Ikat Pinggang Membesar Rawan Penyakit

Senin, 08 Juni 2015 - 09:51 WIB
Ikat Pinggang Membesar Rawan Penyakit
Ikat Pinggang Membesar Rawan Penyakit
A A A
Di era modern, perhatian terhadap kesehatan masih kurang. Bahkan, masyarakat cenderung melalaikan kesehatannya sendiri. Imbasnya berpotensi besar terkena penyakit seperti jantung koroner, diabetes, dan perut buncit.

Penyakit-penyakit ini muncul karena masyarakat tidak memperhatikan pola makan. Kondisi kesehatan ini bisa terlihat dengan kondisi ikat pinggang. Bagi seorang pria, ikat pinggang yang sudah membesar 90 cm, berisiko terkena penyakit, sangat besar. Sementara bagi wanita, ikat pinggang yang mencapai 80 cm, rentan terkena penyakit. “Orang yang perutnya membuncit rentan terkena penyakit jantung koroner dan diabetes. Itu terjadi karena malas makan serat,” ujar Syarief Darmawan, salah seorang ahli gizi yang menjelaskan persoalan kesehatan dalam launching Distributor GNT Jatim di Hotel Garden Place, Surabaya, kemarin.

Jika serat yang di makan kurang, di dalam usus akan menempel sisa makanan. Sisasisa makanan itu akan membentuk plat-plat yang menempel pada usus dan ini disebut kotoran dalam usus. Solusi untuk membersihkan kotoran dalam usus adalah dengan serat. Sebab, arena serat seperti spons yang bisa membersihkan usus dan membuang kotoran ke pembuangan. Untuk menciptakan serat, manusia membutuhkan sekitar 1,5 kilogram sayuran dan buah-buahan. Sebanyak 1,5 kilogram akan membentuk 30 gram serat makanan. Serat ini akan melawan lemak yang menempel pada usus.

“Jadi, serat ini akan menarik lemaklemak yang berada di dalam usus. Akhirnya usus menjadi lebih bersih,” paparnya. Pakar Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Triska Susila Nindya, mengungkapkan hal yang sama. Menurutnya, banyak orang mengabaikan kesehatan. Hal ini diperparah dengan memakan makanan yang tidak sehat dan mengabaikan kebersihan. Pola makan tidak sehat, serta makanan cepat saji yang mengandung lemak, adalah penyebab munculnya penyakit.

“Jadi, penyakit jantung atau diabetes sekarang tidak peduli pada strata sosial. Jika dulu penyakit jantung itu dikenal milik orang kaya, sekarang sudah berubah. Kelas menengah ke bawah juga sangat banyak terkena penyakit ini,” katanya. Untuk itu, dosen Fakultas Kesehatan Unair ini meminta supaya masyarakat berhatihati dalam mengonsumsi makanan. Sebab, tidak semua makanan bisa mendorong ke arah kesehatan, tetapi tidak sedikit juga makanan yang bisa memperburuk kesehatan.

“Makanan yang berlemak merupakan musuh utama. Jika kebanyakan makan makanan berlemak, bisa menimbulkan penyakit,” ucapnya. Fakta di lapangan membuat PT Guna Natur Tulen (GNT) prihatin. Perusahaan yang bergerak dalam bidang serat makanan ini menciptakan produk GNT Fiber yang menjadikan serat makanan alternatif untuk membuang kotoran pada usus. Sebab, dari penelitian yang dilakukan, sekitar 90% penyakit ditimbulkan oleh sistem pencernaan yang kotor.

Salah satu penyebab masalah dalam sistem pencernaan dalam tubuh adalah kekurangan serat makanan. Makanan berserat adalah makanan yang mengandung serat, dimana tubuh tidak dapat mencerna atau menyerapnya. Karena tidak dapat dicerna oleh bagian pencernaan dalam tubuh, serat makanan ini tidak akan menghasilkan energi atau kalori bagi tubuh. Makanan berserat merupakan komponen dalam tanaman yang tercerna secara enzimatik menjadi bagian yang dapat diserap dalam saluran pencernaan.

Serat ini akan dibawa usus halus menuju usus besar dengan gerak peristaltik usus. Keberadaan serat dalam usus besar akan membantu proses metabolisme dalam usus besar. “Saya memberanikan diri membuat produk makanan berserat. Fungsinya untuk membuang kotoran di dalam usus,” kata Direktur PT Guna Natur Tulen (GNT), Natalius Sen, kemarin.

Arief Ardliyanto
Surabaya
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6996 seconds (0.1#10.140)