Rawat Kearifan Lokal, Warga Leda Congkar-Flores Jabodetabek Pentas Seni Budaya

Selasa, 13 September 2022 - 20:38 WIB
loading...
Rawat Kearifan Lokal, Warga Leda Congkar-Flores Jabodetabek Pentas Seni Budaya
Mahasiswa asal Leda Congkar-Manggarai Flores usai pentas seni budaya di Aula Marsudirini, Bekasi, Jawa Barat pada Sabtu (10/9/2022). Foto ist
A A A
BEKASI - Dentuman musik modern yang dielaborasi dengan musik tradisional gong dan gendang menggema di Aula Marsudirini, Bekasi, Jawa Barat pada Sabtu (10/9/2022) itu. Alunan musik khas daerah, tepatnya dari Manggarai Timur-Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) siang itu menandai sebuah helatan Penti atau syukuran.

Event Penti yang diselenggarakan oleh paguyuban Leda Congkar (Manggarai Timur) yang ada di Jakarta, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) diisi dengan pentas seni dan budaya. Antara lain ada mbata, sanda, danding, rantuk alu serta tari-tarian yang diiringi gong gendang.

Selain itu, ada misa inkulturasi atau perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Romo Aleks Lanur, OFM dan Romo Darmin Mbula, OFM. Misa inkulturasi seluruhnya dibawa dalam bahasa Manggarai.

Jalannya Acara

Mengambil tema "Lai Ca Kudu Cama Laing" (gotong royong), acara Penti ini ditata secara rapi oleh panitia yang diketuai oleh Ronsi Daur asal Wuas, Lamba Leda Timur, Manggarai.

Perayaan Ekaristi diawali dengan penjemputan pastor di pintu gerbang. Para pastor dikalung selendang bermotif tenunan Congkar. Kemudian dilanjutkan dengan Renggas dan Sanda Kembana. Selanjutnya misa pun dimulai dan diiringi oleh tarian yang disuguhkan oleh para mahasiswa asal Leda Congkar.

Usai misa, acara dilanjutkan dengan makan siang bersama dengan menu utama kuliner ala daerah Manggarai yaitu kolo (nasi bambu), hang bongkar (nasi jagung), hang wara (nasi merah), daging ayam dan daging babi yang diolah sesuai selera masyarakat Manggarai.

Makan bersama selesai, acara dilanjutkan dengan pentas seni dan budaya. Para sesepuh Leda Congkar mengambil posisi duduk di panggung yang beralaskan tikar. Mereka duduk sembari minum tuak dan makan Cepa (siri pinang).

Orang tua Leda Congkar yang hadir antara lain Bapak Ino Sensi, Bapak Daminanus Ambur, Bapak Cyrianus Aoer, Bapak Agustinus Dawardja, Bapak Gaudens Wodar, Bapak Savio Rahmat dan Bapak Sebinus Suhardi.

Perwakilan Manggarai Barat terlihat Bapak Rikard Bagun, Bapak Gaudens Suhardi dan Bapak Lucius Karus. Sementara ada juga utusan dari Keluarga Perempuan Manggarai (KPM) yakni Ibu Vivi Syukur dan Ibu Emilia AK serta Ibu Ekke Pareira.

Acara Penti itu pun ditutup dengan tampilan mahasiswa yang menyanyikan lagu Manggarai berjudul "Seni Senang" yang dibalut koreografi seadanya. Semua tamu undangan serta orang tua ikut bergoyang.

Odorikus Holang, salah satu panitia menyampaikan, semua mata acara yang dipilih sarat dengan nilai-nilai kearifan lokal. Tarian Rantuk Alu, misalnya, memiliki nilai-nilai seperti kerja sama, kelincahan, ketepatan, keberanian dan ketulusan. Demikian pun sanda dan mbata, memuat pesan moral di setiap syairnya. "Kita menghidupkan nilai-nilai itu agar dipahami generasi milenial," kata Holang

Sementara itu sejumlah orang tua mempunyai kesan tersendiri atas acara Penti kali ini. Mereka merasa terharu lantaran acara tersebut baru kembali dibuat setelah 25 tahun silam wadah Leda Congkar dibentuk.

