Banyak Pasien dan Keluarga Terduga Corona Blitar Tidak Jujur
loading...
A
A
A
BLITAR - Ketidakjujuran pasien terduga Covid-19 beserta keluarga dalam memberi keterangan menyulitkan petugas RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar melacak riwayat pasien. Termasuk juga pada riwayat pasien YH (21) warga Desa Kalipucung, Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar yang Minggu (26/4) kemarin meninggal dunia.
"Selama ini kami kesulitan menggali (tracing) karena banyak pasien dan keluarga yang datang tidak berterus terang kondisi dan riwayat sebelumnya," ujar Herya Putra Dharma, Wakil Direktur Layanan dan Penunjang Medis RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar Senin (27/4/2020).
Saat ini RSUD Mardi Waluyo telah mengisolasi 6 orang PDP (Pasien dalam Pengawasan), satu ODP (Orang dalam Pemantauan) serta satu OTG (Orang Tanpa Gejala) berusia balita rujukan dari rumah sakit swasta. Sebagian besar merupakan warga Kabupaten Blitar.
Kata Herya, banyak informasi berseliweran yang masuk ke rumah sakit. Kendati demikian, sejauh ini petugas medis belum bisa menemukan faktor pemberatnya. Kondisi tersebut diperparah dengan sikap pasien dan keluarga saat dimintai keterangan memilih tidak berterus terang.
"Karena belum ketemu catatan medik sebelumnya," terang Herya. Sementara untuk pasien YH yang baru tujuh jam dirawat di IGD Mardi Waluyo, namun akhirnya meninggal dunia tersebut, menurut Herya petugas berhasil mengambil foto thorax.
Hasilnya tidak ditemukan kelainan pada paru paru YH. Karena waktu perawatan dinilai pendek (7 jam), pasien (YH) yang datang dengan keluhan demam, batuk pilek, tenggorokan sakit dan sesak nafas tersebut, kata Herya juga belum diketahui ada tidaknya penyakit penyerta (komorbid).
Karena yang bersangkutan telah meninggal dunia, yang bisa dilakukan hanya menunggu hasil swabnya. "Status pasien di PDP kan. Rencana kami adakan audit medik," terang Herya yang menambahkan saat ini pihaknya tengah menyiapkan SOP untuk pernyataan sebenar benarnya dari pasien dan keluarga.
Jubir Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Blitar Krisna Yekti mengatakan pasien YH yang meninggal dunia memiliki riwayat baru 10 hari datang dari Kalimantan. Yang bersangkutan semasa kecil juga pernah mengalami sakit paru paru. "Untuk penanganan proses pemakaman memakai protokoler Covid-19," ujarnya
"Selama ini kami kesulitan menggali (tracing) karena banyak pasien dan keluarga yang datang tidak berterus terang kondisi dan riwayat sebelumnya," ujar Herya Putra Dharma, Wakil Direktur Layanan dan Penunjang Medis RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar Senin (27/4/2020).
Saat ini RSUD Mardi Waluyo telah mengisolasi 6 orang PDP (Pasien dalam Pengawasan), satu ODP (Orang dalam Pemantauan) serta satu OTG (Orang Tanpa Gejala) berusia balita rujukan dari rumah sakit swasta. Sebagian besar merupakan warga Kabupaten Blitar.
Kata Herya, banyak informasi berseliweran yang masuk ke rumah sakit. Kendati demikian, sejauh ini petugas medis belum bisa menemukan faktor pemberatnya. Kondisi tersebut diperparah dengan sikap pasien dan keluarga saat dimintai keterangan memilih tidak berterus terang.
"Karena belum ketemu catatan medik sebelumnya," terang Herya. Sementara untuk pasien YH yang baru tujuh jam dirawat di IGD Mardi Waluyo, namun akhirnya meninggal dunia tersebut, menurut Herya petugas berhasil mengambil foto thorax.
Hasilnya tidak ditemukan kelainan pada paru paru YH. Karena waktu perawatan dinilai pendek (7 jam), pasien (YH) yang datang dengan keluhan demam, batuk pilek, tenggorokan sakit dan sesak nafas tersebut, kata Herya juga belum diketahui ada tidaknya penyakit penyerta (komorbid).
Karena yang bersangkutan telah meninggal dunia, yang bisa dilakukan hanya menunggu hasil swabnya. "Status pasien di PDP kan. Rencana kami adakan audit medik," terang Herya yang menambahkan saat ini pihaknya tengah menyiapkan SOP untuk pernyataan sebenar benarnya dari pasien dan keluarga.
Jubir Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Blitar Krisna Yekti mengatakan pasien YH yang meninggal dunia memiliki riwayat baru 10 hari datang dari Kalimantan. Yang bersangkutan semasa kecil juga pernah mengalami sakit paru paru. "Untuk penanganan proses pemakaman memakai protokoler Covid-19," ujarnya
(msd)