34 Siswa Dapat Raih Penghargaan IAYP
A
A
A
SURABAYA - Sebanyak 34 siswa SMA Muhammadiyah Dua (Smamda) Surabaya mendapatkan International Award dari The International Award For Young People (IAYP) Indonesia.
Penghargaan bergengsi ini diberikan Executive Director IAYP Indonesia Aurina Setya Wita di Aula SD Muhammadiyah 4 Pucang yang lokasinya bersebelahan dengan Smamda di Jalan Pucang Anom, Surabaya. Ada beberapa kategori penghargaan. TheInternationalAward: A Journey of Self-Discovery, A Journey Through Leadership, dan A Journey Through Partnership.
Wildan Nurrahman, siswa kelas XI-IPS Smamda, merupakan satu di antara 34 penerima penghargaan tersebut. Penghargaan ini diterima Wildan lantaran dia jual nasi. Lho kok ? Wildan yang tinggal di wilayah Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo, ini selalu membawa nasi jamur dan piza mi yang dibuat ibunya. ”Tiap hari saya membawa 23 kotak nasi jamur dan piza mi ke sekolah,” tutur Wildan menjelang penerimaan penghargaan.
Saat jam sekolah, Wildan menjajakan dagangannya itu ke teman, adik, dan kakak kelasnya. Bangunan sekolahan yang terdiri dari beberapa lantai itu dia susuri. ”Nasi dan piza mi saya ambil dari ibu harganya Rp4.000 per paket, kemudian saya jual Rp5.000 per paket,” tutur Wildan.
Keuntungan Rp1.000 yang dia dapatkan dari tiap dari kotak nasi jamur atau piza mi yang laku disisihkannya, ditabung. Apakah pernah tidak habis? Soal ini, Wildan mengaku selalu berhasil menjual semua nasi dan piza mi yang dibawanya. Pendekatan personal ke kawan, adik, maupun kakak kelas menjadi kelebihan tersendiri baginya dalam memasarkan dagangan agar laris manis.
Selain Wildan, ada Syifa Madani, siswa kelas XI-IPA3 Smamda. Kegiatannya di seksi ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) OSIS membuatnya aktif dalam kegiatan luar sekolah, termasuk mempromosikan Smamda di sejumlah SMP. ”Selama ini aktif terus menerus dalam OSIS,” tutur Syifa.
Didi Rowandi, Pembina IAYP, menandaskan, tidak mudah meraih penghargaan skala internasional ini. Harus disertai ketelatenan atas apa yang dilakukan. Penilai IAYP akan bekerja terusmenerus. ”Sebenarnya yang daftar ada 77 siswa, tapi akhirnya yang mendapat penghargaan ada 34 siswa,” kata Didi.
Executive Director IAYP Indonesia Aurina Setya Wita menyatakan, pihaknya selalu mendorong sekolah agar merangsang siswanya ikut program IAYP. Tanpa dorongan, perhatian sekolah, siswa sulit mengikuti program secara terusmenerus.
Soeprayitno
Penghargaan bergengsi ini diberikan Executive Director IAYP Indonesia Aurina Setya Wita di Aula SD Muhammadiyah 4 Pucang yang lokasinya bersebelahan dengan Smamda di Jalan Pucang Anom, Surabaya. Ada beberapa kategori penghargaan. TheInternationalAward: A Journey of Self-Discovery, A Journey Through Leadership, dan A Journey Through Partnership.
Wildan Nurrahman, siswa kelas XI-IPS Smamda, merupakan satu di antara 34 penerima penghargaan tersebut. Penghargaan ini diterima Wildan lantaran dia jual nasi. Lho kok ? Wildan yang tinggal di wilayah Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo, ini selalu membawa nasi jamur dan piza mi yang dibuat ibunya. ”Tiap hari saya membawa 23 kotak nasi jamur dan piza mi ke sekolah,” tutur Wildan menjelang penerimaan penghargaan.
Saat jam sekolah, Wildan menjajakan dagangannya itu ke teman, adik, dan kakak kelasnya. Bangunan sekolahan yang terdiri dari beberapa lantai itu dia susuri. ”Nasi dan piza mi saya ambil dari ibu harganya Rp4.000 per paket, kemudian saya jual Rp5.000 per paket,” tutur Wildan.
Keuntungan Rp1.000 yang dia dapatkan dari tiap dari kotak nasi jamur atau piza mi yang laku disisihkannya, ditabung. Apakah pernah tidak habis? Soal ini, Wildan mengaku selalu berhasil menjual semua nasi dan piza mi yang dibawanya. Pendekatan personal ke kawan, adik, maupun kakak kelas menjadi kelebihan tersendiri baginya dalam memasarkan dagangan agar laris manis.
Selain Wildan, ada Syifa Madani, siswa kelas XI-IPA3 Smamda. Kegiatannya di seksi ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) OSIS membuatnya aktif dalam kegiatan luar sekolah, termasuk mempromosikan Smamda di sejumlah SMP. ”Selama ini aktif terus menerus dalam OSIS,” tutur Syifa.
Didi Rowandi, Pembina IAYP, menandaskan, tidak mudah meraih penghargaan skala internasional ini. Harus disertai ketelatenan atas apa yang dilakukan. Penilai IAYP akan bekerja terusmenerus. ”Sebenarnya yang daftar ada 77 siswa, tapi akhirnya yang mendapat penghargaan ada 34 siswa,” kata Didi.
Executive Director IAYP Indonesia Aurina Setya Wita menyatakan, pihaknya selalu mendorong sekolah agar merangsang siswanya ikut program IAYP. Tanpa dorongan, perhatian sekolah, siswa sulit mengikuti program secara terusmenerus.
Soeprayitno
(ftr)