Siswa SD Korban Bullying hingga Koma Bakal Didampingi Tim Psikolog

Sabtu, 26 November 2022 - 10:01 WIB
loading...
Siswa SD Korban Bullying hingga Koma Bakal Didampingi Tim Psikolog
MW, siswa SD di Malang, Jatim korban bullying hingga koma masih dirawat di rumah sakit. Foto/MPI/Avirista Midaada
A A A
MALANG - Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Malang menyiapkan tim psikolog mendampingi siswa SD korban bullying (perundungan). Korban yang masih kelas 2 SD mengalami koma usai dianiaya kakak kelasnya.

Nantinya tim psikolog akan intensif mendampingi korban hingga traumanya pulih.



Kepala Dinas P3A Kabupaten Malang Arbani Mukti Wibowo menyatakan, pendampingan dari psikolog nantinya akan melihat kondisi terkini dari korban berinisial MW itu sendiri.

Mengingat sejauh ini timnya belum mampu memberikan pendekatan ke korban karena masih enggan ditemui oleh banyak orang.

“Jadi untuk korban kalau dia siap, maksudnya kalau siap menerima kami siap untuk pendampingan. Kalau menurut dokter dia bisa kita wawancarai panjang kita dampingi,” ucap Arbani Mukti Wibowo saat dikonfirmasi MNC Portal Indonesia (MPI), Sabtu pagi (26/11/2022).



Sejauh ini pihaknya mengaku belum memberikan asesmen ke korban karena terkendala kondisi kesehatan dan lingkungan sekitar di rumah sakit (RS) tempat MW dirawat. Namun melihat kemungkinan yang ada, pihaknya akan melakukan kunjungan ke rumah korban untuk lebih kondusif.



Pendampingan psikis itu nantinya juga melihat seberapa parah dari trauma yang dialami oleh MW saat ini. Jika memang kondisinya pihaknya juga telah menyiapkan psikiater dan psikolog untuk penanganannya.

“Tergantung traumanya ringan, sedang, atau berat, kalau dia dinyatakan berat biasanya kita sampai ke psikologis klinis, itu perlu atau tidak, biasanya kalau sedang sama berat, antara tiga sampai lima kali, tapi kalau ringan satu dua kali selesai,” jelasnya.

Harapannya dengan pendampingan psikis tiga sampai lima kali pertemuan ke korban, bisa secepatnya tertangani tanpa harus melalui psikiater.

“Si anak ini bisa memanage traumanya, otaknya bisa memanage kejadiannya seperti ini, ya bisa hilangkan trauma tersebut dilupakan, sehingga kedepannya tidak terjadi lagi harapannya itu,” bebernya.

Selain pendampingan ke korban, tim psikolog dari P3A akan mendampingi tujuh orang anak yang terduga pelaku perundungan.

Nantinya pendampingan dilakukan dua tim akan dikoordinasikan dengan pihak sekolah dan akan ditindaklanjuti juga dengan kunjungan ke rumah atau home visit, dan satu tim ke korban perundungan.

Ia menegaskan pendampingan ke terduga pelaku, bukan perkara untuk menyalahkan mereka, melainkan lebih pada mengetahui sisi mengapa mereka melakukan itu, adakah perlakuan lain yang sebelumnya sempat dialami, hingga tindakan agar terduga pelaku tidak lagi mengulangi tindakannya.

“Biasanya kalau home visit butuh waktu lama, kalau di situ ada 7 (terduga pelaku), ya biasanya satu home visit empat jam, paling nggak kita tiga tim,” beber pria berkacamata ini.

Meski demikian Arbani tak menyebut apakah selama pendampingan ke terduga pelaku masih diperkenankan masuk sekolah. Sebab sejauhi ini dari analisa awal timnya, ada gangguan psikososial yang dialami oleh terduga pelaku.

“Hanya psikisnya saja, psikososial yang terganggu. Itu saja, tinggal kita pendampingan tujuannya apa. supaya hal yang bersangkutan tidak melakukan hal serupa kalau itu. Kalau itu korban supaya yang bersangkutan tidak dendam kepada kejadian itu,” pungkasnya.
(shf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1484 seconds (0.1#10.140)