Agustinus Dawardja, salah satu tokoh Leda Congkar berharap generasi muda bisa membawa harapan dan optimis sebagai pembawa estafet kebudayaan Manggarai. Namun, menurut Agustinus, kerja sama dan kolaborasi lintas generasi menjadi sangat penting.

Sementara Ino Sensi berharap Kilo Leda Congkar perlu diperkuat menjadi wadah pemersatu dan pengembangan diri generasi muda Leda-Congkar.

Ino berharap acara Penti tersebut tidak berakhir pada acara 11 September, tetapi terus berlanjut dan bahkan harus menjadi agenda tahunan paguyuban Leda Congkar. "Semoga acara penti menjadi agenda tahunan," harapnya.

Paguyuban Leda Congkar

Paguyuban Leda Congkar sebenarnya bukan wadah yang baru dibentuk, tapi sudah diinisiasi sejak tahun 1976 silam. Inisiator awalnya adalah bapak Wens Zahnidam dari Congkar.

Savio Rahmat yang merupakan salah satu saksi sejarah terbentuknya kilo Leda Congkar ini mengatakan, asrama Kebun Kosong adalah tempat kali pertama berkumpulnya orang tua kilo Leda Congkar.

"Tahun 1976 itu hanya kumpul biasa-biasa saja di asrama kebun kosong. Belum berpikir untuk bikin Penti dan lain-lain. Tetapi sudah mulai karena waktu Wens Sanidam baru pulang dari Irian. Karena dia merasa butuh sekali keluarga ini, untuk sama-sama," kata Savio.

Tiga tahun berjalan tanpa ada gebrakan, persisnya tahun 1980 kata Savio, para orang tua memikirkan untuk membuat acara penti. Acara tersebut dibuat kata Savio karena keluarga Manggarai (Timur) saat itu di Jabodetabek makin banyak.

"Tahun 1980, setelah adik-adik saya pada hadir terutama Dami Ambur, Sebinus Suhardi, Gaudens Wodar, Ancis da Gomes dll. Yang berkeluarga waktu itu kurang lebih ada 7 keluarga yaitu Yakob Kedang, pengusung utama dari Satar Teu, Wens Zahnidam (Congkar), Lodo Syukur, Tote Riberu, Herman Mat, Savio, Kanis Pion dari Tanggar, Stanis Ampu dari Congkar," kisahnya.

Acara penti pertama, kata Savio, digelar di rumah Almarhum Lodo Syukur. Kemudian Penti kedua yang digelar tahun 1981 juga digelar di tempat yang sama.

Selanjutnya penti ketiga yang digelar pada tahun 1982 memilih tempat di Puncak, Bogor. Persisnya di Villa Kompas. Berakhirnya penti di puncak kata Savio, vakum pula keberadaan Kilo Leda Congkar hingga puncaknya tahun 2022.

Vakumnya kilo Leda Congkar kata Savio bukan tanpa alasan. Hal tersebut kata Savio karena adanya gejolak politik. Saat itu, tak sedikit orang tua yang terjun ke dunia politik.

"Terakhir, serah terima dari kaka Lodo ke Saya itu disaksikan oleh Rickar Bagun di Villa sekitar tahun 90-an sebelum kaka Lodo pulang ke Manggarai. Itu terakhir kumpul Leda Congkar dan bungkam sampai digelar lagi kemarin," katanya.

Namun, kata Savio, sejarah biarlah berlalu. Acara Penti 2022 merupakan awal kebangkitan kembali Kilo Leda Congkar Jabodetabek."Acara kemarin betul-betul punya kebanggaan tersendiri terhadap apa yang ponakan, cucu dan adik-adik lakukan. Saya pikir hari yang luar biasa. Hari kebangkitan awal. Saya harus katakan ini awal, bukan dulu lagi. Dulu itu hanya jejak-jejak saja," tegasnya.

Sementara acara pentas seni dan budaya yang ditampilkan kata Savio sungguh luar biasa. Apalagi loyalitas mahasiswa yang total membuat acara tersebut menjadi sukses."Ini sudah langkah bagus. Terima kasih kepada adik-adik mahasiswa. Saya melihat mereka betul-betul berbuat untuk Leda Congkar ini," kenangnya.
(don)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2120 seconds (0.1#10.140)