Pesta Mejuah-juah Tak Cerminkan Budaya Karo
A
A
A
KARO - Pesta Budaya Mejuah-juah yang digelar Pemkab Karo dinilai tidak mencerminkan kearifan lokal. Peserta yang berpartisipasi, tidak ada yang menyuguhkan adat, budaya, dan kesenian masyarakat Karo.
Sejumlah pemerhati budaya Karo, di antaranya Bukti Ginting, ZidinSembiring, dan Roni Bukit, mengatakan, dari sekitar 30 stan yang tersedia, lebih banyak didominasi bank swasta, perhotelan, showroom sepeda motor, batu akik, obat pertanian, rumah sakit, dan pupuk pertanian. Padahal, kegiatan ini sebelumnya sudah dikritik karena tidak peka dengan kondisi pengungsi korban erupsi Sinabung.
“Hampir tak ada yang menampilkan adat kebudayaan suku Karo. Jadi, di mana sesungguhnya nilai budaya yang kerap disampaikan Pak Bupati untuk melestarikan kearifan lokal. Karya tangan korban erupsi pada saat di pengungsian juga mengapa tidak ditampilkan?” ujar Bukti, Minggu (31/5). Mereka pun menilai Pemkab Karo sebagai penyelenggara secara tidak langsung telah memunculkan sikap ketidakpedulian terhadap korban erupsi Sinabung.
Selain itu, kegiatan yang diselenggarakan sejak Jumat (29/5) ini minim unsur edukasi kepada masyarakat. “Pada stan BPBD Karo terpampang foto-foto bupati. Seharusnya yang dipajang itu bagaimana kondisi desa-desa terdampak, foto saat erupsi Sinabung, foto aliran lahar dingin. Jadi, dapat memberikan edukasi kepada masyarakat yang melihat,” ucap Roni Bukit.
Salah seorang wisatawan asal Kota Medan juga mengaku kecewa melihat event tersebut. Dia tidak melihat ada promosi terhadap kebudayaan dan seni masyarakat Karo. Apalagi, kondisi areal stan pameran ada yang digenangi air dan becek, serta terdapat timbunan pasir di sejumlah titik. “Ini bukan pesta budaya, masak dari puluhan stan yang kami kunjungi, tidak ada yang menampilkan budaya Karo.
Padahal, saya ke sini mau lihat kebudayaan Karo sesuai yang dipromosikan. Yang ada malah ditawari buka tabungan. Sama sekali tidak sesuai yang dipromosikan, mengecewakan,” ujarnya. Sementara itu, penggiat seni asal Berastagi, Anto Pandia, mengaku kecewa dengan panitia pelaksana Pesta Budaya Mejuah- juah.
Dia mengungkapkan, sepekan sebelum pelaksanaan sudah memesan stan kepada panitia untuk menampilkan karya seninya. Namun, harga sewa yang dipatok panitia terlalu tinggi, sehingga dia pun mengurungkan niatnya. “Waktu itu saya bicara dengan Pak Piala Putra selaku panitia, dia bilang biaya sewa stan Rp1,5 juta untuk tiga hari.
Mana sanggup kami, karena yang dijual hanya baju-baju, kaus, dan dompet berbahan anyaman daun pandan (biasanya digunakan orang Karo untuk bahan membuat tikar amak mbentar ),” ungkapnya. Lebih lanjut dia menilai, panitia pelaksana Pesta Budaya Mejuah-juah terkesan mencari keuntungan dengan mematok biaya semahal itu untuk sewa stan pameran berukuran sekitar 2,5x4 meter.
“Katanya anggaran untuk Pesta Mejuah-juah ditampung di APBD Karo, terus kenapa untuk stan pameran dikenakan biaya semahal itu. Kalau bank-bank swasta dan showroom sepeda motor, wajarlah bisa menyewa,” ucapnya. Koordinator Sekretariat Pesta Budaya Mejuah-juah yang juga Kabid Promosi dan Perizinan Disbudpar Kabupaten Karo,
Piala Putra Tarigan, ketika dikonfirmasi mengaku melihat ada keterkaitan antara apa yang hendak dipamerkan dan apa yang mau diperdagangkan pada stan Pesta Mejuah-juah dengan kehidupan masyarakat Karo. “(Stan) Pertanian Karo itu melekat dengan budayanya,” katanya.
