3 Peserta Disabilitas Ikut Ujian SBMPTN

Rabu, 10 Juni 2015 - 08:46 WIB
3 Peserta Disabilitas Ikut Ujian SBMPTN
3 Peserta Disabilitas Ikut Ujian SBMPTN
A A A
SURABAYA - Ujian tulis Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) di Panitia Lokal (Panlok) 50 Surabaya juga diikuti tiga peserta disabilitas. Berdasarkan pantauan KORAN SINDO JATIM, mereka didampingi petugas dari Pusat Studi Layanan Penyandang Disabilitas (PSLPD) saat pengerjaan ujian tulis kemarin.

Sebagaimana data Panlok 50, ketiganya adalah Kimberly Aprilia Hareva (ujian di Fakultas Ilmu Pendidikan Unesa), 19; Mirza Chusnaini (Ujian di Fakultas Ekonomi Bisnis Unair), 17; dan Indra Riskyanto (SMPN 28), 18. Humas SBMPTN Unair, Bagus Ani Putra mengatakan, mestinya di kampus itu ada dua peserta yang minta pendampingan, yakni Mirza dan Umar.

”Peserta atas nama Umar tidak hadir. Setelah kami hubungi, posisi Umar masih di Saudi Arabia. Karena sejak umur tiga tahun, Umar sudah tinggal bersama orang tuanya di Saudi Arabia,” kata Bagus, kemarin. Meski di Saudi Arabia, kata Bagus, Unair mengikuti standar kurikulum pendidikan Indonesia lantaran dia memilih Prodi Hubungan Internasional (HI) Unair dan Komunikasi Unesa.

Umar sebelumnya sekolah di kedutaan Indonesia. Ketidakhadiran Umar dibenarkan salah seorang kerabatnya, Mahmudah. Menurutnya, pesawat Umar di-cancel meski sejak jauh hari ingin mengikuti SBMPTN. Saat dihubungi Mahmudah mengakui jika kedua tangan hingga lengan Umar tidak ada. Hal itu yang membuat Umar dan pihak keluarganya minta pendamping ketika ujian tulis berlangsung.

”Pokoknya Umar ingin kuliah di Surabaya, karena tidak ikut SBMPTN mungkin nanti lewat jalur mandiri atau ujian PTS,” tutur Mahmudah yang tinggal di Jalan Simolawang II Surabaya ini. Sementara di ruang komputer I, Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Unesa, terlihat Kimberly Aprilia Hareva mengerjakan soal. Tanpa tangan dan kaki membuatnya tetap telaten membaca soal dan menggoreskan jawaban di atas lembar jawaban ujian (LJU).

Kimberly didampingi Ikhwan Junianto dari PSLPD. Kimberly yang lulusan SMK Budhi Luhur menolak dibantu melingkari jawaban di LJU. ”Lily (sapaan Kimberly) menolak dibantu. Dia ingin kerjakan sendiri,” tutur Ikhwan. Tuntas menjawab soal yang diberikan panitia, Lily mengungkap bisa mengerjakan naskah soal SBMPTN dengan baik.

”Ya ada beberapa soal matematika saja yang sulit,” kata dara kelahiran Surabaya, 16 April 1999 itu. Lily yang memilih Jurusan Bahasa Inggris Unesa dan PLB (Pendidikan Luar Biasa) Unesa itu mampu mengerjakan soal bahasa dan ilmu sosial dengan baik. Dia diketahui sebagai siswi berprestasi di SMK Budhi Luhur Malang. Ini dikuatkan nilai UN dan rangking terbaik di sekolahnya.

Bahkan, karena kecerdasannya itu, putri dari Siti Rohimah dan Soter Sabar Gunawan diperbantukan menjadi guru bahasa di sekolahnya. Ibunda Lily, Siti Rohimah mengungkapkan, meski putri pertamanya cacat fisik tetapi kemampuan akademis dan semangat belajarnya tinggi.

”Sejak umur tiga tahun sudah saya taruh di Budi Luhur, tidak semua sekolah mau menerima kondisi tubuh anak saya. Padahal kemampuan otak anak saya sama dengan lainnya dan bahkan terbilang cerdas,” ujarnya. Selain Lily, semangat tak pantang menyerah terlihat pada diri Mirza Chusbainy. Dengan pendamping PSLPD, Femilia Nur, alumnus SMA Muhammadiyah 4 Porong itu mengerjakan soal demi soal ujian dengan keterbatasan tangan kanan.

”Waktu ibu lahiran saya kecetit . Hal ini membuat saraf sensorik dan motorik tidak seimbang, akhirnya tangan kanan saya gerakannya lebih sering dibanding kiri. Maka kalau menulis harus dipegangi,” kata Mirza yang memilih Prodi Fisika Unesa, Bahasa Inggris Unesa, dan Bahasa Jawa Unesa itu. Sementara sedikitnya 91 calon mahasiswa baru yang sudah diterima lewat jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi (SNM PTN) tidak mengikuti verifikasi atau daftar ulang.

Padahal ini sudah ditentukan di masing-masing PTN. Tidak terlaksananya kewajiban ini membuat ke-91 calon mahasiswa itu di diskualifikasi. Rinciannya, yakni 23 dari Unair, 53 peserta SNMPTN Unesa, dan 15 peserta ITS. Wakil Rektor I Unair Prof Achmad Syahrani menjelaskan, dari 2.608 ada 51 peserta tidak hadir dalam verifikasi atau daftar ulang yang dipusatkan di ACC Kampus C, Unair, kemarin. Rinciannya 23 tidak hadir tanpa izin, sisanya 28 sudah izin panitia karena tugas negara seperti ikut Pekan Olahraga Provinsi (Porprov), ikut ASEAN Games, dan lainnya.

”Sudah aturannya ketika tidak daftar ulang sekarang berarti di diskualifikasi,” ungkap Prof Syahrani. Daftar ulang SNM PTN ini sengaja dibarengkan dengan ujian SBMPTN supaya peserta yang diterima lewat jalur prestasi atau rapor itu tidak bisa ikut ujian tulis SBMPTN.

Soeprayitno
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5995 seconds (0.1#10.140)