Kisah Kebesaran Hati Raden Patah, Lindungi Warga dan Tempat Ibadah Non Muslim Setelah Taklukan Semarang

Senin, 07 November 2022 - 04:56 WIB
loading...
Kisah Kebesaran Hati Raden Patah, Lindungi Warga dan Tempat Ibadah Non Muslim Setelah Taklukan Semarang
Masjid Agung Demak dibangun dengan gaya khas Majapahit, yang menjadi peninggalan Kesultanan Denak. Foto/Dok. kemendikbud.go.id
A A A
Sejak diangkat oleh Wali Songo, menjadi Sultan Demak Bintoro, Raden Patah terus melakukan upaya ekspansi wilayah kekuasaan, dan penyebaran pengaruh Islam. Upaya itu, salah satunya dilakukan dengan menaklukkan wilayah Semarang.



Saat pasukan Kesultanan Demak Bintoro, yang dipimpin langsung oleh Raden Patah telah menguasai wilayah Semarang, ada satu lokasi yang sengaja tidak diduduki, yakni Klenteng Sam Po Kong.



Dikutip dari buku "Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara" tulisan Slamet Muljana, Raden Patah justru memberikan perlindungan kepada orang-orang Tionghoa, yang beda keyakinan dengannya.



Raden Patah, yang juga dikenal sebagai Senapati Jimbun, memilih mempekerjakan warga Tionghoa yang ada di daerah taklukkannya, di beberapa bidang sesuai keahlian mereka. Salah satunya, di bidang pembuatan kapal laut.

Orang-orang Tionghoa di Semarang, terkenal sangat mahir melakukan pembuatan kapal. Kepandaian mereka diperlukan oleh Jimbun untuk memperbesar armada perkapalan di Kota Semarang, yang letaknya sangat strategis.

Dengan kapal-kapal buatan orang Tionghoa di Semarang itu, Raden Patah menguasai lalu lintas kapal di lautan Jawa. Raden Patah membiarkan kelompok-kelompok itu hidup, namun ia juga mengupayakan agar mereka bisa memeluk agama Islam.



Raden Patah menghendaki simpati para penduduk di wilayah Demak, dan Semarang, untuk memperluas kekuasaannya dikemudian hari. Sikap itu dipuji sebagai sikap yang bijaksana, dari seorang pemimpin yang baru berumur 22 tahun.

Penyerbuan Kesultanan Demak, ke Kota Semarang, yang terjadi pada tahun 1477, menurut Slamet Muljana memang tidak pernah diberitakan dalam Babad Tanah Jawi, dan Serat Kanda.

Babad Tanah Jawi hanya menceritakan, pada tahun 1477, Prabu Brawijaya memanggil patihnya, dan menanyakan apakah Demak akan memberontak. Tidak dijelaskan, dalam hubungan apa pertanyaan itu dikemukakan. Dan dalam keterangan patihnya, disebutkan tentang adanya pembukaan hutan Bintara di wilayah Demak oleh pendatang baru.



Untuk memperoleh keterangan yang lebih jelas, Raden Kusen dipanggil. Raden Kusen menceritakan bahwa pendatang baru yang membuka hutan Bintara adalah saudaranya bernama Raden Patah.

Raden Kusen diutus ke Demak, untuk membawa Raden Patah ke Majapahit. Perintah ini dilaksanakan oleh Raden Kusen. Sampai di Sripenganti, Raden Patah bertemu dengan Prabu Brawijaya.

Di Babad Tanah Jawi itu, dikisahkan bagaimana Prabu Brawijaya mengaca dan melihat bahwa rupanya mirip dengan Raden Patah. Raden Patah diakui sebagai putranya dan diberi pengukuhan atas daerah baru bernama Bintara, Raden Patah diangkat menjadi Adipati Bintara.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1981 seconds (0.1#10.140)