Ada Das Kapital di Sela Batu Akik

Senin, 18 Mei 2015 - 10:47 WIB
Ada Das Kapital di Sela...
Ada Das Kapital di Sela Batu Akik
A A A
BLITAR - Batu Pancawarna menjadi primadona dalam pameran batu mulia dan agate (akik) se-Provinsi Jawa Timur di pelataran Pendopo Kabupaten Blitar, kemarin.

Namun batu souvenir Konfrensi Asia Afrika (KAA) ke-60 di Bandung Jawa Barat itu mendapat saingan buku Das Kapital karya Karl Marx. Tiga jilid lengkap “kitab suci” kaum revolusioner kiri itu disuguhkan secara vulgar berdampingan dengan bebatuan di salah satu lapak milik Abian Yuantoro. “Iya ini memang kitab Das Kapital yang fenomenal itu,” tutur Abian Yuantoro kepada wartawan, kemarin.

Das Kapital adalah risalah ekonomi yang ditulis Karl Marx. Sebuah karya seorang ekonom sekaligus filosof terkemuka. Marx seorang keturunan yahudi berkebangsaan Jerman. Bersama Fredirich Engels, karib ideologinya, ia memblejeti sistem ekonomi kapitalis (borjuis) Adam Smith yang menindas kaum buruh (proletar). Das Kapital merupakan master piece yang menjadi panduan perjuangan kelas.

Buku ini diterbitkan Hasta Mitra, salah satu penerbit Indonesia yang menerbitkan karya penulis penerima penghargaan bergengsi Ramon Magsay Say Pramoedya Ananta Toer. Satu jilid buku memiliki tebal lebih 700 halaman. Mudah ditebak, buku bersampul merah dengan gambar laki tua berjenggot tebal (Karl Marx) itu sontak mencuri perhatian pengunjung pameran. Sebab di era rezim orde baru Das Kapital masuk ke dalam golongan bacaan terlarang.

Disela menguji jenis dan kualitas batu, beberapa pengunjung menyempatkan membuka isi Kapital. “Pesannya adalahpamerandanbursa batu mulia dan akik ini adalah kegiatan ekonomi yang berbasis material. Jadi tidak ada lagi unsur metafisika,” terang Abian. Lapak Abian cukup unik. Selain tumpukan Das Kapital, ada juga buku Zaman Peralihan karya Soe Hok Gie. Radio kuno, kamera polaroid lawas dan timbangan klasik juga ada di sana. Selain timbangan, radio dan kamera, buku buku itu juga dijual.

Sementara batu yang dipamerkan Abian berjumlah tidak lebih dari 100 butir. Sebagai penggemar batu ia menilai boomingnya batu pancawarna karena efek terpilihnya sebagai buah tangan kepala negara acara KAA di Bandung. “Dan semua daerah itu sebenarnya memiliki batu pancawarnanya sendiri. Sentimen pasar ini mirip dengan batu bacan. Bacan menjadi naik daun karena menjadi hadiah Presiden SBY kepada Presiden USA Obama, “pungkasnya.

Pameran batu berlangsung dua hari, yakni 16-17 Mei 2015. Bupati Blitar Herry Noegroho hadir membuka acara. Menurut keterangan Ketua Panitia Acara Prawoto Sadewo jumlah peserta pameran sebanyak 80 lapak. Mereka tidak hanya datang dari Jawa Timur saja. “Ada juga peserta yang berasal dari Kalimantan dan Sulawesi. Mereka juga membawa batu khas daerah masing masing,” ujarnya. Prawoto menilai acara yang digelarnya adalah wujud ekonomi kerakyatan yang sesungguhnya.

Tidak hanya batu yang dijual. Peserta juga menjual segala macam aksesorisnya, termasuk kaos bertema batu. Paradigma batu sebagai aksesoris keindahan dan seni telah menamatkan segala unsur meta-fisika. Batu termurah seharga Rp100 ribu. Bentuknya beragam. Mulai masih kasar bongkahan hingga sudah tergosok berbentuk bulatan. Namun dalam pameran ada juga batu motif jenis fosil asal Kabupaten Ponorogo yang mendapat penawaran fantastis Rp300 juta.

“Yang menarik dalam acara ini semua daerah menunjukkan batu daerahnya sendiri sendiri. Semua kelas ekonomi terlibat. Kami memperkirakan dalam dua hari uang yang berputar mencapai ratusan juta, “pungkasnya.

Solichan arif
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7955 seconds (0.1#10.140)