Tekad, Kerja Keras dan Doa Jadi Solusi
A
A
A
Pengumuman kelulusan tingkat SMA/MA/SMK telah dilakukan. Tercatat, peraih nilai UN tertinggi se- DIY untuk jurusan IPA diraih Selma Mutiara Hani dari SMA Negeri 3 Yogyakarta.
Dengan nilai sempurna untuk mata pelajaran Kimia, Selma meraih total nilai 562,1 untuk enam mata pelajaran yang diujikan. Prestasi yang diraihnya tersebut, menurut Selma, merupakan hasil kerja kerasnya selama ini. Meskipun tak menyangka bisa meraih nilai UN tertinggi di DIY, Selma mengaku senang dan ini menjadi persembahannya untuk sang ibu tercinta.
“Saya juga kaget waktu diselamati teman-teman. Saya pikir selamat apa. Karena sebenarnya banyak teman yang lebih pintar daripada saya. Tapi saya sadar, ini mungkin buah hasil kerja keras saya. Karena saya belajar pun tidak mainmain. Selain belajar di sekolah, saya biasanya juga tanya-tanya ke guru setelah pulang sekolah. Saya juga ikut tambahan belajar di lembaga bimbingan belajar,” ujarnya.
Diakui Selma, dukungan dan doa sang ibu serta bantuan- bantuan yang diterimanya selama ini, baik dari guru dan teman-temannya, juga memiliki andil besar pada prestasinya. Ditambah dengan doa dan kegigihannya, cita-citanya untuk menjadi seorang dokter seperti sang ibu pun semakin terbuka. Apalagi saat ini Selma telah dinyatakan lolos SNMPTN untuk Fakultas Kedokteran UGM.
“Sejak kecil, ibu memang sudah menekankan pada saya dan adik-adik bahwa belajar adalah kewajiban kami. Namun kewajiban tersebut juga harus menjadi kecintaan kami karena menurut ibu, ilmu itu sangat penting. Ajaran ini yang tertanam dalam benak saya, sampai saya pun mencintai kegiatan belajar,” ungkap sulung dari tiga bersaudara ini.
Gadis kelahiran Gresik, 13 Februari 1997, ini pun memiliki siklus belajar terjadwal. Selain belajar di sekolah dan lembaga bimbingan belajar, hampir setiap hari dia akan terbangun sekitar pukul 23.00 setelah tidur selama 3 jam. Tengah malam, ia isi dengan aktivitas belajar hingga pukul 03.00 dini hari. Tak heran jika nilai UN Selma mencapai 91,8 untuk Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris 85,4, Matematika 97,4, Fisika 97,5, Kimia 100, dan Biologi 90.
“Waktu UN kemarin, Biologi yang paling sulit. Karena soalsoalnya di luar materi UN yang selama ini saya pelajari. Kalau dilihat-lihat bentuknya seperti soal olimpiade, sangat teoritis,” tuturnya. Selma juga mengungkapkan pengalamannya saat beredar kunci jawaban UN. Dia mengaku langsung menutup mata dan telinga dari kunci jawaban yang beredar.
“Saya hanya tidak ingin memalukan almamater saya, orang tua dan diri sendiri,” ujar siswa yang selalu menjadi juara kelas sejak SD ini. Sementara Ibunda Selma, Dr Ani Rusnani Fibriani Sp.S, mengakui kemandirian sang anak sejak kelas 4 SD. Kemandirian Selma pun muncul seusai meninggal sang ayah. Tak hanya dalam urusan belajar, kehidupan Selma benar- benar mandiri.
“Saya tentu bangga dengan Selma. Dia selalu bisa memberikan prestasi terbaik bagi saya. Walaupun sebenarnya, saya tidak menuntut dia harus selalu menjadi nomor satu,” ujarnya. Dokter spesialis saraf di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta ini juga mengenalkan arti perjuangan hidup kepada anakanaknya sejak kecil. Selma pun diakuinya memahami bahwa sesuatu tidak dapat diraih dengan mudah. Tekad, kerja keras, dan doa menjadi solusinya.
