Warga Minta Jembatan Gantung
A
A
A
MUARAENIM - Sejak putus dua pekan lalu, kini warga Desa Simpang Meo Kecamatan Tanjung Agung meminta agar Pemkab Muaraenim segera membangun kembali jembatan gantung untuk warga.
Sebab, tanpa adanya jembatan yang melintasi Sungai Enim tersebut warga terutama para petani yang memiliki lahan pertanian, baik sawah maupun perkebunan di seberang sungai sangat kesulitan untuk menyeberang. Belum lagi sewaktuwaktu debit air sungai sangat tinggi sehingga menyulitkan warga. Seperti dituturkan Hendri, 36, salah seorang warga desa menurutnya, keberadaan jembatan tersebut sangat dibutuhkan oleh warga.
Memang untuk saat ini kondisi debit air Sungai Enim sedang surut sehingga warga masih bisa menyeberangi sungai. Namun, saat memasuki musim hujan, jelas keberadaan jembatan sangat dibutuhkan. “Kita harus membawa padi atau karet dari seberang, kalau tidak ada jembatan jelas sulit,” jelasnya.
Warga lain Iskandar, 45, meng atakan, selain menginginkan jembatan gantung yang baru, warga juga sangat berharap dibangun beronjong di pinggir areal persawahan mereka yang berbatasan langsung dengan Sungai Enim. Karena menurutnya, lahan sawah milik mereka semakin hari semakin susut karena terkikis arus sungai Lematang. “Kalau sudah dipasang beronjong, minimal tidak ada pengikisan tanah oleh arus Sungai Lematang. Jadi, areal persawahan kita tidak semakin habis,” jelasnya.
Kades Simpang Meo Fajar membenarkan, jika warga desa khususnya yang beraktivitas sebagai petani di seberang Sungai Enim sangat mem butuh kan dan bergantung kepada jembatan yang telah putus tersebut. Dirinya juga berharap agar pihak terkait di Kabupaten Muaraenim dapat segera merea lisasikan apa yang menjadi kehendak masyarakat. “Memang keberadaan jembatan itu sangat perlu,” ujarnya.
Dia menuturkan, awal mula kejadian rusak dan putusnya jembatan tersebut saat ada sebatang pohon kemang yang jatuh dan menimpa jembatan gantung tersebut akibat ditiup angin kencang dua minggu lalu. Akibat kuatnya hantaman pohon kemang yang roboh menimpa jembatan gantung tersebut, jembatan gantung langsung putus. Nahasnya lagi, saat itu salah seorang warga desa tersebut Hamka, 63, yang merupakan P3N desa tersebut sedang melintasi di jembatan untuk mandi.
Tak ayal, korban langsung terseret mate rial jembatan yang tertarik oleh kerasnya hantaman pohon tumbang. “Korban dan material jembatan langsung jatuh ke sungai karena terseret pohon kemang yang tumbang, korban tidak dapat diselamatkan lagi,” ujarnya.
Perbaikan jembatan menurut Fajar belum bisa dilakukan oleh warga desa, mengingat kon disi dan situasi perekonomian yang saat ini sedang sulit. Yang jelas menurutnya, atas nama warga desa, dirinya sangat berharap pihak terkait untuk segera menindaklanjuti apa yang menjadi kehendak masyarakat. “Kejadian dan kondisi ini sudah kita laporkan, terutama kepada pihak kecamatan,” tandasnya.
Irhamudin sp
Sebab, tanpa adanya jembatan yang melintasi Sungai Enim tersebut warga terutama para petani yang memiliki lahan pertanian, baik sawah maupun perkebunan di seberang sungai sangat kesulitan untuk menyeberang. Belum lagi sewaktuwaktu debit air sungai sangat tinggi sehingga menyulitkan warga. Seperti dituturkan Hendri, 36, salah seorang warga desa menurutnya, keberadaan jembatan tersebut sangat dibutuhkan oleh warga.
Memang untuk saat ini kondisi debit air Sungai Enim sedang surut sehingga warga masih bisa menyeberangi sungai. Namun, saat memasuki musim hujan, jelas keberadaan jembatan sangat dibutuhkan. “Kita harus membawa padi atau karet dari seberang, kalau tidak ada jembatan jelas sulit,” jelasnya.
Warga lain Iskandar, 45, meng atakan, selain menginginkan jembatan gantung yang baru, warga juga sangat berharap dibangun beronjong di pinggir areal persawahan mereka yang berbatasan langsung dengan Sungai Enim. Karena menurutnya, lahan sawah milik mereka semakin hari semakin susut karena terkikis arus sungai Lematang. “Kalau sudah dipasang beronjong, minimal tidak ada pengikisan tanah oleh arus Sungai Lematang. Jadi, areal persawahan kita tidak semakin habis,” jelasnya.
Kades Simpang Meo Fajar membenarkan, jika warga desa khususnya yang beraktivitas sebagai petani di seberang Sungai Enim sangat mem butuh kan dan bergantung kepada jembatan yang telah putus tersebut. Dirinya juga berharap agar pihak terkait di Kabupaten Muaraenim dapat segera merea lisasikan apa yang menjadi kehendak masyarakat. “Memang keberadaan jembatan itu sangat perlu,” ujarnya.
Dia menuturkan, awal mula kejadian rusak dan putusnya jembatan tersebut saat ada sebatang pohon kemang yang jatuh dan menimpa jembatan gantung tersebut akibat ditiup angin kencang dua minggu lalu. Akibat kuatnya hantaman pohon kemang yang roboh menimpa jembatan gantung tersebut, jembatan gantung langsung putus. Nahasnya lagi, saat itu salah seorang warga desa tersebut Hamka, 63, yang merupakan P3N desa tersebut sedang melintasi di jembatan untuk mandi.
Tak ayal, korban langsung terseret mate rial jembatan yang tertarik oleh kerasnya hantaman pohon tumbang. “Korban dan material jembatan langsung jatuh ke sungai karena terseret pohon kemang yang tumbang, korban tidak dapat diselamatkan lagi,” ujarnya.
Perbaikan jembatan menurut Fajar belum bisa dilakukan oleh warga desa, mengingat kon disi dan situasi perekonomian yang saat ini sedang sulit. Yang jelas menurutnya, atas nama warga desa, dirinya sangat berharap pihak terkait untuk segera menindaklanjuti apa yang menjadi kehendak masyarakat. “Kejadian dan kondisi ini sudah kita laporkan, terutama kepada pihak kecamatan,” tandasnya.
Irhamudin sp
(ftr)