Unimed Sebar Guru hingga ke Pulau Terluar

Sabtu, 27 Juni 2015 - 10:28 WIB
Unimed Sebar Guru hingga ke Pulau Terluar
Unimed Sebar Guru hingga ke Pulau Terluar
A A A
Menjadi guru di daerah terpencil tidaklah mudah. Apalagi daerahnya berada di wilayah terluar Indonesia yang sudah pasti tertinggal dibandingkan daerah lain. Bagi sebagian orang, begitu disebut daerah terpencil, terluar, dan tertinggal (3T), bayangan kehidupan tidak menyenangkan langsung tergambar dalam benaknya.

Masyarakatnya yang tradisional, bergantung pada alam, yang seluruhnya jauh dari zona nyaman bagi orang pada umumnya. Namun, bagi para Sarjana Mengajar (SM) 3T, tantangan yang dihadapi di daerah tersebut merupakan pengalaman tak terlupakan.

Mereka bertemu dengan para anak didik dengan latar belakang budaya dan adat istiadat berbeda, mengajar, membimbing, dan mencerdaskan kehidupan anak-anak di daerah terpencil sebagai generasi penerus bangsa. Tahun 2011 atau sejak awal program yang menjadi bagian dari Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia (MBMI) besutan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) ini, Sumatera Utara (Sumut) sudah memberikan peranan besar bagi perkembangan daerah 3T lewat sarjana Universitas Negeri Medan (Unimed).

Perkembangannya pun pesat hingga tahun ini, SM3T Unimed banyak peminat. Sebanyak lebih dari 2.500 orang pendaftar dan 1.119 di antaranya akan diseleksi secara online untuk masuk ke tahap berikutnya. Koordinator SM3T Unimed, Sanusi Hasibuan menyebutkan, tahun ini pendaftar SM3T melalui PTN tersebut mencapai jumlah terbanyak sejak pelaksanaannya empat tahun silam. Unimed masuk peringkat terbesar II se- Indonesia untuk angkatan kelima, sedangkan Universitas Negeri Makassar (UNM) di peringkat I.

“Tahun sebelumnya paling peringkat empat atau lima. Dari jumlah itu setelah seleksi akan dites sejumlah 1.119 orang dari 1.679 yang memfinalisasi proses pendaftaran,” kata Sanusi belum lama ini. Unimed merupakan satu dari 17 Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan (LPTK) penyelenggara SM3T. Pada tahun pertama, Unimed mengirimkan peserta 244 orang yang seluruhnya ditempatkan di Simeulue, Aceh.

Sementara tahun 2012, ada 205 sarjana ditempatkan masing-masing di Simeulue, Aceh, 99 orang; Aceh Timur 49 orang; dan Nias 57 orang. Tahun 2013, jumlah peserta meningkat 269 orang. Unimed mendapatkan tantangan dari pemerintah mengirimkan sarjana ke Simeulue 99 orang dan Nias 38 orang; Asmat Papua 58 orang; Kabupaten Yahokimo 40 orang; Lanny Jaya 18 Orang; dan Tolikara 16 orang. Untuk angkatan IV (2014) saat ini ada 216 orang yang disebar di Simeulue 45 orang; Berau Kalimantan Timur 28 orang; Asmat 54 orang, Yahokimo 32 orang, dan Lanny Jaya 57 orang.

Jumlah tersebut akhirnya berkurang menjadi 216 orang lantaran ada yang sakit dan mengundurkan diri. “Untuk angkatan IV saat ini sedang berada di lapangan sementara angkatan V sudah melalui seleksi administrasi atau diverifikasi. Kemungkinan tahun ini dengan banyaknya peserta yang mendaftar, kuota dari Unimed akan bertambah menjadi lebih dari 300 orang,” kata ayah dua anak itu.

Menurut Sanusi, penambahan kuota peserta tersebut kemungkinan didasari atas kesuksesan Unimed di Lanny Jaya, Papua. Tahun 2013, SM3T Unimed meraih rekor MURI dengan mengumpulkan 1.000 anak usia SD membaca. Kemudian tahun 2014, Unimed kembali meraih rekor MURI dengan menyelenggarakan kegiatan 1.000 anak Papua menulis surat kepada Presiden RI di atas dedaunan. Pada tahun 2014 juga, SM3T bersama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lanny Jaya berhasil meraih rekor Lembaga Prestasi Indonesia-Dunia (LEPRID) karena membuat 2.000 unit sempoa berbahan kayu pohon kasuari bersama peserta 2.000 anak.

“Mungkin ketertarikan pendaftar SM3T saat ini, merasa tertantang membuat prestasi serupa,” ungkapnya. SM3T Unimed yang merupakan program di bawah Wakil Rektor I Unimed Khairil Ansari merupakan program dua tahun. Tahun pertama, sarjana akan mengajar di kawasan 3T. Selanjutnya mereka akan ditarik ke kampus mengikuti program Pelatihan Pendidikan Guru (PPG) dan tinggal di asrama.

