Akik dan Perhiasan Emas Zaman Majapahit Dipamerkan

Jum'at, 05 Juni 2015 - 09:24 WIB
Akik dan Perhiasan Emas...
Akik dan Perhiasan Emas Zaman Majapahit Dipamerkan
A A A
MOJOKERTO - Badan Pelestarian CagarBudaya (BPCP) ProvinsiJatimdi Trowulan, Mojokerto, memamerkan ratusan benda purbakala di era pemerintahan berbagai kerajaan.

Fantastis, karena benda yang dipamerkan itu adalah milik petinggi kerajaan yang terbuat dari emas. Kemarin, sedikitnya 218 benda berbahan emas dari 60 jenis dipamerkan BPCB. Namun, benda-benda itu ditunjukkan secara tertutup hanya khusus untuk media. Pameran tertutup itu digelar di ruang Kepala BPCP Jatim, Aris Soviyani. Selama ini, benda-benda bersejarah bernilai tinggi tersebut hanya disimpan dengan alasan keamanan.

Peninggalan emas berbagai bentuk itu dibeber oleh sejumlah petugas BPCB di meja kayu dengan alas kain hitam. Satu persatu koleksi dari brankas dikeluarkan. Koleksi tersimpan dalam plastik kecil yang dimasukkan dalam amplop besar berwarna cokelat. Amplop tersebut sebelumnya disimpan dalam brankas. Satu demi satu koleksi kemudian diletakkan di kain yang dibeber di lantai dan ditata oleh petugas. Tampak beragam koleksi mulai perhiasan emas seperti anting, kancing baju, kalung, dan lainnya.

Kemudian, peninggalan berbentuk lempengan dengan berbagai wujud seperti gambar sapi, naga, kurakura dan lainnya. Sementara peninggalan lainnya berupa lempengan. Ada berupa gambar, ada yang berisi fragmen tertentu yang belum diketahui fungsinya. Kepala BPCP Jatim, Aris Soviyani, mengatakan, bendabenda berbahan emas itu tidak hanya ditemukan di Mojokerto yang merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit.

Menurutnya, benda-benda tersebut juga hasil temuan di beberapa daerah di Jatim seperti Jombang, Banyuwangi, Trenggalek, Pasuruan, dan daerah lainnya. “Memang terbanyak sekitar 75% ditemukan di Mojokerto yang merupakan peninggalan Majapahit,” ucap Aris Soviyani, kemarin. Diperkirakan, benda-benda tersebut dibuat pada abad 12 dan 13. Menurut Aris, selain diduga perhiasan milik petinggi kerajaan, benda yang dipamerkan ini adalah sejumlah peralatan peribadatan.

“Ada juga yang belum kami ktahui benda apa berikut fungsinya. Yang jelas itu benda kuno dan berbahan emas,” paparnya. Beberapa benda berbahan emas yang dipamerkan kepada awak media itu di antaranya berbagai macam perhiasan, miniatur hewan, dan bunga dalam mitologi agama Hindu dan Buddha. Selain itu, benda dari batu mulia seperti batu akik dan miniatur patung Buddha juga dipamerkan.

“Benda-benda ini tak pernah dipamerkan untuk khalayak umum. Sejak ditemukan, belum pernah ditunjukkan,” ujar Aris. Terhitung sejak dirinya bekerja di BPCP Jatim di Trowulan 23 tahun silam, benda-benda tersebut hanya disimpan di brankas. Dia berharap, pameran kepada awak media itu untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa BPCB masih menyimpan benda-benda yang merupakan temuan masyarakat dan para arkeolog dalam sejumlah penelitian itu.

“Masih kita simpan dengan aman. Pada saatnya nanti masyarakat umum bisa melihat langsung,” ucapnya. Aris menjamin jika koleksi hasil temuan tahun 1977 hingga 2011 itu selama ini disimpan di tempat aman, yakni berupa brankas yang memiliki tiga kunci. Masing-masing kunci, kata Aris, disimpan tiga petugas di BPCB yang telah dipercaya. “Karena ini merupakan benda bernilai tinggi, kami hati-hati menyimpannya. Itulah alasan kenapa selama ini benda-benda ini tak dipamerkan secara terbuka,” ucapnya.

Namun rencananya, koleksi benda kuno berbahan emas mulai 16 karat, 18 karat, dan 22 karat tersebut bakal dipamerkan untuk umum jika pembangunan museum tertutup nanti selesai. Dia belum memastikan kapan museum tertutup itu selesai dibangun. “Rencananya memang akan dipajang di museum tertutup yang baru, karena di museum yang lama sudah penuh. Ini juga untuk alasan keamanan,” ujarnya.

Sementara Kepala Kelompok Kerja Dokumentasi BPCB Trowulan, Misa Demitawati, mengatakan, tidak semua benda bisa ditelusuri sejarahnya. Itu terkait sejarah penemuan sendiri. Menurutnya, akan kesulitan mendeteksi sejarah benda yang ditemukan tidak dalam lokasi atau situs tertentu.

“Misalnya di candi, akan mudah ditelusuri sejarahnya dengan melihat masa candi itu dibuat. Kalau temuan lepas akan sulit ditelusuri,” ujar Misa.

Tritus julan
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1444 seconds (0.1#10.140)