Temui Warga Sulsel, Ketum Muhammadiyah Ajak Ikuti Spirit Pembaruan Kyai Ahmad Dahlan
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir bersilaturahmi bersama warga Muhammadiyah Sulawesi Selatan (Sulsel) di Balai Sidang Muktamar 47 Unismuh Makassar, Minggu (15/1/2023). Pada kesempatan itu Haedar berpesan kepada warga agar mengikuti spirit pembaharuan pendiri Muhammadiyah, Kyai Haji Ahmad Dahlan.
Menurut Guru Besar Ilmu Sosiologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini, ber-Muhammadiyah merupakan ikhtiar agar hidup lebih berguna dan bermaslahat.
“Jadi kalau sekarang kita lagi semangat bikin pesantren, bukan pesantren dengan gaya lama. Harus terinspirasi dengan 'tajdid' Kiai Ahmad Dahlan,” katanya.
Ia mengutip Al Quran Surah Ali Imran 110, "Khairu Ummah" itu bukan umat yang awam, melainkan umat yang terpilih. Khairu Ummah, kata Haedar, dicontohkan oleh pendiri Muhammadiyah, Ahmad Dahlan.
“Kiai Dahlan bikin sekolah dengan mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu pengetahuan barat. Ia bikin sesuatu yang berbeda, itulah 'tadjid' atau pembaruan,” katanya.
Untuk itu, kata dia, Muhammadiyah harus unggul secara kualitas. Saat ini, Muhammadiyah memiliki 171 Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah, juga harus unggul secara kualitas.
"Kita bersyukur Unismuh Makassar masuk lima besar universitas terbaik di Sulawesi, apalagi telah memiliki Fakultas Kedokteran yang telah terakreditasi A,” katanya.
Haedar menyebut, sekolah-sekolah Muhammadiyah juga harus memiliki kualifikasi unggul. “Apakah sekolah-sekolah Muhammadiyah sudah masuk 10 besar? Kita harus berkomitmen untuk meraih sesuatu yang lebih baik,” ujarnya.
Apalagi, kata dia, tantangan zaman yang dihadapi semakin berat.Ia merujuk sejarawan Yuval Noah Harari yang menyebut saat ini "homo sapiens" telah bergeser menjadi "homo deus"."Deus itu dewa, dewanya adalah revolusi teknologi. Ada 'artificial intelligence' dan berbagai teknologi robotik," katanya.
Tantangan tersebut, kata Haedar Nashir, harus disambut Muhammadiyah dengan semangat "fastabiqul khairat", berlomba-lomba berbuat kebajikan.
Menurut Guru Besar Ilmu Sosiologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini, ber-Muhammadiyah merupakan ikhtiar agar hidup lebih berguna dan bermaslahat.
“Jadi kalau sekarang kita lagi semangat bikin pesantren, bukan pesantren dengan gaya lama. Harus terinspirasi dengan 'tajdid' Kiai Ahmad Dahlan,” katanya.
Ia mengutip Al Quran Surah Ali Imran 110, "Khairu Ummah" itu bukan umat yang awam, melainkan umat yang terpilih. Khairu Ummah, kata Haedar, dicontohkan oleh pendiri Muhammadiyah, Ahmad Dahlan.
“Kiai Dahlan bikin sekolah dengan mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu pengetahuan barat. Ia bikin sesuatu yang berbeda, itulah 'tadjid' atau pembaruan,” katanya.
Untuk itu, kata dia, Muhammadiyah harus unggul secara kualitas. Saat ini, Muhammadiyah memiliki 171 Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah, juga harus unggul secara kualitas.
"Kita bersyukur Unismuh Makassar masuk lima besar universitas terbaik di Sulawesi, apalagi telah memiliki Fakultas Kedokteran yang telah terakreditasi A,” katanya.
Haedar menyebut, sekolah-sekolah Muhammadiyah juga harus memiliki kualifikasi unggul. “Apakah sekolah-sekolah Muhammadiyah sudah masuk 10 besar? Kita harus berkomitmen untuk meraih sesuatu yang lebih baik,” ujarnya.
Apalagi, kata dia, tantangan zaman yang dihadapi semakin berat.Ia merujuk sejarawan Yuval Noah Harari yang menyebut saat ini "homo sapiens" telah bergeser menjadi "homo deus"."Deus itu dewa, dewanya adalah revolusi teknologi. Ada 'artificial intelligence' dan berbagai teknologi robotik," katanya.
Tantangan tersebut, kata Haedar Nashir, harus disambut Muhammadiyah dengan semangat "fastabiqul khairat", berlomba-lomba berbuat kebajikan.
(don)