Seperti pada angkatan III, dari 269 orang, ada 245 di antaranya kembali mengikuti PPG. Kendati tidak ada jaminan lulusan dari SM3T akan menjadi pegawai negeri sipil (PNS), semakin banyaknya peserta dari tahun ke tahun disinyalir karena para peserta berharap bisa menjadi PNS di bawah Kemendikbud.

“Walaupun tidak ada jaminan jadi PNS, tetapi memang pemerintah tidak membiarkan mereka. Mereka akan kembali bersaing mendapatkan kursi PNS. Karena tahun ini saja secara nasional 800 orang lulusan SM3T ditempatkan kembali di daerah 3T,” katanya. Sanusi menuturkan, masuk dalam program SM3T dijamin tidak akan mudah.

Peserta maksimal tamatan tiga tahun terakhir mengikuti proses pendaftaran online dengan nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimal 3,0 dan maksimal berusia 27 tahun pada bulan Desember. Untuk akreditasi program studi (prodi), pemerintah pusat menetapkan batasan akreditasi minimal B. Peserta yang ingin mengikuti SM3T juga harus mengantongi izin orang tua dengan menyertakan meterai Rp6.000. Selama mengikuti SM3T, peserta harus menandatangani perjanjian dua tahun tidak boleh menikah dan diunggah secara online ke laman seleksi. www.dikti.go.id .

“Kalau ada yang umurnya lebih dari ketetapan, otomatis dicoret. Sementara jika memiliki IPK 3,5 juga harus menyertakan transkrip dan kalau ada selisih akan otomatis tercoret. Tes online selanjutnya dikendalikan pusat. Kalau lewat tes online juga belum tentu lulus karena ada lagi tes wawancara yang dilakukan ketua prodi sekaligus klarifikasi by document ,” tuturnya. Bagi pendaftar yang lolos wawancara, harus mengikuti tahap terakhir, yakni prakondisi.

Pada tahap pembekalan seluruh peserta selama 12 hari atau 120 jam ini, peserta belajar menyesuaikan diri menghadapi medan yang mungkin tidak pernah dia alami sebelumnya. Salah satu pelajaran yang diperoleh adalah bertahan hidup. “Prakondisi dilakukan di kampus dengan melibatkan militer untuk memberikan bekal survival bagi peserta,” katanya.

Setelah selesai prakondisi, peserta selanjutnya ditempatkan ke daerah 3T sesuai kuota yang diberikan pusat. Seperti Unimed misalnya, memiliki 216 peserta yang jumlahnya berlebih dari 200 orang kuota yang ditetapkan dan sisanya akan mengikuti LPTK lain. Unimed melibatkan 11 prodi untuk program SM3T, yakni Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Bimbingan Konseling, Bahasa Indonesia, Pendidikan Bahasa Inggris, Biologi, Matematika, Sejarah, PPKN, Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR), serta Ekonomi.

Untuk nasional, tahun 2015 melibatkan 28 prodi. Sanusi menjelaskan, kategori daerah 3T merupakan wewenang pemerintah pusat, sementara LPTK hanya mempersiapkan peserta secara teknis. Selama ini di Sumut hanya Nias yang pernah menjadi daerah SM3T. Menurutnya, ketiadaan daerah lain sebagai lokasi SM3T bisa saja bukan karena daerah tersebut memang sudah maju, tapi karena ada daerah yang malu melapor kepada pemerintah pusat.

Dari wilayah 3T di Indonesia, provinsi paling timur Indonesia, Papua menjadi wilayah yang paling menantang selama ini. Jebolan SM3T dari Papua memiliki segudang pengalaman, salah satunya merasakan kehadiran Organisasi Papua Merdeka (OPM).

“Alhamdulillah anak-anak luar biasa. Angkatan ketiga berhadapan dengan OPM, kendati pemerintah setempat langsung turun tangan mengamankan, seperti Sekda Lanny Jaya Pak Christian Sohilait. Beliau sosok yang luar biasa. Kami sempat tarik peserta dari sana seminggu lebih awal karena betul-betul siaga satu,” tuturnya.

Penarikan peserta SM3T dari LannyJaya tersebut hampir bersamaan dengan masa pra kondisi angkatan IV. Mencegah kemungkinan tidak akan ada peserta yang akan ikut kesana, Christian Sohilai trela datang ke Medan memberikan penjelasankepada calonpeserta SM3T.“Dengan kondisi seperti itu, seharusnya calon peserta takut. Tapi kenyataannya mereka tidak mundur dan ingin kePapua,” ungkapnya.

Selain pengalaman yang didapat, peserta diwajibkan menuliskan pengalamannya selanjutnya dijadikan buku. “Dengan membuat tulisan kan bisa menginspirasi setiap orang dan Unimed memfasilitasi penerbitannya,” ujarnya. Wakil Rektor 1 Unimed sekaligus Penanggung Jawab (LPTK) SM3T Unimed, Khairil Ansari membeberkan, program ini akan terus berlanjut meningkatkan pemerataan pendidikan di seluruh wilayah Indonesia.

“Untuk apresiasi pemerintah atas pengabdian para sarjana SM3T ini, 1.000 dari 7.000 jumlah mereka diprioritaskan menjadi PNS,” ujarnya.

Syukri amal
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6582 seconds (0.1#10.140)