CFN Asia Afrika Makin Meriah
A
A
A
BANDUNG - Gelaran kedua Car Free Night (CFN) di Jalan Asia Af rika, Kota Bandung tadi ma lam makin meriah dengan ha dirnya berbagai panggung per tun jukan seni budaya tradisi.
Ribuan orang tumpah ruah dijalan bersejarah ini. CFN di Jalan Asia Afrika menjadi ajang pengunjung untuk berfotoria dan menikmati suasana kota tua dalam menghabiskan malam panjang. Para pengunjung tak hanya warga lokal Kota Kembang, tapi juga wisatawan nusantara dan mancanegara.
Suasana baru yang didapatkan pengunjung di gelaran kedua CFN, terdapat berbagai stan per tu n jukan seni budaya yang menarik. Tari-tarian dan kolaborasi seni musik tradisi dengan mo dern menambah meriah sua sana CFN Asia Afrika. Gel CFN dimulai pukul 18.00 WIB.
Memasuki malam hari, sekitar pukul 21.00 WIB, salah satu panggung pertunjukan di dekat museum Konfrensi Asia Afrika atau Gedung Merdeka menarik perhatian pengunjung. Alunan bunyi dari alat musik bambu yang dikolaborasikan de ngan musik modern dan suguhan Hip Hop Sunda membuat pengunjung semakin memadati panggung pertunjukan.
“Acara CFN tentu sangat membantu keberadaan komunitas seni tradisi seperti kami,” kata raper Sundanis Hip Hop Rudi Supriadi saat ditemui KORAN SINDO di CFN Asia Afrika. Menurut dia, untuk mengangkat kesenian tradisi sebagai aset wisata, media berakhirpekan seperti itu sangat tepat.
Ter lebih pementasan aktivitas seni tradisi itu bisa dikenalkan lebih jauh kepada para pen datang yang melancong ke Kota Bandung. “Akhir pekan para pengunjung tentu ingin refreshing. Sehingga sosialisasi kesenian tradisi kepada ma syarakat lebih optimal,” ungkap dia. Tak hanya bermanfaat dalam kegiatan wisata budaya, CFN juga dinilai dapat menjemba tani kebutuhan para pegiat seni budaya.
Sehingga semangat pelaku seni tetap terpelihara dengan hadirnya ruang pementasan di tengah masyarakat. “Untuk pementasan kesenian tradisi, mau di selenggarakan jam berapa di hari seperti ini tetap bisa diterima. Karena esok merupakan hari berlibur,” tutur Rudi.
Pendapat senada juga disampaikan oleh pegiat K omunitas Sagala Awi, Ipey. Menurut Ipey penyertaan aktivitas seni bu daya dalam gelaran CFN dinilai mampu mengangkat keberadaan seni tradisi diKota Bandung. Terlebih bila di gelaran selanjutnya, stan pertunjukan seni diperbanyak.
“Un tuk gelaran perdana CFN, per tunjukan seni budaya masih minim.
Namun sekarang ber tambah, sehingga kami me nyam butnya dengan penuhantu sias,” kata Ipey. Bagi pegiat seni seperti dirinya, CFN menjadi acara yang ditunggu-tunggu.
Pasalnya ruang untuk berinteraksi se niman tradisi masih sangat m inim, terlebih bagi kalangan pe giat muda. Dirinya pun berharap agar kegiatan CFN bisa terus berjalan di kemudian hari.
Heru muthahari
Ribuan orang tumpah ruah dijalan bersejarah ini. CFN di Jalan Asia Afrika menjadi ajang pengunjung untuk berfotoria dan menikmati suasana kota tua dalam menghabiskan malam panjang. Para pengunjung tak hanya warga lokal Kota Kembang, tapi juga wisatawan nusantara dan mancanegara.
Suasana baru yang didapatkan pengunjung di gelaran kedua CFN, terdapat berbagai stan per tu n jukan seni budaya yang menarik. Tari-tarian dan kolaborasi seni musik tradisi dengan mo dern menambah meriah sua sana CFN Asia Afrika. Gel CFN dimulai pukul 18.00 WIB.
Memasuki malam hari, sekitar pukul 21.00 WIB, salah satu panggung pertunjukan di dekat museum Konfrensi Asia Afrika atau Gedung Merdeka menarik perhatian pengunjung. Alunan bunyi dari alat musik bambu yang dikolaborasikan de ngan musik modern dan suguhan Hip Hop Sunda membuat pengunjung semakin memadati panggung pertunjukan.
“Acara CFN tentu sangat membantu keberadaan komunitas seni tradisi seperti kami,” kata raper Sundanis Hip Hop Rudi Supriadi saat ditemui KORAN SINDO di CFN Asia Afrika. Menurut dia, untuk mengangkat kesenian tradisi sebagai aset wisata, media berakhirpekan seperti itu sangat tepat.
Ter lebih pementasan aktivitas seni tradisi itu bisa dikenalkan lebih jauh kepada para pen datang yang melancong ke Kota Bandung. “Akhir pekan para pengunjung tentu ingin refreshing. Sehingga sosialisasi kesenian tradisi kepada ma syarakat lebih optimal,” ungkap dia. Tak hanya bermanfaat dalam kegiatan wisata budaya, CFN juga dinilai dapat menjemba tani kebutuhan para pegiat seni budaya.
Sehingga semangat pelaku seni tetap terpelihara dengan hadirnya ruang pementasan di tengah masyarakat. “Untuk pementasan kesenian tradisi, mau di selenggarakan jam berapa di hari seperti ini tetap bisa diterima. Karena esok merupakan hari berlibur,” tutur Rudi.
Pendapat senada juga disampaikan oleh pegiat K omunitas Sagala Awi, Ipey. Menurut Ipey penyertaan aktivitas seni bu daya dalam gelaran CFN dinilai mampu mengangkat keberadaan seni tradisi diKota Bandung. Terlebih bila di gelaran selanjutnya, stan pertunjukan seni diperbanyak.
“Un tuk gelaran perdana CFN, per tunjukan seni budaya masih minim.
Namun sekarang ber tambah, sehingga kami me nyam butnya dengan penuhantu sias,” kata Ipey. Bagi pegiat seni seperti dirinya, CFN menjadi acara yang ditunggu-tunggu.
Pasalnya ruang untuk berinteraksi se niman tradisi masih sangat m inim, terlebih bagi kalangan pe giat muda. Dirinya pun berharap agar kegiatan CFN bisa terus berjalan di kemudian hari.
Heru muthahari
(bbg)