Kampung Narkoba Madura Bertambah
A
A
A
BANGKALAN - Pulau Madura darurat narkoba. Setelah Badan Narkotika Nasional (BNN) Jawa Timur (Jatim) menangkap pengedar sabusabu kelas kakap di Desa Batu Bintan, Kecamatan Batu Marmar, Pamekasan, giliran polisi menggerebek rumah warga Kampung Rabesan, Desa Parseh, Kecamatan Socah Bangkalan, kemarin.
Dari dalam rumah milik warga yang berinisial H tersebut, polisi berhasil menangkap CA, 30, warga Dukuh Kupang Pakis Surabaya; BP, 32, warga Desa/Kecamatan Buduran, Sidoarjo; TG, 28, warga Desa/Kecamatan Waru, Sidoarjo; dan YB, 28, warga Kelurahan Gayungsari Surabaya. Polisi juga mengamankan 0,4 gram sabu-sabu dan seperangkat alat isap sabu. “Ini bukti kalau di sana (Parseh) masih marak peredaran narkoba. Pangsa pasarnya juga dari luar sini (Bangkalan),” ujar Wakapolres Bangkalan, Kompol Yanuar Herlambang, kemarin.
Herlambang menyatakan, beberapa kiat sudah dilakukan, mulai dari melakukan sweeping secara rutin di kampung narkoba dan beberapa wilayah lain. Tujuannya untuk mengurangi peredaran narkoba dan menghilangkan stigma “Kampung Narkoba” di wilayah hukum Polres Bangkalan.
“Tidak ada ampun untuk urusan narkoba. Sweeping terus berjalan dan hampir tiap hari, jajaran juga wajib tes urine. Bagi yang positif jelas ada sangsi berat,” ucap Herlambang. Seperti diberitakan, BNN Provinsi Jatim mendatangi Desa Batu Bintan, Kecamatan Batu Marmar, Kabupaten Pamekasan, Selasa (2/6). Dari tempat kejadian perkara (TKP), BBNP juga berhasil mengamankan Tumaryono, warga setempat sebagai tersangka. Hal yang mengejutkan, omzet penjualan sabusabu Tumaryono mencapai satu kilogram per hari. Fakta ini sungguh memprihatinkan.
Pulau Madura yang identik dengan santri, generasi mudanya dirusak sabu sabu. Seperti halnya kacang goreng, untuk mendapat sabusabu cukup mudah, bahkan disediakan layanan tempat dan alat isap sabu seperti di kampung narkoba Bangkalan. Kampung narkoba mencuat saat jajaran Polda Jatim menggerebek salah satu rumah penduduk di Desa Parseh, Bangkalan.
Saat digerebek, ditemukan puluhan bilik yang didesain khusus untuk tempat nyabu , lengkap dengan alat seperti bong dan kertas alumunium. Barang juga didapat langsung di lokasi, paket mudah untuk konsumsi sabu-sabu ala kampung narkoba. Dengan promosi dari mulut ke mulut, keberadaan kampung narkoba di Desa Parseh dikenal luas. Tidak hanya dikunjungi penikmat sabu kelas lokal, para pemakai dari luar kota seperti Surabaya dan sekitarnya juga banyak yang berkunjung ke sana.
“Sebenarnya tidak semua warga di sana (Desa Parseh) jualan narkoba. Sebutan kampung narkoba sendiri hanya istilah, berawal dari ditemukan rumah yang dibuat bilik-bilik untuk menikmati sabu-sabu,” ujar salah satu warga Bangkalan, berinisial AJ, kemarin. AJ menyatakan, sebutan kampung narkoba awalnya sudah melekat di Desa Parseh. Hal itu terjadi karena sering digerebek Polda Jatim, BBN, dan Polres Bangkalan. Padahal, dalam perkembangan terakhir juga ditemukan tempat lain sebagai tempat pesta sabu-sabu, seperti di Desa Jambu dan Sendang.
“Digerebek di tempat satunya, muncul lagi di tempat lain. Malahan makin rapi dan tersembunyi. Kalau ada orang luar masuk ke desa tersebut, akan ketahuan dan bisa dicurigai,” ucap AJ. Dewan Adat Madura (DAM) Cabang Bangkalan, Hai, menyatakan, Pulau Madura sudah masuk dalam kategori yang memprihatinkan dalam hal narkoba.
Hampir dari ujung barat sampai timur Pulau Garam tersebut, tidak ada berita yang tidak berkaitan penangkapan dan pemakai narkoba. Menurutnya, itu sebuah fenomena kerusakan nilai-nilai keagamaan. Kalangan santri yang lebih dikenal, saat ini sudah dirusak dengan narkoba yang sasarannya merupakan kalangan muda. “Narkoba telah meracuni hampir seluruh lapisan masyarakat di Pulau Madura. Ini sangat memprihatinkan dan harus segera disikapi secara serius oleh seluruh kalangan,” ucapnya.
Terkait stigma adanya kampung narkoba, pria yang akrab dipanggil Bang Hai ini menilai sudah ada pergeseran di desadesa yang kerap dijadikan tempat transaksi dan pesta narkoba. Sebagian besar, keberadaannya di lindungi oleh “tokoh” sekitar untuk memberikan keamanan dan kenyamanan bagi para penikmat sabu-sabu. Akibatnya, dengan adanya lindungan tokoh sekitar tersebut aparat kepolisian kerap kesulitan menembus dan memberantas peredaran narkoba.
