Puluhan Hektare Lahan di Hulu Citarum Kritis Butuh Konservasi

Minggu, 14 Agustus 2022 - 10:23 WIB
loading...
Puluhan Hektare Lahan...
Penanaman pohon produktif oleh masyarakat sekitar sub hulu DAS Citarum di Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung.Foto/ist
A A A
BANDUNG - Puluhan hektare lahan di hulu Sungai Citarum, tepatnya di sub DAS Cirasea, Kabupaten Bandung, perlu mendapatkan penanganan konservasi lahan, sebagai upaya mengembalikan fungsinya sebagai daerah resapan air. Saat ini, terdapat puluhan hektare lahan di kawasan tersebut dalam kondisi kritis.

"Dari luas desa kami sekitar 792 hektare, kawasan yang masuk kategori lahan kritis ada sekitar 30 hektare, " kata Kepala Desa Nagrak, Kecamatan Pacet, Suparman, pada Pelatihan Edukasi Masyarakat Pelatihan Pupuk Organik Padat dan Cair di Ciparay, Kabupaten Bandung.

Baca juga: Garut Digegerkan Penemuan Mayat Pria dengan Leher Terlilit Tali

Menurut dia, puluhan hektare lahan kritis tersebut diakibatkan alih fungsi lahan dan masifnya pemanfaatan lahan oleh warga untuk kegiatan pertanian dan lainnya. Saat ini, di desanya masih ada sekitar 99 hektare lahan kategori hutan yang perlu dijaga kelestariannya.

Menurut Suparman, langkah konservasi lahan kritis perlu terus dilakukan. Diantaranya memanfaatkan lahan kritis untuk menanam berbagai pohon produktif namun berfungsi menyerap air. Membenahi saluran air untuk mengurangi sedimentasi dan potensi terjadinya longsoran.

"Program konservasi sebenarnya sudah berjalan sejak beberapa tahun lalu. Beberapa petani telah mendapatkan hasil dari penanaman pohon produktif, seperti kopi yang saat ini penjualannya cukup bagus. Dalam satu hektare lahan, bisa menghasilkan sampai 3 kg kopi untuk satu kali panen," tambah Kepala Desa Sindang Heula, Ruhyat Alamsyah.

Pihaknya menyambut baik langkah konservasi yang saat ini gencar dilakukan banyak pihak seperti Perum Jasa Tirta, Pemerintah, dan stakeholder lainnya. Pelatihan pembuatan pupuk organik yang saat ini dilakukan juga diharapkan meningkatkan kesadaran masyarakat menjaga lingkungan.

Sementara itu, penanggung jawab kegiatan Daud Yusuf menjelaskan, langkah konservasi yang saat ini dilakukan melibatkan 150-an warga di sekitar sub DAS Cirasea. Mereka mendapatkan edukasi pelestarian lahan, tata cara pembuatan pupuk organik cair dan padat, dan lainnya. Kegiatan digelar selama dua hari, 13-14 Agustus 2022.

"Tujuannya adalah ingin memulihkan kembali bumi dengan mengedukasi warga. Saat ini banyak petani yang punya ketergantungan pada produk pupuk kimia untuk menunjang kegiatan pertaniannya. Tak hanya itu, kami juga melaksanakan program konservasi lainnya seperti penanaman pohon, perbaikan check dam, perbaikan jalan, yang diharapkan bisa berdampak positif bagi lingkungan sekitar," katanya.

Kali ini, ada sekitar 18.000 hingga 20.000 an pohon jenis jabon, petai, alpukat, dan kopi yang ditanam di lahan kritis. Program ini juga telah rutin dilaksanakan sebelum pandemi. Beberapa petani telah mendapatkan hasil dari pohon produktif yang ditanam beberapa tahun lalu.

"Kita mengacu kepada database yang dikeluarkan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Pengelolaan Air, ternyata di Citarum itu ada beberapa Sub yang memprihatinkan. Maka titik kegiatan ini arahnya ke edukasi masyarakat. Karena kita tahu bahwa lingkungan rusak itu bukan hanya masalah teknis tapi mental. Maka ini perlu sinergis, ya memang tidak mudah menyelesaikan ini, " kata Daud.

Imbas lahan kritis di hulu Citarum, kata dia, adalah banjir yang sering dirasakan penduduk di hilir sungai seperti Dayeuhkolot, Baleendah, dan lainnya. Banjir disebabkan berkurangnya hutan resapan. Debit air hujan yang cukup tinggi, langsung mengalir ke hilir, menyebabkan banjir. "Ya sekarang sudah terasa lah di Bandung sering banjir atau longsor, ini karena kurangnya kawasan resapan air, " imbuh dia.

Perwakilan Perum Jasa Tirta II Irpan mengapresiasi kegiatan yang dilakukan sebagai bentuk kepedulian masyarakat terhadap konservasi lahan kritis. Apalagi, Perum Jasa Tirta memiliki kepentingan menjaga kualitas dan debit air yang baik untuk menyuplai kebutuhan warga.

"Sub DAS Cirasea ini masuk sub DAS Citarum hulu. Kita tahu karena aktivitas warga telah terjadi perubahan tata guna lahan. Sehingga sebabkan banjir dan sedimentasi. Sehingga perlu dilakukan konservasi untuk keberlangsungan lingkungan melalui sarana edukasi, perbaikan cek dum, penanaman pohon, dan lainnya, " kata dia.

Program seperti ini, kata dia, telah rutin digelar sebelum Covid-19 melanda. Keterbatasan ruang gerak menyebabkan program edukasi sempat terhenti, dan kali ini mulai gencar dilakukan kembali. Dia berharap, program ini terus mendapat respon masyarakat sekitar agar program konservasi bisa terus berjalan.
(msd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3250 seconds (0.1#10.140)