Ratih Keswara
Yogyakarta
Dengan nilai sempurna untuk mata pelajaran Kimia, Selma meraih total nilai 562,1 untuk enam mata pelajaran yang diujikan. Prestasi yang diraihnya tersebut, menurut Selma, merupakan hasil kerja kerasnya selama ini. Meskipun tak menyangka bisa meraih nilai UN tertinggi di DIY, Selma mengaku senang dan ini menjadi persembahannya untuk sang ibu tercinta.
“Saya juga kaget waktu diselamati teman-teman. Saya pikir selamat apa. Karena sebenarnya banyak teman yang lebih pintar daripada saya. Tapi saya sadar, ini mungkin buah hasil kerja keras saya. Karena saya belajar pun tidak mainmain. Selain belajar di sekolah, saya biasanya juga tanya-tanya ke guru setelah pulang sekolah. Saya juga ikut tambahan belajar di lembaga bimbingan belajar,” ujarnya.
Diakui Selma, dukungan dan doa sang ibu serta bantuan- bantuan yang diterimanya selama ini, baik dari guru dan teman-temannya, juga memiliki andil besar pada prestasinya. Ditambah dengan doa dan kegigihannya, cita-citanya untuk menjadi seorang dokter seperti sang ibu pun semakin terbuka. Apalagi saat ini Selma telah dinyatakan lolos SNMPTN untuk Fakultas Kedokteran UGM.
“Sejak kecil, ibu memang sudah menekankan pada saya dan adik-adik bahwa belajar adalah kewajiban kami. Namun kewajiban tersebut juga harus menjadi kecintaan kami karena menurut ibu, ilmu itu sangat penting. Ajaran ini yang tertanam dalam benak saya, sampai saya pun mencintai kegiatan belajar,” ungkap sulung dari tiga bersaudara ini.
Gadis kelahiran Gresik, 13 Februari 1997, ini pun memiliki siklus belajar terjadwal. Selain belajar di sekolah dan lembaga bimbingan belajar, hampir setiap hari dia akan terbangun sekitar pukul 23.00 setelah tidur selama 3 jam. Tengah malam, ia isi dengan aktivitas belajar hingga pukul 03.00 dini hari. Tak heran jika nilai UN Selma mencapai 91,8 untuk Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris 85,4, Matematika 97,4, Fisika 97,5, Kimia 100, dan Biologi 90.
“Waktu UN kemarin, Biologi yang paling sulit. Karena soalsoalnya di luar materi UN yang selama ini saya pelajari. Kalau dilihat-lihat bentuknya seperti soal olimpiade, sangat teoritis,” tuturnya. Selma juga mengungkapkan pengalamannya saat beredar kunci jawaban UN. Dia mengaku langsung menutup mata dan telinga dari kunci jawaban yang beredar.
“Saya hanya tidak ingin memalukan almamater saya, orang tua dan diri sendiri,” ujar siswa yang selalu menjadi juara kelas sejak SD ini. Sementara Ibunda Selma, Dr Ani Rusnani Fibriani Sp.S, mengakui kemandirian sang anak sejak kelas 4 SD. Kemandirian Selma pun muncul seusai meninggal sang ayah. Tak hanya dalam urusan belajar, kehidupan Selma benar- benar mandiri.
“Saya tentu bangga dengan Selma. Dia selalu bisa memberikan prestasi terbaik bagi saya. Walaupun sebenarnya, saya tidak menuntut dia harus selalu menjadi nomor satu,” ujarnya. Dokter spesialis saraf di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta ini juga mengenalkan arti perjuangan hidup kepada anakanaknya sejak kecil. Selma pun diakuinya memahami bahwa sesuatu tidak dapat diraih dengan mudah. Tekad, kerja keras, dan doa menjadi solusinya.
Ratih Keswara
Yogyakarta
(bbg)