Bagi Pengetahuan Tentang Amerika pada Pemuda Desa

Senin, 08 Juni 2015 - 09:49 WIB
Bagi Pengetahuan Tentang Amerika pada Pemuda Desa
Bagi Pengetahuan Tentang Amerika pada Pemuda Desa
A A A
Relawan pendidikan dari New Hampshire, Amerika Serikat (AS), Bridget Ginty, berbagi ilmu dan kebudayaan Amerika dengan para pemuda desa di acara Kenduri Langit Tobo yang diadakan di Balai Desa Sedah Kidul, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Bojonegoro, kemarin.

Diketahui, Bridget Ginty, lulusan Hubungan Internasional George Washington, AS, selama dua tahun ini mengajar Bahasa Inggris di SMK Negeri Purwosari. Dia bercerita tentang kebudayaan Amerika yang banyak dipengaruhi para pendatang. “Orang Amerika itu beragam,” ujar Bridget saat bercerita dengan Bahasa Indonesia yang agak terbata-bata. Dia pun bercerita tentang ras di Amerika yang beragam itu. Penduduk Amerika, kata dia, sekitar 72% merupakan orang kulit putih yang dikenal dengan sebutan kaukasian, kemudian 12,6% penduduknya keturunan Afrika-Amerika atau yang dikenal sebutan Afro-Amerika.

Selebihnya, sekitar 4,8% keturunan Asia, dan campuran sekitar 2,9%. “Kebudayaan Amerika banyak dipengaruhi para pendatang ini,” ucapnya. Agama yang dianut warga Amerika, kata dia, juga beragam. Penduduk Amerika yang menganut Kristen Protestan paling banyak yakni 51,3%; warga yang menganut Katolik Roma sebanyak 23,9%; warga Amerika yang menganut Yahudi sebanyak 1,7%; dan warga Amerika yang menganut agama Islam sebanyak 0,6%.

Dalam bidang politik, kata dia, ada dua partai utama yang selalu memenangkan pemilihan umum, yaitu Partai Republik dan Partai Demokrat. Partai Republik itu lebih cenderung konservatif, sedangkan partai Demokrat cenderung liberal. Sebenarnya, kata dia, ada banyak partai di Amerika tetapi partai-partai kecil itu selalu kalah dengan dua partai tersebut. Mengenai kehidupan keluarga, kata dia, di Indonesia dengan di Amerika tidak jauh berbeda. Kalau di Indonesia ada budaya mudik setiap kali Lebaran, maka di Amerika juga ada budaya merayakan Natal dengan berkumpul bersama keluarga di kampung halaman.

“Tetapi memang saya akui warga di Indonesia lebih kuat memegang kebudayaan tradisionalnya ketimbang di Amerika. Saya lihat di Indonesia perayaan tradisional selalu diadakan pada saat-saat tertentu dan diikuti banyak orang,” ujarnya. Salah satu pemuda dari Desa Purwosari, Arif Rahmanto, 28, menanyakan mengenai bagaimana hubungan anak dan orang tua di Amerika. Sebab, setahu dia anak-anak di Amerika sudah harus berpisah dengan orang tuanya pada saat umur tertentu.

Menanggapi pertanyaan itu, Bridget mengatakan, memang pada usia menginjak 18 tahun anak-anak di Amerika biasanya sudah berpisah dengan orang tuanya. Dia sudah tinggal sendiri bukan di rumah orang tuanya. Tetapi, kata dia, tidak semuanya seperti itu. “Saya sampai kuliah sarjana masih dibiayai orang tua. Tetapi, saat melanjutkan sekolah lagi di strata dua, saya sudah membiayai sendiri. Saya rasa ini hampir sama dengan di Indonesia,” tuturnya.

Sementara Ketua Langit Tobo, Nasruli Chusna, mengatakan, selain mengajak para pemuda desa membaca dan berkarya, Langit Tobo juga senantiasa selalu ingin menghadirkan hiburan pada masyarakat. Dengan demikian, kata dia, masyarakat terutama para pemuda desa bisa belajar sekaligus terhibur.

Muhammad Roqib
Bojonegoro
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 3.1978 seconds (0.1#10.140)