Kisah Cinta Terlarang Untung Surapati yang Menikahi Anak Komandan Militer VOC

Selasa, 11 Oktober 2022 - 05:05 WIB
loading...
Kisah Cinta Terlarang Untung Surapati yang Menikahi Anak Komandan Militer VOC
Kisah cinta terlarang Untung Surapati yang menikahi anak komandan militer VOC. Foto ilustrasi
A A A
JAKARTA - Jalan hidup bocah cilik itu boleh disebut beruntung. Berstatus budak sejak umur tujuh tahun, ia berpindah dari satu majikan ke majikan lainnya. Masa-masa sebagai budak menjadi momen menempa jati dirinya. Ia pun tumbuh dewasa, berhati lembut namun berpendirian keras. Itulah yang membuat anak majikannya jatuh cinta padanya.

Dia, Untung Surapati yang mengabdi kepada Tuan Moor, seorang petinggi VOC. Tuan Moor marah besar dan memenjarakannya lantaran menjalin cinta dengan Suzanne anak kesayangannya. Bagaimana kisahnya?



Dihimpun dari berbagai sumber, pangkat Tuan Moor, seorang perwira VOC melesat sejak seorang budak cilik bernama Surawiroaji mengabdi padanya. Pangkatnya yang semula kapten naik menjadi mayor. Moor bahkan diangkat sebagai anggota Dewan Hindia (Raad van Indie) alias dewan penasihat Gubernur Jenderal, sebuah jabatan bergengsi kala itu.

Tidak hanya karir yang melesat, harta Tuan Moor juga terus bertambah. Moor menyimpulkan, kehadiran Surawiroaji membawa banyak keuntungan baginya. Maka dari kesimpulan itu Moor memberikan nama baru kepada Surawiroaji dengan nama Untung.

Moor sendiri mendapatkan Untung dari rekannya sesama perwira kompeni, yaitu Kapten Van Baber. Kerluarga Van Beber sendiri mendapatkan budak cilik dari bursa jual beli budak di Makassar. Saat itu usia Surawiroaji masih tujuh tahun. Setelah tiga tahun, bocah asal Bali dari keturunan rakyat jelata itu berpindah majikan ke Taun Moor.

Di keluarga Moor inilah bocah kelahiran 1660 itu mendatangkan banyak keuntungan bagi majikannya dan karena itu diberi nama Untung. Di keluarga Moor, Untung ditugaskan untuk melayani putri kesayangan bernama Suzanne. Untung juga bertugas membersihkan rumah sekaligus mengurus kebun.

Konon, Untung kecil sangat mengagumi majikannya yang tegap dan pemberani. Jika majikannya datang ke kebun dengan pakaian tentara khas kompeni, timbul hasrat Untung untuk menjadi prajurit kelak. Bisa jadi karena itu, karakter pemberaninya terbentuk. Mesiki begitu, Untung sadar ia hanya seorang budak yang harus berlaku sopan dan lembut kepada majikan, terutama kepada putrinya.

Seiring berjalan waktu, Untung bertumbuh menjadi pemuda yang tegap, lembut dan pemberani. Tugas untuk melayani Suzanne yang juga tumbuh dewasa semakin intens. Kasta budak dan majikan seolah melebur. Suzanne mendapat sosok idola dalam diri Untung. Sebagai lelaki normal, Untung juga mencintai anak majikannya. Keduanya pun jatuh cinta. Bahkan hubungan keduanya sudah cukup dalam.

Aroma asmara keduanya tercium Tuan Moor. Ia sangat marah karena merasa kehormatannya sebagai perwira VOC diinjak-injak budaknya. Tuan Moor lalu menginstruksikan anak buahnya agar menangkap Untung. Setelah ditangkap, Untung dijebloskan ke penjara Stadhuis (gedung Museum Sejarah Jakarta saat ini).

