Jumlah Pasien Corona Makin Banyak, Sleman Belum Akan Terapkan PSBB
A
A
A
SLEMAN - Jumlah pasien positif virus corona jenis baru, Covid-19 di DIY, separuhnya ada di Sleman. Hingga Senin (6/4/2020) pukul 16.00 WIB tercatat dari 37 pasien positif corona, 19 orang di antaranya ada di Sleman. Dari jumlah itu, tiga meninggal dunia, satu sembuh dan 15 masih dalam perawatan di berbagai rumah sakit.
Sedangkan jumlah orang dalam pemantauan (OPD) di Sleman mencapai 663 orang dan pasien dalam pengawasan (PDP) 80 orang dua di antaranya meninggal, 20 negatif dan 58 proses uji laboratorium. OPD hampir semua ada di 17 kecamatan se-Sleman. Sedangkan PDP terjadi di 14 kecamatan, tiga kecamatan yakni, Moyudan, Minggir dan Cangkringan nihil PDP.
Meski begitu Pemkab Sleman belum berencana akan menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Namun masih akan mengupayakan physical distancing.
Bupati Sleman Sri Purnomo mengatakan untuk saat ini belum akan mengajukan PSBB, untuk masih berusaha menerapkan physical distancing dan terus mendorong untuk dapat dijalankan sampai ditingkat RT.
“Sekarang ini terus disosialisasikan dengan berbagai cara supaya masyarakat semua lapisan bisa menjalankannya sebagai kebutuhan untuk melindungi diri dan keluarga,” kata Sri Purnomo, Senin (6/4/2020).
Pemkab juga menghimbau kepada masyarakat Sleman mengikuti anjuran pemerintah, untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19, yaitu
menjaga jarak, cuci tangan dengan sabun, menghindari kerumunan dan menggunakn masker.
“Masker yang digunakan dianjurkan juga memakai masker kain, yang dapat dipakai ulang setelah dicuci dengan sabun.
Sekda Sleman Harda Kiswaya menambahkan dari hasil rapat dengan gubernur DIY di Kepatihan, Senin (6/4/2020) belum mengarah adanya PSBB. Apalagi ada beberapa aspek yang menjadi pertimbangan untuk PSBB ini. Di antaranya ekonomi masyarakat terus harus jalan. Sebab PSBB tersebut akan membatasi semua ruang gerak masyarakat. Termasuk keuangan Pemkab juga harus kuat. Sebagai solusinya yaitu dengan peneraan physical distancing.
“Penerapan PSBB banyak pertimbanganya. Mudah-mudahan masyarakat mematuhi kebijakan physical distancing ini,” terangnya.
Sedangkan jumlah orang dalam pemantauan (OPD) di Sleman mencapai 663 orang dan pasien dalam pengawasan (PDP) 80 orang dua di antaranya meninggal, 20 negatif dan 58 proses uji laboratorium. OPD hampir semua ada di 17 kecamatan se-Sleman. Sedangkan PDP terjadi di 14 kecamatan, tiga kecamatan yakni, Moyudan, Minggir dan Cangkringan nihil PDP.
Meski begitu Pemkab Sleman belum berencana akan menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Namun masih akan mengupayakan physical distancing.
Bupati Sleman Sri Purnomo mengatakan untuk saat ini belum akan mengajukan PSBB, untuk masih berusaha menerapkan physical distancing dan terus mendorong untuk dapat dijalankan sampai ditingkat RT.
“Sekarang ini terus disosialisasikan dengan berbagai cara supaya masyarakat semua lapisan bisa menjalankannya sebagai kebutuhan untuk melindungi diri dan keluarga,” kata Sri Purnomo, Senin (6/4/2020).
Pemkab juga menghimbau kepada masyarakat Sleman mengikuti anjuran pemerintah, untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19, yaitu
menjaga jarak, cuci tangan dengan sabun, menghindari kerumunan dan menggunakn masker.
“Masker yang digunakan dianjurkan juga memakai masker kain, yang dapat dipakai ulang setelah dicuci dengan sabun.
Sekda Sleman Harda Kiswaya menambahkan dari hasil rapat dengan gubernur DIY di Kepatihan, Senin (6/4/2020) belum mengarah adanya PSBB. Apalagi ada beberapa aspek yang menjadi pertimbangan untuk PSBB ini. Di antaranya ekonomi masyarakat terus harus jalan. Sebab PSBB tersebut akan membatasi semua ruang gerak masyarakat. Termasuk keuangan Pemkab juga harus kuat. Sebagai solusinya yaitu dengan peneraan physical distancing.
“Penerapan PSBB banyak pertimbanganya. Mudah-mudahan masyarakat mematuhi kebijakan physical distancing ini,” terangnya.
(nun)