Riza pinem
Sejumlah pemerhati budaya Karo, di antaranya Bukti Ginting, ZidinSembiring, dan Roni Bukit, mengatakan, dari sekitar 30 stan yang tersedia, lebih banyak didominasi bank swasta, perhotelan, showroom sepeda motor, batu akik, obat pertanian, rumah sakit, dan pupuk pertanian. Padahal, kegiatan ini sebelumnya sudah dikritik karena tidak peka dengan kondisi pengungsi korban erupsi Sinabung.
“Hampir tak ada yang menampilkan adat kebudayaan suku Karo. Jadi, di mana sesungguhnya nilai budaya yang kerap disampaikan Pak Bupati untuk melestarikan kearifan lokal. Karya tangan korban erupsi pada saat di pengungsian juga mengapa tidak ditampilkan?” ujar Bukti, Minggu (31/5). Mereka pun menilai Pemkab Karo sebagai penyelenggara secara tidak langsung telah memunculkan sikap ketidakpedulian terhadap korban erupsi Sinabung.
Selain itu, kegiatan yang diselenggarakan sejak Jumat (29/5) ini minim unsur edukasi kepada masyarakat. “Pada stan BPBD Karo terpampang foto-foto bupati. Seharusnya yang dipajang itu bagaimana kondisi desa-desa terdampak, foto saat erupsi Sinabung, foto aliran lahar dingin. Jadi, dapat memberikan edukasi kepada masyarakat yang melihat,” ucap Roni Bukit.
Salah seorang wisatawan asal Kota Medan juga mengaku kecewa melihat event tersebut. Dia tidak melihat ada promosi terhadap kebudayaan dan seni masyarakat Karo. Apalagi, kondisi areal stan pameran ada yang digenangi air dan becek, serta terdapat timbunan pasir di sejumlah titik. “Ini bukan pesta budaya, masak dari puluhan stan yang kami kunjungi, tidak ada yang menampilkan budaya Karo.
Padahal, saya ke sini mau lihat kebudayaan Karo sesuai yang dipromosikan. Yang ada malah ditawari buka tabungan. Sama sekali tidak sesuai yang dipromosikan, mengecewakan,” ujarnya. Sementara itu, penggiat seni asal Berastagi, Anto Pandia, mengaku kecewa dengan panitia pelaksana Pesta Budaya Mejuah- juah.
Dia mengungkapkan, sepekan sebelum pelaksanaan sudah memesan stan kepada panitia untuk menampilkan karya seninya. Namun, harga sewa yang dipatok panitia terlalu tinggi, sehingga dia pun mengurungkan niatnya. “Waktu itu saya bicara dengan Pak Piala Putra selaku panitia, dia bilang biaya sewa stan Rp1,5 juta untuk tiga hari.
Mana sanggup kami, karena yang dijual hanya baju-baju, kaus, dan dompet berbahan anyaman daun pandan (biasanya digunakan orang Karo untuk bahan membuat tikar amak mbentar ),” ungkapnya. Lebih lanjut dia menilai, panitia pelaksana Pesta Budaya Mejuah-juah terkesan mencari keuntungan dengan mematok biaya semahal itu untuk sewa stan pameran berukuran sekitar 2,5x4 meter.
“Katanya anggaran untuk Pesta Mejuah-juah ditampung di APBD Karo, terus kenapa untuk stan pameran dikenakan biaya semahal itu. Kalau bank-bank swasta dan showroom sepeda motor, wajarlah bisa menyewa,” ucapnya. Koordinator Sekretariat Pesta Budaya Mejuah-juah yang juga Kabid Promosi dan Perizinan Disbudpar Kabupaten Karo,
Piala Putra Tarigan, ketika dikonfirmasi mengaku melihat ada keterkaitan antara apa yang hendak dipamerkan dan apa yang mau diperdagangkan pada stan Pesta Mejuah-juah dengan kehidupan masyarakat Karo. “(Stan) Pertanian Karo itu melekat dengan budayanya,” katanya.
Riza pinem
(bhr)