Haul Pakubuwono XII Tersaji Beraneka Ragam Sesaji, Ini Makna Aneka Uborampe

Sabtu, 12 November 2022 - 22:31 WIB
loading...
Haul Pakubuwono XII Tersaji Beraneka Ragam Sesaji, Ini Makna Aneka Uborampe
Peringatan Haul Paku Buwono (PB) XII ke 15 di Sitihinggil digelar pihak Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Kasunanan Surakarta (Keraton Solo) dengan sederhana. Foto/MPI/Bramantyo
A A A
SOLO - Peringatan Haul Paku Buwono (PB) XII ke 15 di Sitihinggil digelar pihak Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Kasunanan Surakarta (Keraton Solo) dengan sederhana.

Aroma wangi dupa menyeruak dengan uborampe (sesaji) yang diletakkan di depan foto PB XII berukuran besar. Uborampe tersebut terdiri dari berbagai jenis.


Menurut Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, GKR Wandansari beberapa uborampe telah disiapkan untuk acara Haul PB XII.

Seperti nasi gurih (liwet), sego golong, ayam Ingkung, sego asahan kolak, apem dan ketan dan beberapa jenis yang lainnya dan harus ada dalam setiap acara haul.

"Untuk Khol (Haul) Sinuhun PB XII memang berbeda. Masing-masing jumlahnya 21, sedang untuk lainnya masing-masing hanya sembilan saja," papar Gusti Wandansari, Sabtu (12/11/2022).

Menurutnya, ubo rampe (sesaji) ini dimaksudkan untuk memohon atau mengirim doa pada para leluhur agar dosa dan kesalahannya diampuni oleh Tuhan dan juga memohon perlindungan pada Tuhan.



Misalkan sega gurih atau sega uduk adalah nasi putih yang dimasak dengan santan dan garam dan rasanya gurih. Itu tradisi yang ada untuk selamatan bagi orang yang sudah meninggal.

Ketan, kolak dan apem sebagai lambang permohonan maaf atas segala kesalahan orang baik yang masih hidup maupun leluhur yang sudah mendahului.

Untuk sesaji gedang ayu dan suruh ayu dimana gedang setangkep (dua) dibentuk seperti tangan yang sedang berdoa untuk leluhur yang sudah mendahului.

Kemudian sega ambegan maknanya agar arwah yang meninggal maupun sanak keluarga yang masih hidup kelak akan mendapat pambenganing pangeran atau selalu mendapat ampun atas segala dosanya dan diterima di sisi-Nya.

"Semua itu merupakan perlambang kesalahan manusia agar bisa dimaafkan sang Khalik," pungkas Gusti Wandansari.
(shf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1980 seconds (0.1#10.140)