96 Persen Bisnis Gagal dalam 10 Tahun, Ini Penjelasannya
loading...
A
A
A
SURABAYA - Dari 100 bisnis yang didirikan oleh entrepreneur, dalam 10 tahun kemudian yang bertahan hidup hanya 4% saja? Artinya 96% dari bisnis yang dibangun gagal.
Data tersebut berdasarkan survei yang dilakukan penulis buku bisnis top dunia Michael E Gerber. Lalu apa penyebab kegagalan 96% bisnis tersebut? (Baca juga: Komunitas Bisnis TDA Pacu Perkembangan UMKM )
Business Coach tingkat Dunia Coach Yohanes G Pauly kepada SINDOnews menyebutkan, penyebab kegagalan entrepreneurs dalam menjalankan bisnis adalah tidak memahami 3 tangga menuju entrepreneurs sejati. Di mana 2 di antaranya adalah jebakan.
Apa saja 3 tangga menuju entrepreneur sejati tersebut? Bukankah saat seseorang sudah memiliki bisnis maka orang tersebut otomatis sudah menjadi entrepreneur?
"Tangga 1 adalah Business Operator. Ada pun Tangga 1 merupakan tangga jebakan yaitu business operator atau operator bisnis. Maksudnya adalah kondisi dimana pemilik bisnis berpikir sudah menjadi entrepreneur padahal sebenarnya tidak tapi malahan bekerja inside the business," kata Yohanes.
Walau pun pemilik bisnis memiliki karyawan namun hampir seluruh pekerjaan masih dikerjakan oleh si pemilik bisnis hingga dia tidak memiliki waktu untuk membuat strategi bisnis baru yang lebih efektif.
Menurut Coach Yohanes, ada 4 gejala jika pemilik bisnis terkena dalam tangga jebakan 1 yakni, business operator, pemilik bisnis adalah sistem didalam bisnis, pemilik bisnis terpaksa harus bekerja 2 shift dalam sehari, pemilik bisnis masih harus curi-curi kerja di akhir pekan, ada hubungan langsung antara kesehatan pemilik bisnis dengan profit di bisnis.
“Jika Anda memiliki 4 gejala ini maka artinya Anda terjebak dalam tangga jebakan 1 menuju entrepreneur sejati. Anda harus memperbaiki bisnis Anda,” ucap Coach Yohanes.
Kemudian Tangga 2 adalah Business Manager. Ini merupakan tangga jebakan kedua dimana pemilik bisnis bekerja in the business karena sudah berani merekrut mahal untuk karyawan yang levelnya lebih tinggi. Seperti supervisor atau manager, namun ternyata kinerja karyawan dengan level tinggi ini tidak bagus dan tetap harus didorong dahulu untuk bekerja, tidak memiliki inisiatif sendiri.
"Supervisor atau manager juga tidak bisa diajak bertukar pikiran untuk membuat strategi bisnis agar bisnis bisa makin lebih maju," kata Yohanes.
Data tersebut berdasarkan survei yang dilakukan penulis buku bisnis top dunia Michael E Gerber. Lalu apa penyebab kegagalan 96% bisnis tersebut? (Baca juga: Komunitas Bisnis TDA Pacu Perkembangan UMKM )
Business Coach tingkat Dunia Coach Yohanes G Pauly kepada SINDOnews menyebutkan, penyebab kegagalan entrepreneurs dalam menjalankan bisnis adalah tidak memahami 3 tangga menuju entrepreneurs sejati. Di mana 2 di antaranya adalah jebakan.
Apa saja 3 tangga menuju entrepreneur sejati tersebut? Bukankah saat seseorang sudah memiliki bisnis maka orang tersebut otomatis sudah menjadi entrepreneur?
"Tangga 1 adalah Business Operator. Ada pun Tangga 1 merupakan tangga jebakan yaitu business operator atau operator bisnis. Maksudnya adalah kondisi dimana pemilik bisnis berpikir sudah menjadi entrepreneur padahal sebenarnya tidak tapi malahan bekerja inside the business," kata Yohanes.
Walau pun pemilik bisnis memiliki karyawan namun hampir seluruh pekerjaan masih dikerjakan oleh si pemilik bisnis hingga dia tidak memiliki waktu untuk membuat strategi bisnis baru yang lebih efektif.
Menurut Coach Yohanes, ada 4 gejala jika pemilik bisnis terkena dalam tangga jebakan 1 yakni, business operator, pemilik bisnis adalah sistem didalam bisnis, pemilik bisnis terpaksa harus bekerja 2 shift dalam sehari, pemilik bisnis masih harus curi-curi kerja di akhir pekan, ada hubungan langsung antara kesehatan pemilik bisnis dengan profit di bisnis.
“Jika Anda memiliki 4 gejala ini maka artinya Anda terjebak dalam tangga jebakan 1 menuju entrepreneur sejati. Anda harus memperbaiki bisnis Anda,” ucap Coach Yohanes.
Kemudian Tangga 2 adalah Business Manager. Ini merupakan tangga jebakan kedua dimana pemilik bisnis bekerja in the business karena sudah berani merekrut mahal untuk karyawan yang levelnya lebih tinggi. Seperti supervisor atau manager, namun ternyata kinerja karyawan dengan level tinggi ini tidak bagus dan tetap harus didorong dahulu untuk bekerja, tidak memiliki inisiatif sendiri.
"Supervisor atau manager juga tidak bisa diajak bertukar pikiran untuk membuat strategi bisnis agar bisnis bisa makin lebih maju," kata Yohanes.