Misteri Gentong Keramat di Masjid Peninggalan Sunan Maneron

Senin, 15 Juni 2015 - 05:00 WIB
Misteri Gentong Keramat di Masjid Peninggalan Sunan Maneron
Misteri Gentong Keramat di Masjid Peninggalan Sunan Maneron
A A A
MASJID Jami' Baitur Rohman Al Bonang yang terletak di Desa Maneron, Kecamatan Sepulu, Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur merupakan salah satu masjid tertua dan bersejarah.

Terletak di tengah permukiman warga, Masjid Jami’ Baitur Rohman merupakan peninggalan dari salah seorang murid Sunan Bonang yakni Imam Tendo. Masjid yang tidak terlalu besar ini pertama kali dibangun sekitar pada abad ke -14.

Konon Imam Tendo datang ke tanah Madura untuk menyebarkan Islam pada masyarakat. kemudian masjid tersebut dijadikan tempat untuk salat sekaligus memberikan pendidikan agama pada warga.

Kemudian oleh warga Imam Tendo dijuluki Sunan Maneron. Hingga kini peninggalan Sunan Maneron tersebut masih dijaga rapi oleh masyarakat.

Untuk pemeliharaan, warga melakukan pemugaran Masjid Jami’ Baitur Rohman dan jika dilihat dari luar masjid ini sudah seperti Masjid modern.

Namun, ketika masuk dalam masjid baru terasa bahwa bangunan ini merupakan peninggalan Sunan Maneron. Dimana di dalam masjid ada sebuah batu besar, yang diyakini sebagai tempat petilasan Sunan Maneron.

"Batu ini tidak bisa dipindah, meskipun diangkat oleh banyak orang. Karena batunya besar. sehingga saat melakukan pemugaran, batu ini dibiarkan di dalam masjid," terang bendahara Masjid Jami' Baitur Rohman Al Bonang, Rustam Aji.

Selain batu besar, sambung Rustam, ada benda lain yang merupakan sisa peninggalan Sunan Maneron yakni berupa kayu ukiran yang dijadikan penyangga bangunan serta sebuah mimbar.

Pada atas mimbar terdapat dua anak panah yang saling berhadapan. lalu di tengah-tengahnya ada lambang roda. mimbar ini dijadikan tempat khatib ketika membaca khutbah saat salat Jumat.

"Kami secara turun temurun selalu menjaga keberadaan masjid peninggalan Sunan Maneron agar tetap lestari. Serta sebagai bentuk kecintaan kami kepada beliau (Sunan Maneron)," paparnya.

Di depan masjid ada kuburan kerabat Sunan Maneron, yang kerap kali masyarakat berziarah ke sana. sedangkan kuburan Sunan Maneron sendiri berada di Kecamatan Arosbaya, Bangkalan.

Sementara pada teras masjid terdapat sebuah gentong besar, yang ditanam pada lantai masjid. Gentong ini berada pada teras masjid sebelah kanan atau utara. dalam gentong berisi air sumber yang diambilkan dari sumur tua.

Diatas gentong bertuliskan "gentong agung peninggalan sinohon muniron". Setiap warga yang datang ke masjid atau peziarah tidak akan melewatkan minum air gentong. Di samping bisa menyegarkan tubuh, juga diyakini untuk keselamatan bagi orang yang meminumnya.

Bahkan, pernah ada suatu kejadian dari air gentong, dimana pada saat itu ada dua warga dari luar Desa Maneron terlibat suatu pesoalan dan datang ke masjid peninggalan Sunan Maneron, lalu kedua warga minum air gentong.

Ketika hendak meminum air gentong, masing-masing bilang jika dirinya berkata bohong sebelumnya akan berdampak buruk dalam kehidupan. Berselang beberapa hari, salah satu dari warga itu meninggal dunia.

Tidak tahu secara pasti kenapa orang itu meninggal, namun warga meyakini dia meninggal akibat termakan sumpahnya saat minum air gentong.

Setelah itu gentong ini airnya sering dijadikan tempat warga untuk bersumpah demi mencari sebuah kebenaran.

"Cerita itu memang ada, tapi ini kepercayaan dari masyarakat luar. Banyak warga yang datang kesini dari luar Madura seperti Tuban dan daerah lain untuk berziarah dan mencari berkah," ujar Rustam.

Menurut Rustam, gentong sendiri merupakan peninggalan dari Sunan Maneron. Pengurus masjid mengisi air ke dalam gentong ketika sudah kosong, yang diambilkan dari sumur tua di sekitar masjid.

"Peziarah yang datang kesini selalu meminum air gentong untuk keselamatan," paparnya.

Di samping air gentong, pada teras masjid ada pohon kemuning yang sudah kering. Pohon ini persisnya berada di teras depan sebelah kanan atau utara masjid. tinggi pohon sendiri sekira 2,5 meter.

Namun, warga sekitar tidak berani membuang pohon kering itu. Sebab, pernah ada kejadian ketika seorang tukang menebang pohon dia langsung sakit.

Awalnya, sang tukang tidak merasa jika sakit yang diderita akibat menebang pohon kering di teras masjid. sakit yang diderita sang tukang terus bertambah parah, meskipun sudah diobati.

Akhirnya, sang tukang ingat bahwa dirinya sakit usai memotong pohon keramat yang merupakan peninggalan Sunan Maneron saat pemugaran masjid. kemudian dia meminta kerabatnya untuk menyambung kembali pohon kemuning.

Setelah pohon tersambung dan kembali berdiri kokoh, sakit yang diderita sang tukang berangsur membaik. sebelum akhirnya sang tukang sembuh total dan kembali beraktivitas.

"Beruntung kayunya tidak sampai dipotong, sehingga bisa dipasang kembali. Seandainya pohon itu dibakar, saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada tukang itu," terang Rustam.

Peristiwa itu lanjut Rustam, terjadi ketika 2011 ada pemugaran masjid. Saat itu ada pohon kemuning yang sudah kering berada di teras masjid dan dinilai merusak pandangan.

Lalu tukang memotong pohon yang sudah kering ini. Namun, usai memotong pohon kering dia langsung sakit hingga berhari-hari. Setelah pohon dipasang kembali, baru sang tukang sembuh.

"Pascakejadian itu, masyarakat tidak berani mengotak-atik benda peninggalan Sunan Maneron mulai dari gentong, ukiran, mimbar, batu dan pohon kemuning," pungkasnya.
(nag)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3717 seconds (0.1#10.140)