Masuk 4 Besar Kabupaten Kreatif Versi Bekraf, Majalengka Harus Lakukan Ini
A
A
A
MAJALENGKA - Kabupaten Majalengka, Jawa Barat masuk Empat Besar Kabupaten/Kota Kreatif di Indonesia. Penghargaan tersebut diterima Majalengka dari Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) di Jakarta beberapa waktu lalu.
Menggeliatnya seni pertunjukan menjadi modal Kabupaten Majalengka untuk masuk ke dalam Empat Besar Kabupaten Kreatif itu. Dengan status tersebut, ke depan Bekraf akan memfasilitasi dan mendampingi pemerintah serta komunitas-komunitas selaku pelaku ekonomi kreatif (ekraf) itu.
"Subsektor seni pertunjukan dipilih menjadi lokomotif penarik dan pendorong pergerakan ekosisten ekraf di Majalengka. Peran komunitas menempati nilai tertinggi dalam penilaian kolaborasi ekosistem ekraf di Majalengka," kata pelaku ekraf dari Jatiwangi art Factory (JaF) Ginggi Syar Hasyim kepada SINDOnews, Kamis (18/7/2019).
Dia menjelaskan, perkembangan ekraf setidaknya melibatkan lima aktor yakni Academician, Business, Community, Government, dan Media (ABCGM). Di Kabupaten Majalengka, ungkap dia, keberadaan komunitas mulai menggeliat sejak beberapa tahun terakhir.
"Faktor pendukung utama untuk mewujudkan gagasan tersebut adalah tumbuhnya komunitas yang dalam beberapa tahun terakhir ini melakukan rangkaian proses kreasi dan produksi sebagai langkah awal dari rangkaian proses ekonomi kreatif (yaitu) kreasi, produksi, distribusi, konsumsi, dan konservasi," jelas dia.
Menurutnya, proses kreasi dan produksi itu berupa produk maupun aktivitas kreatif berupa event, diskusi, workshop, pameran, showcase bahkan festival yang sebagian besar secara mandiri dilakukan komunitas-komunitas kreatif.
Dalam hal keterlibatan pemerintah, ada lima langkah pekerjaan rumah yang harus terwujud dalan rentang waktu satu sampai lima tahun ke depan. Lima langkah itu sesuai dengan pemaparan yang disampaikan dalam presentasi di Bekraf, beberapa waktu lalu.
"Pertama, mendorong desa melalui dana desa membuat desa tematik kreatif. Lalu mendorong OPD menjadi stimulan utama Ekraf dengan merespons hari-hari penting nasional menjadi event pertunjukan," papar Ginggi.
Langkah ketiga, lanjut dia, pemerintah harus meningkatkan kapasitas dan kualitas event yang sudah konsisten menjadi wonderful event Indonesia. "Keempat, meningkatkan kapasitas dan kualitas pelaku Ekraf dengan program sertifikasi kompetensi. Terakhir, membuat Komite Kreatif Majalengka. Bekraf ingin memastikan bagaimana kolaborasi lima aktor pembangunan Ekraf lebih berjalan dan lebih berperan," kata dia.
Sementara, acara pertunjukan di Kabupaten Majalengka sudah rutin digelar di beberapa titik. Rampak Genteng adalah salah satu event rutin empat tahun sekali dihelat di Jatiwangi. Selain Rampak Genteng, ada juga Festival Tanah Air di Jatitujuh yang rutin digelar setiap tahun.
Menggeliatnya seni pertunjukan menjadi modal Kabupaten Majalengka untuk masuk ke dalam Empat Besar Kabupaten Kreatif itu. Dengan status tersebut, ke depan Bekraf akan memfasilitasi dan mendampingi pemerintah serta komunitas-komunitas selaku pelaku ekonomi kreatif (ekraf) itu.
"Subsektor seni pertunjukan dipilih menjadi lokomotif penarik dan pendorong pergerakan ekosisten ekraf di Majalengka. Peran komunitas menempati nilai tertinggi dalam penilaian kolaborasi ekosistem ekraf di Majalengka," kata pelaku ekraf dari Jatiwangi art Factory (JaF) Ginggi Syar Hasyim kepada SINDOnews, Kamis (18/7/2019).
Dia menjelaskan, perkembangan ekraf setidaknya melibatkan lima aktor yakni Academician, Business, Community, Government, dan Media (ABCGM). Di Kabupaten Majalengka, ungkap dia, keberadaan komunitas mulai menggeliat sejak beberapa tahun terakhir.
"Faktor pendukung utama untuk mewujudkan gagasan tersebut adalah tumbuhnya komunitas yang dalam beberapa tahun terakhir ini melakukan rangkaian proses kreasi dan produksi sebagai langkah awal dari rangkaian proses ekonomi kreatif (yaitu) kreasi, produksi, distribusi, konsumsi, dan konservasi," jelas dia.
Menurutnya, proses kreasi dan produksi itu berupa produk maupun aktivitas kreatif berupa event, diskusi, workshop, pameran, showcase bahkan festival yang sebagian besar secara mandiri dilakukan komunitas-komunitas kreatif.
Dalam hal keterlibatan pemerintah, ada lima langkah pekerjaan rumah yang harus terwujud dalan rentang waktu satu sampai lima tahun ke depan. Lima langkah itu sesuai dengan pemaparan yang disampaikan dalam presentasi di Bekraf, beberapa waktu lalu.
"Pertama, mendorong desa melalui dana desa membuat desa tematik kreatif. Lalu mendorong OPD menjadi stimulan utama Ekraf dengan merespons hari-hari penting nasional menjadi event pertunjukan," papar Ginggi.
Langkah ketiga, lanjut dia, pemerintah harus meningkatkan kapasitas dan kualitas event yang sudah konsisten menjadi wonderful event Indonesia. "Keempat, meningkatkan kapasitas dan kualitas pelaku Ekraf dengan program sertifikasi kompetensi. Terakhir, membuat Komite Kreatif Majalengka. Bekraf ingin memastikan bagaimana kolaborasi lima aktor pembangunan Ekraf lebih berjalan dan lebih berperan," kata dia.
Sementara, acara pertunjukan di Kabupaten Majalengka sudah rutin digelar di beberapa titik. Rampak Genteng adalah salah satu event rutin empat tahun sekali dihelat di Jatiwangi. Selain Rampak Genteng, ada juga Festival Tanah Air di Jatitujuh yang rutin digelar setiap tahun.
(zik)