga berintekasi secara langsung lebih baik karena menimbulkan kontak dan komunikasi secara langsung. Selain itu, kehangatan dan keintiman dalam melakukan hubungan lebih dirasakan,” pungkasnya.
Haris dasril
(ars)