TGB Zainul Majdi Sebut Kekayaan Terbesar Indonesia adalah Persatuan
loading...
A
A
A
MEDAN - Kekayaan Indonesia sebagai sebuah bangsa adalah persatuan dan kebersamaan. Bukan sumber daya alam yang meski melimpah namun pasti akan habis pada waktunya.
Demikian dikatakan Ketua Harian Nasional DPP Partai Perindo, Tuan Guru Bajar (TGB) Muhammad Zainul Majdi saat menjadi pembicara dalam Dialog Kebangsaan Lintas Tokoh yang digelar di Hotel JW Marriott, Medan, Jumat (9/9/2022) malam.
Hadir dalam dialog itu sejumlah tokoh pergerakan mahasiswa, tokoh pemuda dan para aktivis yang ada di Kota Medan.
TGB menyebutkan, Indonesia dibangun oleh para bapak bangsa (founding father) yang berasal dari beragam latar belakang. Baik suku, agama, kelompok maupun ideologi. Namun mereka dipersatukan dalam rasa senasib sepenanggungan, masa lalu kolektif sebagai suatu bangsa yang pernah dijajah.
"Ada Sutan Syarif di Kalimantan, Cut Nyak Dhien di Aceh. Kemudian Supomo di Jawa dan Agus Salim yang ada di Sumatera. Mereka ini mazhab pikirannya berbeda-beda. Namun kesamaan nasib dan masa lalu kolektif itu yang membuat mereka bersatu," kata TGB.
Kemudian persatuan Indonesia, kata TGB, dibangun atas keterikatan dengan perasaan kehendak yang sama untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Lalu keinginan untuk meretas jalan guna membangun masyarakat bersama.
Seperti Bung Karno dan Hatta, yang kata TGB tidak 100 persen sama. Bung Hatta dikenal memiliki keyakinan yang sangat kuat akan ekonomi kerakyatan dengan koperasi sebagai soko gurunya.
Sementara Bung Karno, lebih lebar berpikir kalau bicara soal ekonomi. Meski selalu bicara tentang marhaenisme dan sarinah, namun dia tidak menantang apa yang namanya ekonomi pasar terbuka, selagi masih ada kedaulatan di dalamnya.
"Karena itu saya mengatakan, sering saya sampaikan, ber-Indonesia itu bagi saya seorang muslim, umat beragama, ber-Indonesia adalah nikmat yang luar biasa. Kita bisa bayangkan, siapa yang bisa merekayasa alam pikiran kita itu yang sama. Dari sisi madrasah, mazhab pemikiran, school of thought, para founding father kita itu beda. Dari sisi suku bangsa juga beda. Agama juga beda. Namun mereka dipersatukan dan ini adalah kehendak Allah SWT," sebutnya.
Oleh karena itu, kata TGB, persatuan dan kesatuan harus terus dirawat dan dipelihara. Agar Indonesia bisa terus ada dan bertumbuh menjadi bangsa yang semakin kuat.
"Kita tidak boleh kufur nikmat. Persatuan itu adalah nikmati Allah SWT kepada kita di Indonesia yang begitu beragam. Kita sudah pernah diuji persatuan selalu menjadi penyelamat kita sebagai bangsa," pungkas TGB.
Lihat Juga: Hadiri Sertijab Danlantamal VI Makassar, Plt Sekjen Perindo Harap Amanah dan Tingkatkan Kerja Sama Pemda
Demikian dikatakan Ketua Harian Nasional DPP Partai Perindo, Tuan Guru Bajar (TGB) Muhammad Zainul Majdi saat menjadi pembicara dalam Dialog Kebangsaan Lintas Tokoh yang digelar di Hotel JW Marriott, Medan, Jumat (9/9/2022) malam.
Hadir dalam dialog itu sejumlah tokoh pergerakan mahasiswa, tokoh pemuda dan para aktivis yang ada di Kota Medan.
TGB menyebutkan, Indonesia dibangun oleh para bapak bangsa (founding father) yang berasal dari beragam latar belakang. Baik suku, agama, kelompok maupun ideologi. Namun mereka dipersatukan dalam rasa senasib sepenanggungan, masa lalu kolektif sebagai suatu bangsa yang pernah dijajah.
"Ada Sutan Syarif di Kalimantan, Cut Nyak Dhien di Aceh. Kemudian Supomo di Jawa dan Agus Salim yang ada di Sumatera. Mereka ini mazhab pikirannya berbeda-beda. Namun kesamaan nasib dan masa lalu kolektif itu yang membuat mereka bersatu," kata TGB.
Kemudian persatuan Indonesia, kata TGB, dibangun atas keterikatan dengan perasaan kehendak yang sama untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Lalu keinginan untuk meretas jalan guna membangun masyarakat bersama.
Seperti Bung Karno dan Hatta, yang kata TGB tidak 100 persen sama. Bung Hatta dikenal memiliki keyakinan yang sangat kuat akan ekonomi kerakyatan dengan koperasi sebagai soko gurunya.
Sementara Bung Karno, lebih lebar berpikir kalau bicara soal ekonomi. Meski selalu bicara tentang marhaenisme dan sarinah, namun dia tidak menantang apa yang namanya ekonomi pasar terbuka, selagi masih ada kedaulatan di dalamnya.
"Karena itu saya mengatakan, sering saya sampaikan, ber-Indonesia itu bagi saya seorang muslim, umat beragama, ber-Indonesia adalah nikmat yang luar biasa. Kita bisa bayangkan, siapa yang bisa merekayasa alam pikiran kita itu yang sama. Dari sisi madrasah, mazhab pemikiran, school of thought, para founding father kita itu beda. Dari sisi suku bangsa juga beda. Agama juga beda. Namun mereka dipersatukan dan ini adalah kehendak Allah SWT," sebutnya.
Oleh karena itu, kata TGB, persatuan dan kesatuan harus terus dirawat dan dipelihara. Agar Indonesia bisa terus ada dan bertumbuh menjadi bangsa yang semakin kuat.
"Kita tidak boleh kufur nikmat. Persatuan itu adalah nikmati Allah SWT kepada kita di Indonesia yang begitu beragam. Kita sudah pernah diuji persatuan selalu menjadi penyelamat kita sebagai bangsa," pungkas TGB.
Lihat Juga: Hadiri Sertijab Danlantamal VI Makassar, Plt Sekjen Perindo Harap Amanah dan Tingkatkan Kerja Sama Pemda
(shf)