Riwayat Putri Raden Wijaya Menumpas 2 Pemberontakan di Majapahit
loading...
A
A
A
Tetapi, Gayatri mundur dari kekuasaan dan memilih untuk menjadi biksuni. Sebagai gantinya, Gayatri menunjuk putrinya Tribhuwanatunggadewi menjadi ratu yang memimpin Majapahit, pada 1328.
Gelar Tribhuwanatunggadewi adalah Sri Tribhuwanatunggadewi Maharajasa Jayawisnuwardhani, seperti tertuang dalam Piagam Berumbung yang dikeluarkan satu tahun setelah mangkatnya Jayanegara, pada 1329.
Dengan demikian, Tribhuwanatunggadewi merupakan raja wanita pertama Majapahit dan ketiga setelah Jayanegara.
Sementara itu, menurut kitab Nagarakretagama, Tribhuwanatunggadewi naik takhta kerajaan atas perintah ibunya pada 1329 M, menggantikan Jayanegara yang meninggal pada 1328.
Kepemimpinan Tribhuwanatunggadewi di Majapahit juga tidak lepas dari pemberontakan. Namun, dia berhasil memadamkan api pemberontakan itu. Dia menumpas pemberontakan di Sadeng dan Keta, pada 1331 M.
Pada 1334, Tribhuwanatunggadewi melahirkan anak ketiganya yang diberi nama Hayam Wuruk. Kelahiran sang anak disambut dengan letusan Gunung Kampud atau Gunung Kelud. Kelak, Hayam Wuruk menjadi Raja Majapahit.
Dua anak Tribhuwanatunggadewi lainnya adalah Bhre Lasem dan Bhre Pajang. Keduanya adalah perempuan.
Setelah menumpas pemberontakan Sadeng dan Keta, Tribhuwanatunggadewi mengeluarkan prasasti Camunda. Selama pemerintahannya, Tribhuwanatunggadewi juga berhasil memperluas wilayah Majapahit.
Gelar Tribhuwanatunggadewi adalah Sri Tribhuwanatunggadewi Maharajasa Jayawisnuwardhani, seperti tertuang dalam Piagam Berumbung yang dikeluarkan satu tahun setelah mangkatnya Jayanegara, pada 1329.
Dengan demikian, Tribhuwanatunggadewi merupakan raja wanita pertama Majapahit dan ketiga setelah Jayanegara.
Sementara itu, menurut kitab Nagarakretagama, Tribhuwanatunggadewi naik takhta kerajaan atas perintah ibunya pada 1329 M, menggantikan Jayanegara yang meninggal pada 1328.
Kepemimpinan Tribhuwanatunggadewi di Majapahit juga tidak lepas dari pemberontakan. Namun, dia berhasil memadamkan api pemberontakan itu. Dia menumpas pemberontakan di Sadeng dan Keta, pada 1331 M.
Pada 1334, Tribhuwanatunggadewi melahirkan anak ketiganya yang diberi nama Hayam Wuruk. Kelahiran sang anak disambut dengan letusan Gunung Kampud atau Gunung Kelud. Kelak, Hayam Wuruk menjadi Raja Majapahit.
Dua anak Tribhuwanatunggadewi lainnya adalah Bhre Lasem dan Bhre Pajang. Keduanya adalah perempuan.
Setelah menumpas pemberontakan Sadeng dan Keta, Tribhuwanatunggadewi mengeluarkan prasasti Camunda. Selama pemerintahannya, Tribhuwanatunggadewi juga berhasil memperluas wilayah Majapahit.