Dikisahkan bahwa selama di penjara, Untung sering disiksa. Sejak ditahan dan disiksa, kebencian Untung terhadap tentara Belanda semakin kuat. Untung bertekad akan membalas segala perlakuan mereka terhadapnya. Baca juga: Untung Surapati, Sosok Budak yang Menggerakkan Teman Seperjuangannya Lawan Belanda

Selama ia ditahan, Suzanne ternyata tidak tinggal diam. Cintanya tetap membara. Atas pertolongan Suzanne yang dilakukan secara diam-diam, Untung berhasil lolos dari tahanan dan menjadi buronan tentara VOC. Selama menjadi bronan, Untung meluapkan kemarahannya dengan kerap membuat masalah di pinggiran Batavia. Sasarannya adalah aparat VOC.

Untung Surapati

Pada 1683, VOC menyerang Kesultanan Banten dan berhasil menangkap serta memenjarakan Sultan Ageng Tirtayasa di Batavia. Namun, putranya, Pangeran Purbaya, lolos dan lari ke Gunung Gede (dekat Bogor) untuk berlindung.

Dalam buku berjudul "Sejarah Jakarta dari Zaman Prasejarah sampai Batavia" karya Uka Tjandrasasmita disebutkan bahwa Pangeran Purbaya bersedia menyerahkan diri, tetapi hanya mau dijemput oleh perwira VOC dari kalangan pribumi.

Mendengar tawaran ini, petinggi VOC mengingat sosok Untung yang sedang menjadi buronan. Untung kemudian ditawari pekerjaan, yaitu menjemput Pangeran Purbaya. Tawaran itu diterima Untung. Untung kemudian dilatih oleh militer VOC dan diberi pangkat letnan dalam tempo yang relatif singkat.

Setelah semuanya beres, Untung menuju ke Gunung Gede untuk menjemput Pangeran Purbaya. Namun dalam perjalanan, serdadu-serdadu Belanda pimpinan Vaandrig Kuffeler memperlakukan Untung.Kuffeler tidak mengakui Untung sebagai perwira bahkan mengancam akan menjebloskannya ke penjara.

Karena terus dihina, Untung dan pasukannya melawan dan menghancurkan pasukan Kuffeler. Tidak kurang 20 orang Belanda tewas dalam pertikaian itu. Pangeran Purbaya akhirnya menyerahkan diri kepada VOC.

Usai insiden itu pasukan Untung dikejar tentara VOC di bawah pimpinan Jacob Couper. Di Desa Rajapolah, Tasikmalaya pasukan Untung bertempur dengan pasukan Jacob. Untung kehilangan beberapa orang anak buahnya. Namun, kerugian di pihak Couper juga tak kalah sedikit, bahkan lebih parah. Untung kembali menjadi buronan aparat kolonial.

Untung berniat singgah ke Cirebon untuk bertemu sultan Cirebon karena Kesultanan Cirebon berhubungan baik dengan Mataram. Namun, kedatangan Untung ternyata tidak disukai oleh anak angkat sultan yang bernama Raden Surapati.

Surapati dikenal sebagai sosok pangeran yang sombong. Ia mencegah rombongan Untung masuk ke istana hingga terjadi pertempuran. Kericuhan itu baru mereda setelah Sultan Cirebon mengatasinya.Sultan memutuskan Raden Surapati bersalah karena telah mencemarkan nama kerajaan.

Sultan Cirebon meberikan sanksi kepada Raden Surapti dengan mencabut nama Surapati dan memberinya kepada Untung. Sejak saat itulah, nama Untung Surapati mulai dikenal. Setelah mendapatkan restu dari Sultan Cirebon, rombongan Untung Surapati meneruskan perjalanannya ke timur.

Namun, pergerakan Untung diketahui VOC. Jacob Couper kembali mengejar Untung dan pada 6 Oktober 1684, terjadi pertempuran di perbatasan Jawa bagian barat dengan tengah. Dalam penyerbuan ini, sekitar 50 orang dari pihak Untung tewas. Untung Surapati dan sisa pasukannya berhasil lolos dari kepungan VOC berkat bantuan Kesultanan Cirebon. Mereka berhasil memasuki wilayah kekuasaan Mataram untuk kemudian menuju Kartasura.
(don)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3597 seconds (0.1#10.140)