Peternak Pilih Jamu Tradisional untuk Obati Sapi yang Terkena PMK
loading...
A
A
A
MAROS - Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang hewan ternak di Kabupaten Maros kian menghantui peternak. Pasalnya, PMK yang merupakan penyakit yang disebabkan virus yang bisa sangat menular antar hewan berkuku genap atau belah ini telah menyerang ternak sapi di dua kecamatan yang berjauhan, yakni Moncongloe dan Kecamatan Marusu.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Maros , Abdul Azis, mengatakan untuk mengobati hewan ternak yang terkena PMK , peternak di Maros mengambil tindakan dengan pemberian obat tradisional berupa jamu.
Dalam obat tradisional itu, kata Azis, peternak mencampur beberapa ramuan obat-obatan tradisional berupa, kunyit, telur dan beberapa bahan tanaman toga lainnya.
"Peternak membuat sendiri obat tradisional yang diberikan ke ternak mereka. Berupa jamu yang campuran kunyit. Kunyit ini dikenal sebagai bahan antibiotik, jadi mereka membuat sendiri jamunya untuk diberikan ke ternaknya," ujarnya kepada wartawan.
Dia menambahkan, setelah lima hari pemberian obat tradisional, hewan ternak itu mulai ada perkembangan dan mulai sembuh.
"Memang terlihat ada kemajuan hewan ternak yang sakit PMK setelah mengkonsumsi ramuan jamu. Imunnya ternak mulai naik setelah inkubasi lima hari. Seperti orang terkena covid, mereka juga butuh isolasi, dan diberikan ramuan obat," jelasnya.
Setelah pemberian jamu, kemajuan kesehatan ternak yang terkena PMK ini mulai membaik. Sehingga tidak ada lagi hewan ternak yang dipotong paksa akibat tertular PMK.
"Tidak ada lagi hewan ternak yang dipotong paksa. Karena rata-rata hewan ternak yang terjangkit PMK, sudah mendapatkan penanganan yang baik," jelasnya.
Meski peternak turun tangan langsung untuk memberikan jamu, tapi tim penyuluh kesehatan hewan juga tetap melakukan pemantauan dan pemberian vitamin untuk ternak yang terjangkit PMK.
"Tetap dari tim penyuluh turun memantau hewan yang sakit. Hanya saja peternak memang meminta waktu 2 minggu untuk isolasi sendiri ternaknya yang sakit," bebernya.
Mantan penyuluh pertanian ini menjelaskan, hewan yang mudah terjangkit PMK adalah hewan ternak seperti sapi, kerbau dan kambing.
"Penyakit ini ditandai dengan adanya pembentukan lepuh dan erosi di mulut, lidah, gusi, nostril, puting, dan di kulit sekitar kuku hewan ternak. Dampak paling buruk penyakit ini dapat menyebabkan kematian," jelasnya.
Sekedar diketahui, untuk kabupaten Maros tercatat sekitar 81 ekor ternak yang terindikasi teinfeksi PMK . Dari 81 ekor ternak yang terinfeksi PMK, 1 ekor diantaranya adalah kerbau.
Adapun 81 kasus tersebut tersebar di 3 Desa dan 2 Kecamatan. Desa Moncongloe Lappara, Kecamatan Moncongloe sebanyak 17 kasus. Desa Abulosibatang sebanyak 23 kasus dan Desa Bontomatene Kecamatan Marusu sebanyak 41 kasus.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Maros , Abdul Azis, mengatakan untuk mengobati hewan ternak yang terkena PMK , peternak di Maros mengambil tindakan dengan pemberian obat tradisional berupa jamu.
Dalam obat tradisional itu, kata Azis, peternak mencampur beberapa ramuan obat-obatan tradisional berupa, kunyit, telur dan beberapa bahan tanaman toga lainnya.
"Peternak membuat sendiri obat tradisional yang diberikan ke ternak mereka. Berupa jamu yang campuran kunyit. Kunyit ini dikenal sebagai bahan antibiotik, jadi mereka membuat sendiri jamunya untuk diberikan ke ternaknya," ujarnya kepada wartawan.
Dia menambahkan, setelah lima hari pemberian obat tradisional, hewan ternak itu mulai ada perkembangan dan mulai sembuh.
"Memang terlihat ada kemajuan hewan ternak yang sakit PMK setelah mengkonsumsi ramuan jamu. Imunnya ternak mulai naik setelah inkubasi lima hari. Seperti orang terkena covid, mereka juga butuh isolasi, dan diberikan ramuan obat," jelasnya.
Setelah pemberian jamu, kemajuan kesehatan ternak yang terkena PMK ini mulai membaik. Sehingga tidak ada lagi hewan ternak yang dipotong paksa akibat tertular PMK.
"Tidak ada lagi hewan ternak yang dipotong paksa. Karena rata-rata hewan ternak yang terjangkit PMK, sudah mendapatkan penanganan yang baik," jelasnya.
Meski peternak turun tangan langsung untuk memberikan jamu, tapi tim penyuluh kesehatan hewan juga tetap melakukan pemantauan dan pemberian vitamin untuk ternak yang terjangkit PMK.
"Tetap dari tim penyuluh turun memantau hewan yang sakit. Hanya saja peternak memang meminta waktu 2 minggu untuk isolasi sendiri ternaknya yang sakit," bebernya.
Mantan penyuluh pertanian ini menjelaskan, hewan yang mudah terjangkit PMK adalah hewan ternak seperti sapi, kerbau dan kambing.
"Penyakit ini ditandai dengan adanya pembentukan lepuh dan erosi di mulut, lidah, gusi, nostril, puting, dan di kulit sekitar kuku hewan ternak. Dampak paling buruk penyakit ini dapat menyebabkan kematian," jelasnya.
Sekedar diketahui, untuk kabupaten Maros tercatat sekitar 81 ekor ternak yang terindikasi teinfeksi PMK . Dari 81 ekor ternak yang terinfeksi PMK, 1 ekor diantaranya adalah kerbau.
Adapun 81 kasus tersebut tersebar di 3 Desa dan 2 Kecamatan. Desa Moncongloe Lappara, Kecamatan Moncongloe sebanyak 17 kasus. Desa Abulosibatang sebanyak 23 kasus dan Desa Bontomatene Kecamatan Marusu sebanyak 41 kasus.
(tri)