Uncu Angkat Kaki

Jum'at, 05 Juni 2015 - 08:29 WIB
Uncu Angkat Kaki
Uncu Angkat Kaki
A A A
BANDUNG - Kekalahan Persib Bandung dari Kitchee SC di babak 16 besar AFC Cup 2016, telah membuat Emral Abus bin Bustaman kehilangan pekerjaan dan pria berdarah Minang itu menanggalkan jabatannya di Maung Bandung.

Sosok yang akrab disapa Uncu atau Paman itu selama ini khusus menukangi skuat Maung Bandung di kompetisi Asia. Dia pertama kali memimpin Persib ketika bertarung di babak kualifikasi Asian Champions League (ACL) 2015 zona Asia Timur melawan Hanoi T & T.

Sejak itu, intrukstur kepelatihan PSSI ini memang diproyeksikan jadi pelatih kepala Persib selama berlaga di kompetisi antarklub Asia menggantikan peran Djadjang Nurdjaman karena baru mengantongi lisensi B AFC. Emral pun tak memungkiri merasakan kekecewaan atas hasil yang diraih di babak 16 besar. Selain tak bisa membawa Persib meraih kemenangan di 16 besar. Duel kontra Kitchee jadi karier terakhirnya bersama jawara Indonesia Super League(ISL) 2014 tersebut.

“Saya hanya terlibat dalam pertandingan internasional. Jadi dengan begitu, sudah tidak lagi bersama tim. Tapi yang lebih disayangkan, saat ini tim Indonesia dilarang mengikuti kegiatan skala internasional lagi yang diadakan FIFA maupun AFC karena mendapatkan sanksi,” ungkap Emral saat dihubungi melalui telepon selularnya, kemarin. Sanksi yang dijatuhkan FIFA terhadap Indonesia, dampaknya memang telah merugikan banyak pihak. Selain tidak bisa mengikuti ajang internasional, kursus kepelatihan C AFC yang seharusnya digelar sejak 1 hingga 13 Juni mendatang batal terlaksana.

“Termasuk kursus kemarin, padahal saya sudah sampai di Sawangan untuk C AFC, batal karena enggak boleh, kalau dilanjutkan juga tidak diakui. Firman (Utina) juga ikut menyayangkan tidak jadi mengikuti kursus, padahal sudah datang teman-teman dari Papua, Sulawesi, dan Aceh. Tapi batal, betapa rugi mereka itu,” kata Emral.

Dia mengaku, apapun alasannya jika sanksi FIFA sudah dijatuhkan hal itu malah membuat perkembangan sepak bola di dalam negeri benar-benar mati sekalipun kata dia, ada pihak yang gadang-gadang menyatakan, sanksi tersebut akan mengubah sepak bola nasional ke arah lebih positif. “Justru sebaliknya, karena kita berlatih tanding dengan tim sejajar saja tidak bisa, ikut laga enggak juga. Uji coba sama tingkat internasional itu sangat penting,” tegasnya.

Pelatih kelahir Lubuk Nyiur, Sumatera Barat, 56 tahun silam itu meyakini pembekuan yang dilakukan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) kepada PSSI salah kaprah. “Ya seharusnya, kalau ada yang tidak sehat ambil pelakunya, bukan dibekukan organisasinya,” tuturnya. Kondisi ini kata Emral telah membuat banyak pihak, khususnya klub dirugikan. Sehingga cukup banyak di antara klub yang lebih memilih membubarkan tim dengan alasan finansial.

“Pembinaan di klub itu kanuangnya tidak sedikit, gaji pemain dan pelatih kan harus dibayar. Jadi manajemen juga pasti berpikir ulang karena sepak bola Indonesia belakangan ini arahnya tidak jelas,” katanya. Untuk itu, Emral berharap kubu Menpora dan PSSI segera berdamai, agar pihakpihak yang merasa dirugikan kembali menjalani aktivitasnya seperti semula.

“Mudah-mudahan dalam waktu dekat Kemenpora dan PSSI sudah sejalan, kalau sanksi sudah dicabut PSSI juga lepas dari hukuman FIFA. Kasihan ini banyak pengangguran, akibat sepak bola kita yang tidak jalan,” pungkasnya.

Muhammad ginanjar
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6066 seconds (0.1#10.140)