Nenek di Blitar Hidup Sebatang Kara di Gubuk Tengah Hutan
loading...
A
A
A
BLITAR - Seorang nenek sebatang kara di Blitar sehari-hari menghabiskan waktu di sebuah gubuk di tengah hutan. Gubuk yang hampir roboh inipun tak mampu menahan udara dingin saat malam dan air saat musim hujan.
Untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, nenek yang usianya 80 tahun ini hanya mengandalkan belas kasihan dari orang lain. Nenek ini bernama Moah, warga Desa pagerwojo, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.
(Baca juga: Kepala Puskesmas Slempit Gresik Meninggal Terpapar COVID-19 )
Setiap hari seorang diri karena nenek Moah tak punya anak ataupun keluarga. Nenek inipun memilih menetap di gubuk lahan tebunya selama puluhan tahun.
"Ya begini ini, airnya masuk kalau hujan. Sebelah timur saya tutup. Kalau masak ya di sebelah timur," ujar nenek Moah.
(Baca juga: Pandemi COVID-19, Wisata Air di Kota Malang Diserbu Wisatawan )
Dia mengaungkapkan, untuk kebutuhan makan sehari-hari, dia mencari kayu bakar untuk dijual atau ditukarkan dengan makanan. Selain itu, nenek ini juga sering diberi makanan oleh warga sekitar.
Menurut Suwanto, warga Desa Pagerwojo, nenek ini bukan mengharapkan kemewahan. "Baginya, dapat terus bernafas dan melihat dunia adalah anugerah untuk mengarungi sisa hidupnya," kata Suwanto.
Untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, nenek yang usianya 80 tahun ini hanya mengandalkan belas kasihan dari orang lain. Nenek ini bernama Moah, warga Desa pagerwojo, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.
(Baca juga: Kepala Puskesmas Slempit Gresik Meninggal Terpapar COVID-19 )
Setiap hari seorang diri karena nenek Moah tak punya anak ataupun keluarga. Nenek inipun memilih menetap di gubuk lahan tebunya selama puluhan tahun.
"Ya begini ini, airnya masuk kalau hujan. Sebelah timur saya tutup. Kalau masak ya di sebelah timur," ujar nenek Moah.
(Baca juga: Pandemi COVID-19, Wisata Air di Kota Malang Diserbu Wisatawan )
Dia mengaungkapkan, untuk kebutuhan makan sehari-hari, dia mencari kayu bakar untuk dijual atau ditukarkan dengan makanan. Selain itu, nenek ini juga sering diberi makanan oleh warga sekitar.
Menurut Suwanto, warga Desa Pagerwojo, nenek ini bukan mengharapkan kemewahan. "Baginya, dapat terus bernafas dan melihat dunia adalah anugerah untuk mengarungi sisa hidupnya," kata Suwanto.
(msd)