Corona Bakal Memasuki Fase Tak Berdaya Saat Jelang Ramadhan
A
A
A
LONDON - Memasuki bulan April, atau menjelang bulan Ramadhan, para ilmuwan menantikan virus Corona baru, Covid-19 bakal bermutasi kira-kira setiap 15 hari sekali dan terus menjinak.
Ribuan urutan genetik virus telah diunggah ke database terbuka NextStrain yang menunjukkan bagaimana virus bermigrasi dan membelah menjadi subtipe baru.
Para peneliti mengatakan data menunjukkan virus corona bermutasi rata-rata setiap 15 hari, menurut National Geographic.
Salah satu pendiri NextStrain, Trevor Bedford, mengatakan bahwa mutasi sangat kecil sehingga tidak ada satu strain yang lebih mematikan daripada yang lain.
Para peneliti juga percaya strain tidak akan tumbuh lebih mematikan ketika berevolusi.
Bedford mengatakan kepada National Geographic: "Mutasi ini benar-benar jinak dan berguna sebagai potongan teka-teki untuk mengungkap bagaimana virus menyebar." tulis The Sun Minggu (5/4/2020).
Dia menambahkan berbagai jenis virus memungkinkan untuk melacak penularannya dan seberapa luas penyebarannya, yang mengindikasikan apakah kebijakan isolasi sendiri berdampak.
"Kita akan dapat mengetahui seberapa jauh transmisi yang kita lihat dan menjawab pertanyaan, Bisakah kita melepaskan kaki kita dari gas?," kata Bedford.
Sebelumnya di Bulan Maret lalu, Otoritas kesehatan Islandia mendeteksi 40 varian virus corona setelah bermutasi. Temuan itu muncul setelah mereka melakukan tes dengan menggandeng perusahaan genetika swasta deCODE genetics terhadap 9.768 orang di negara tersebut.
Menurut profesor dan virolog Universitas Copenhagen, Allan Randrup Thomsen, temuan ini menyiratkan bahwa virus pada akhirnya akan menjadi lebih menular, kendati tidak terlalu parah.
"Ini berarti bahwa virus dapat menginfeksi lebih banyak karena lebih baik beradaptasi, tetapi bukan varian virus penyebab penyakit yang bertahan. Ini adalah varian yang menyebabkan lebih sedikit penyakit," papar Thomsen kepada surat kabar Denmark, Information, yang dikutip Sputnik.
Ribuan urutan genetik virus telah diunggah ke database terbuka NextStrain yang menunjukkan bagaimana virus bermigrasi dan membelah menjadi subtipe baru.
Para peneliti mengatakan data menunjukkan virus corona bermutasi rata-rata setiap 15 hari, menurut National Geographic.
Salah satu pendiri NextStrain, Trevor Bedford, mengatakan bahwa mutasi sangat kecil sehingga tidak ada satu strain yang lebih mematikan daripada yang lain.
Para peneliti juga percaya strain tidak akan tumbuh lebih mematikan ketika berevolusi.
Bedford mengatakan kepada National Geographic: "Mutasi ini benar-benar jinak dan berguna sebagai potongan teka-teki untuk mengungkap bagaimana virus menyebar." tulis The Sun Minggu (5/4/2020).
Dia menambahkan berbagai jenis virus memungkinkan untuk melacak penularannya dan seberapa luas penyebarannya, yang mengindikasikan apakah kebijakan isolasi sendiri berdampak.
"Kita akan dapat mengetahui seberapa jauh transmisi yang kita lihat dan menjawab pertanyaan, Bisakah kita melepaskan kaki kita dari gas?," kata Bedford.
Sebelumnya di Bulan Maret lalu, Otoritas kesehatan Islandia mendeteksi 40 varian virus corona setelah bermutasi. Temuan itu muncul setelah mereka melakukan tes dengan menggandeng perusahaan genetika swasta deCODE genetics terhadap 9.768 orang di negara tersebut.
Menurut profesor dan virolog Universitas Copenhagen, Allan Randrup Thomsen, temuan ini menyiratkan bahwa virus pada akhirnya akan menjadi lebih menular, kendati tidak terlalu parah.
"Ini berarti bahwa virus dapat menginfeksi lebih banyak karena lebih baik beradaptasi, tetapi bukan varian virus penyebab penyakit yang bertahan. Ini adalah varian yang menyebabkan lebih sedikit penyakit," papar Thomsen kepada surat kabar Denmark, Information, yang dikutip Sputnik.
(eyt)