Kalaupun hari ini berhasil digerebek, satu pekan atau bulan depan sudah beroperasi lagi dengan pindah ke tempat/rumah warga yang lain. “Keberadaan dari seorang tokoh yang seharusnya jadi pagar dalam pemberantasan korupsi, malah menjadi pelindung. dan itulah yang menjadikan narkoba makin marak,” ucapnya tanpa menyebut siapa tokoh yang dimaksud.
Subairi
Dari dalam rumah milik warga yang berinisial H tersebut, polisi berhasil menangkap CA, 30, warga Dukuh Kupang Pakis Surabaya; BP, 32, warga Desa/Kecamatan Buduran, Sidoarjo; TG, 28, warga Desa/Kecamatan Waru, Sidoarjo; dan YB, 28, warga Kelurahan Gayungsari Surabaya. Polisi juga mengamankan 0,4 gram sabu-sabu dan seperangkat alat isap sabu. “Ini bukti kalau di sana (Parseh) masih marak peredaran narkoba. Pangsa pasarnya juga dari luar sini (Bangkalan),” ujar Wakapolres Bangkalan, Kompol Yanuar Herlambang, kemarin.
Herlambang menyatakan, beberapa kiat sudah dilakukan, mulai dari melakukan sweeping secara rutin di kampung narkoba dan beberapa wilayah lain. Tujuannya untuk mengurangi peredaran narkoba dan menghilangkan stigma “Kampung Narkoba” di wilayah hukum Polres Bangkalan.
“Tidak ada ampun untuk urusan narkoba. Sweeping terus berjalan dan hampir tiap hari, jajaran juga wajib tes urine. Bagi yang positif jelas ada sangsi berat,” ucap Herlambang. Seperti diberitakan, BNN Provinsi Jatim mendatangi Desa Batu Bintan, Kecamatan Batu Marmar, Kabupaten Pamekasan, Selasa (2/6). Dari tempat kejadian perkara (TKP), BBNP juga berhasil mengamankan Tumaryono, warga setempat sebagai tersangka. Hal yang mengejutkan, omzet penjualan sabusabu Tumaryono mencapai satu kilogram per hari. Fakta ini sungguh memprihatinkan.
Pulau Madura yang identik dengan santri, generasi mudanya dirusak sabu sabu. Seperti halnya kacang goreng, untuk mendapat sabusabu cukup mudah, bahkan disediakan layanan tempat dan alat isap sabu seperti di kampung narkoba Bangkalan. Kampung narkoba mencuat saat jajaran Polda Jatim menggerebek salah satu rumah penduduk di Desa Parseh, Bangkalan.
Saat digerebek, ditemukan puluhan bilik yang didesain khusus untuk tempat nyabu , lengkap dengan alat seperti bong dan kertas alumunium. Barang juga didapat langsung di lokasi, paket mudah untuk konsumsi sabu-sabu ala kampung narkoba. Dengan promosi dari mulut ke mulut, keberadaan kampung narkoba di Desa Parseh dikenal luas. Tidak hanya dikunjungi penikmat sabu kelas lokal, para pemakai dari luar kota seperti Surabaya dan sekitarnya juga banyak yang berkunjung ke sana.
“Sebenarnya tidak semua warga di sana (Desa Parseh) jualan narkoba. Sebutan kampung narkoba sendiri hanya istilah, berawal dari ditemukan rumah yang dibuat bilik-bilik untuk menikmati sabu-sabu,” ujar salah satu warga Bangkalan, berinisial AJ, kemarin. AJ menyatakan, sebutan kampung narkoba awalnya sudah melekat di Desa Parseh. Hal itu terjadi karena sering digerebek Polda Jatim, BBN, dan Polres Bangkalan. Padahal, dalam perkembangan terakhir juga ditemukan tempat lain sebagai tempat pesta sabu-sabu, seperti di Desa Jambu dan Sendang.
“Digerebek di tempat satunya, muncul lagi di tempat lain. Malahan makin rapi dan tersembunyi. Kalau ada orang luar masuk ke desa tersebut, akan ketahuan dan bisa dicurigai,” ucap AJ. Dewan Adat Madura (DAM) Cabang Bangkalan, Hai, menyatakan, Pulau Madura sudah masuk dalam kategori yang memprihatinkan dalam hal narkoba.
Hampir dari ujung barat sampai timur Pulau Garam tersebut, tidak ada berita yang tidak berkaitan penangkapan dan pemakai narkoba. Menurutnya, itu sebuah fenomena kerusakan nilai-nilai keagamaan. Kalangan santri yang lebih dikenal, saat ini sudah dirusak dengan narkoba yang sasarannya merupakan kalangan muda. “Narkoba telah meracuni hampir seluruh lapisan masyarakat di Pulau Madura. Ini sangat memprihatinkan dan harus segera disikapi secara serius oleh seluruh kalangan,” ucapnya.
Terkait stigma adanya kampung narkoba, pria yang akrab dipanggil Bang Hai ini menilai sudah ada pergeseran di desadesa yang kerap dijadikan tempat transaksi dan pesta narkoba. Sebagian besar, keberadaannya di lindungi oleh “tokoh” sekitar untuk memberikan keamanan dan kenyamanan bagi para penikmat sabu-sabu. Akibatnya, dengan adanya lindungan tokoh sekitar tersebut aparat kepolisian kerap kesulitan menembus dan memberantas peredaran narkoba.
Kalaupun hari ini berhasil digerebek, satu pekan atau bulan depan sudah beroperasi lagi dengan pindah ke tempat/rumah warga yang lain. “Keberadaan dari seorang tokoh yang seharusnya jadi pagar dalam pemberantasan korupsi, malah menjadi pelindung. dan itulah yang menjadikan narkoba makin marak,” ucapnya tanpa menyebut siapa tokoh yang dimaksud.
Subairi
(ars)