Hasil Panen Padi di Sukoharjo Naik, Kementan Apresiasi Hasil Pupuk Organik Cair SMPN
loading...
A
A
A
SUKOHARJO - Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian (Irjen Kementan), Jan Samuel Maringka mengapresiasi hasil nyata pupuk organik cair milik Sido Muncul Pupuk Nusantara (SMPN) yang terbukti mampu menaikkan hasil panen padi dari lahan pertanian di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
Irjen Jan Samuel bisa mengomentari hasil nyata pupuk organik cair SMPN lantaran dia telah membuktikan saat melakukan pengawasan on the spot hasil panen padi kabupaten di wilayah Solo Raya ini. Pengecekan itu, kata Jan, bertujuan memastikan kebenaran hasil ubinan yang berada di atas rata-rata.
Pengecekan dilakukan di RT 003/RW 002, Dukuh Bangun Asri Desa Kateguhan, Tawangsari, Sukoharjo pada Senin (12/9/2022). Hasil ubinan menunjukkan adanya selisih kenaikan 26% untuk tanaman yang menggunakan pupuk organik cair milik Sido Muncul ini.
“Kami melihat ada keberhasilan di sini. Kami juga membawa kementerian untuk menguji bahwa ini adalah laporan sebenarnya. Kemudian nanti akan kami kembangkan, kami sampaikan kepada pimpinan,” jelas Irjen Kementan dalam keterangannya, Rabu (14/9/2022).
Jan memastikan ubinan padi yang dilakukan secara bersama atas kolaborasi dari Pemda Sukoharjo, Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), dan SMPN sesuai dengan yang dilaporkan oleh tim pihak-pihak tersebut.
Dia menjelaskan ubinan adalah salah satu cara memprediksi jumlah produksi padi yang masih ada di lahan melalui penentuan sampel, pengukuran, dan penimbangan.
"Hasil laporan yang saya terima dan saya juga cek ke lapangan menunjukkan hasil panen mampu mencapai 9,5 ton/hektare, 10 ton/hektare hingga 11 ton/hektare. Ini menunjukkan angka di atas rata-rata setelah penggunaan pupuk organik tersebut," bebernya.
“Ternyata hasil diskusi dari petani dan SMPN, pupuk yang diolah ini berasal dari limbah jamu. Kalau untuk manusia daya tahan cukup. Ini karena berasal dari jamu yang tidak menutup kemungkinan limbah itu juga menyehatkan pertanian kita. Kalau memang berhasil di wilayah Sukoharjo, bukan tidak mungkin akan kami kembangkan di berbagai wilayah lain. Kehadiran kami sebatas pengawasan on the spot,” sambung Jan.
Pejabat Eselon I di Kementan ini berharap kolaborasi itu dapat menghindari krisis pangan ke depan. Mengingat apa yang dilakukan kita ini adalah upaya menghadapi krisis pangan dunia melalui pengadaan teknologi pertanian.
"Kami lihat di Indonesia penghasil beras terbesar di Jawa Tengah dan tingkat efisiensi memang di Sukoharjo adalah nomor satu sebagai penghasil beras di Jawa Tengah. Kami base on practice saja mana yang terbaik itu yang akan kami ikuti. Mudah-mudahan di pertanian lain tidak perlu melakukan penelitian. Apa yang sudah berhasil di sini, bisa kita dukung untuk akselerasi pertanian di tempat lainnnya,” terangnya.
Irjen Jan Samuel bisa mengomentari hasil nyata pupuk organik cair SMPN lantaran dia telah membuktikan saat melakukan pengawasan on the spot hasil panen padi kabupaten di wilayah Solo Raya ini. Pengecekan itu, kata Jan, bertujuan memastikan kebenaran hasil ubinan yang berada di atas rata-rata.
Pengecekan dilakukan di RT 003/RW 002, Dukuh Bangun Asri Desa Kateguhan, Tawangsari, Sukoharjo pada Senin (12/9/2022). Hasil ubinan menunjukkan adanya selisih kenaikan 26% untuk tanaman yang menggunakan pupuk organik cair milik Sido Muncul ini.
“Kami melihat ada keberhasilan di sini. Kami juga membawa kementerian untuk menguji bahwa ini adalah laporan sebenarnya. Kemudian nanti akan kami kembangkan, kami sampaikan kepada pimpinan,” jelas Irjen Kementan dalam keterangannya, Rabu (14/9/2022).
Jan memastikan ubinan padi yang dilakukan secara bersama atas kolaborasi dari Pemda Sukoharjo, Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), dan SMPN sesuai dengan yang dilaporkan oleh tim pihak-pihak tersebut.
Dia menjelaskan ubinan adalah salah satu cara memprediksi jumlah produksi padi yang masih ada di lahan melalui penentuan sampel, pengukuran, dan penimbangan.
"Hasil laporan yang saya terima dan saya juga cek ke lapangan menunjukkan hasil panen mampu mencapai 9,5 ton/hektare, 10 ton/hektare hingga 11 ton/hektare. Ini menunjukkan angka di atas rata-rata setelah penggunaan pupuk organik tersebut," bebernya.
“Ternyata hasil diskusi dari petani dan SMPN, pupuk yang diolah ini berasal dari limbah jamu. Kalau untuk manusia daya tahan cukup. Ini karena berasal dari jamu yang tidak menutup kemungkinan limbah itu juga menyehatkan pertanian kita. Kalau memang berhasil di wilayah Sukoharjo, bukan tidak mungkin akan kami kembangkan di berbagai wilayah lain. Kehadiran kami sebatas pengawasan on the spot,” sambung Jan.
Pejabat Eselon I di Kementan ini berharap kolaborasi itu dapat menghindari krisis pangan ke depan. Mengingat apa yang dilakukan kita ini adalah upaya menghadapi krisis pangan dunia melalui pengadaan teknologi pertanian.
"Kami lihat di Indonesia penghasil beras terbesar di Jawa Tengah dan tingkat efisiensi memang di Sukoharjo adalah nomor satu sebagai penghasil beras di Jawa Tengah. Kami base on practice saja mana yang terbaik itu yang akan kami ikuti. Mudah-mudahan di pertanian lain tidak perlu melakukan penelitian. Apa yang sudah berhasil di sini, bisa kita dukung untuk akselerasi pertanian di tempat lainnnya,” terangnya.