Yandi Mengisi Waktu dengan Latihan dan Main Layangan
A
A
A
BANDUNG - Banyak cara yang dilakukan para pesepak bola tanah air untuk mengalihkan haus dan lapar saat berpuasa.
Dari mulai jalanjalan menggunakan sepeda motor, bersepeda, bermain games hingga futsal. Namun Yandi Sofyan Munawar lebih memilih bermain layangan sambil menunggu waktu adzan magrib berkumandang. Lahan yang luas dan belum berdirinya gedung-gedung pencakar langit di tanah kelahirannya Cikajang, Kabupaten Garut, membuat striker Persib Bandung ini lebih leluasa bermain layanglayang.
Bagi Yandi, bermain layang-layang memiliki keceriaan tersendiri, sebab bukan hanya dilakukan sendiri namun hal itu dilakukan juga oleh warga se ki tar - nya, baik yang berusia belia hingga orang tua pun terlibat. “Tapi ini bukan layanglayang hias. Melainkan layangan adu. Jadi kalau mainnya sekitar jam empat sore, setelah solat Ashar sampe magrib. Serulah pokonya,” ungkap Yandi, kemarin. Tidak ada kebencian dan rasa dendam jika layangan yang diterbangkan dikalahkan lawannya.
Justru hal itu menjadi pelecut semangat untuk kembali mengalahkan lawannya itu. Selain beradu, tidak jarang juga dia mendapatkan layangan lawan yang terbawa karena terbelit benang layangan miliknya. Kadang ngabandang (dapat layangan lawan), biasanya bisa kalahkan tiga layangan. Selain benangnya juga harus diimbangi teknik bermainnya, karena kalau benang bagus teknik kurang bagus kalah juga.
”Layangan beli seribu sampai duaribu. Tapi, satu minggu paling dua kali atau tiga kali, karena harus latihan juga,” tuturnya. Latihan memang menjadi menu wajib Yandi selama diliburkan. Meski bulan puasa, berlatih bagi Yandi bukan halangan. Namun dalam berlatihnya tersebut, Yandi paling tidak hanya melakukan jogging saja ataupun fitnes. Sebab dia menyadari jika terlalu lelah, ditakutkan kondisinya menurun.
“Kadang ditemenin juga sama kakak (Zaenal Arif). Yang penting harus berlatih lah. Karena gak bagus juga buat badan kalau terlalu beristirahat,” pungkasnya.
Muhammad ginanjar
Dari mulai jalanjalan menggunakan sepeda motor, bersepeda, bermain games hingga futsal. Namun Yandi Sofyan Munawar lebih memilih bermain layangan sambil menunggu waktu adzan magrib berkumandang. Lahan yang luas dan belum berdirinya gedung-gedung pencakar langit di tanah kelahirannya Cikajang, Kabupaten Garut, membuat striker Persib Bandung ini lebih leluasa bermain layanglayang.
Bagi Yandi, bermain layang-layang memiliki keceriaan tersendiri, sebab bukan hanya dilakukan sendiri namun hal itu dilakukan juga oleh warga se ki tar - nya, baik yang berusia belia hingga orang tua pun terlibat. “Tapi ini bukan layanglayang hias. Melainkan layangan adu. Jadi kalau mainnya sekitar jam empat sore, setelah solat Ashar sampe magrib. Serulah pokonya,” ungkap Yandi, kemarin. Tidak ada kebencian dan rasa dendam jika layangan yang diterbangkan dikalahkan lawannya.
Justru hal itu menjadi pelecut semangat untuk kembali mengalahkan lawannya itu. Selain beradu, tidak jarang juga dia mendapatkan layangan lawan yang terbawa karena terbelit benang layangan miliknya. Kadang ngabandang (dapat layangan lawan), biasanya bisa kalahkan tiga layangan. Selain benangnya juga harus diimbangi teknik bermainnya, karena kalau benang bagus teknik kurang bagus kalah juga.
”Layangan beli seribu sampai duaribu. Tapi, satu minggu paling dua kali atau tiga kali, karena harus latihan juga,” tuturnya. Latihan memang menjadi menu wajib Yandi selama diliburkan. Meski bulan puasa, berlatih bagi Yandi bukan halangan. Namun dalam berlatihnya tersebut, Yandi paling tidak hanya melakukan jogging saja ataupun fitnes. Sebab dia menyadari jika terlalu lelah, ditakutkan kondisinya menurun.
“Kadang ditemenin juga sama kakak (Zaenal Arif). Yang penting harus berlatih lah. Karena gak bagus juga buat badan kalau terlalu beristirahat,” pungkasnya.
Muhammad ginanjar
(ars)