Cerita Dimas, Bocah 13 Tahun Korban Tragedi Kanjuruhan Masih Pusing dan Pincang
loading...
A
A
A
MALANG - Tubuh mungil Dimas Putra Aji Pratama nyaris direnggut saat menyaksikan pertandingan Arema FC vs Persebaya, yang berujung terjadinya Tragedi Kanjuruhan .
Hingga kini bocah berusia 13 tahun ini masih merasakan sakit di kakinya dan mengeluhkan sesak di pernapasan akibat terpapar gas air mata.
Dimas menuturkan, kakinya masih nyeri saat berjalan. Bahkan dari pengamatan di rumahnya di Jalan Bandulan Gang Garuda, Sukun, Kota Malang ia masih berjalan pincang. Dimas saat kejadian berada di tribun 12, ia melihat Arema FC dengan teman – teman satu kampungnya.
“Nonton di tribun 12, kaki itu sempat terjepit, sempat jatuh dengan posisi kepala di bawah, kaki di atas, (merasakan gas air mata) perih, kayak masuk ke hidung itu susah (napas),” ujar Dimas Putra Adi Pratama, pada Kamis petang (3/11/2022) di rumahnya.
Dimas menjelaskan, momen mengerikan yang hampir merenggut nyawanya setelah pertandingan pada Sabtu malam (1/10/2022). Saat itu ia ikut terjatuh ke bawah di tribun 12 saat berdesak – desakan dan terinjak – injak mencari jalan keluar.
“Saya jatuh ke bawah menindih perempuan yang sudah meninggal, tahu karena tak cek denyut nadinya nggak ada, di situ kita bertumpuk – tumpuk ada 10 menitan,” ujarnya.
Dirinya menyatakan selamat karena sempat ditolong seseorang. Ia baru bisa keluar dari pintu 12 hingga pukul 00.30 WIB pada Minggu dini hari (3/11/2022), mengingat saat itu pintu 12 dalam keadaan tertutup hingga akhirnya ada beberapa orang yang mendobrak dibantu beberapa pedagang dari luar area stadion.
“Pintu tertutup sampai setengah 1, baru keluar pintu 12 didobrak, terus dikasih es batu sama penjual di hidung karena kena gas air mata, akhirnya selamat itu keluar sendiri saya,” tuturnya.
Kini sebulan lebih dari kejadian itu, kondisi kesehatan Dimas belum juga membaik. Ia masih sering mengeluhkan pusing di kepala, batuk – batuk, dan badan yang menderita demam.
“Masih batuk – batuk sampai sekarang, (periksa ke dokter) cuma dikasih obat saja, satu sampai tiga hari pertama nggak bisa tidur kepikiran terus, sekarang kadang – kadang kepikiran juga, kepikiran banyak korban meninggal,” paparnya.
Kendati mengalami peristiwa tragis di Stadion Kanjuruhan, bocah kelas VII SMPN 15 Kota Malang ini masih bersedia menonton pertandingan Arema FC secara langsung di stadion suatu saat nanti.
Total hingga Rabu sore (3/11/2022) ada 135 korban meninggal dunia, sedangkan 660 orang terkonfirmasi luka-luka dengan rincian 24 orang, luka sedang 50 orang, luka ringan 586 orang. Para korban mayoritas berdesakan meninggalkan stadion karena semprotan gas air mata polisi ke arah tribun penonton. Akibat para penonton mengalami sesak napas dan terjadi penumpukan hingga insiden terinjak-injak di pintu keluar stadion.
Pasca kejadian ini, tim investigasi bentukan Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit menetapkan enam tersangka, yakni Direktur Utama (Dirut) PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku penanggungjawab kompetisi, Ketua Panpel Arema Abdul Harris, Sekuriti Officer Suko Sutrisno.
Hingga kini bocah berusia 13 tahun ini masih merasakan sakit di kakinya dan mengeluhkan sesak di pernapasan akibat terpapar gas air mata.
Dimas menuturkan, kakinya masih nyeri saat berjalan. Bahkan dari pengamatan di rumahnya di Jalan Bandulan Gang Garuda, Sukun, Kota Malang ia masih berjalan pincang. Dimas saat kejadian berada di tribun 12, ia melihat Arema FC dengan teman – teman satu kampungnya.
“Nonton di tribun 12, kaki itu sempat terjepit, sempat jatuh dengan posisi kepala di bawah, kaki di atas, (merasakan gas air mata) perih, kayak masuk ke hidung itu susah (napas),” ujar Dimas Putra Adi Pratama, pada Kamis petang (3/11/2022) di rumahnya.
Dimas menjelaskan, momen mengerikan yang hampir merenggut nyawanya setelah pertandingan pada Sabtu malam (1/10/2022). Saat itu ia ikut terjatuh ke bawah di tribun 12 saat berdesak – desakan dan terinjak – injak mencari jalan keluar.
“Saya jatuh ke bawah menindih perempuan yang sudah meninggal, tahu karena tak cek denyut nadinya nggak ada, di situ kita bertumpuk – tumpuk ada 10 menitan,” ujarnya.
Dirinya menyatakan selamat karena sempat ditolong seseorang. Ia baru bisa keluar dari pintu 12 hingga pukul 00.30 WIB pada Minggu dini hari (3/11/2022), mengingat saat itu pintu 12 dalam keadaan tertutup hingga akhirnya ada beberapa orang yang mendobrak dibantu beberapa pedagang dari luar area stadion.
“Pintu tertutup sampai setengah 1, baru keluar pintu 12 didobrak, terus dikasih es batu sama penjual di hidung karena kena gas air mata, akhirnya selamat itu keluar sendiri saya,” tuturnya.
Kini sebulan lebih dari kejadian itu, kondisi kesehatan Dimas belum juga membaik. Ia masih sering mengeluhkan pusing di kepala, batuk – batuk, dan badan yang menderita demam.
“Masih batuk – batuk sampai sekarang, (periksa ke dokter) cuma dikasih obat saja, satu sampai tiga hari pertama nggak bisa tidur kepikiran terus, sekarang kadang – kadang kepikiran juga, kepikiran banyak korban meninggal,” paparnya.
Kendati mengalami peristiwa tragis di Stadion Kanjuruhan, bocah kelas VII SMPN 15 Kota Malang ini masih bersedia menonton pertandingan Arema FC secara langsung di stadion suatu saat nanti.
Total hingga Rabu sore (3/11/2022) ada 135 korban meninggal dunia, sedangkan 660 orang terkonfirmasi luka-luka dengan rincian 24 orang, luka sedang 50 orang, luka ringan 586 orang. Para korban mayoritas berdesakan meninggalkan stadion karena semprotan gas air mata polisi ke arah tribun penonton. Akibat para penonton mengalami sesak napas dan terjadi penumpukan hingga insiden terinjak-injak di pintu keluar stadion.
Pasca kejadian ini, tim investigasi bentukan Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit menetapkan enam tersangka, yakni Direktur Utama (Dirut) PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku penanggungjawab kompetisi, Ketua Panpel Arema Abdul Harris, Sekuriti Officer Suko Sutrisno.
(nic)