Kisah Nitisemito Raja Kretek Nusantara sampai Akhir Hayat Buta Aksara
loading...
A
A
A
KUDUS - Sejarah rokok kretek di tanah air yakni rokok yang ketika dihisap berbunyi kemretek (Jawa) yang bersumber dari racikan cengkeh yang terbakar, tidak lepas dari nama Mas Nitisemito yang tinggal di Kudus, Jawa Tengah.
Di masa kolonial Belanda, nama Nitisemito adalah yang terbesar. Produksi sekaligus penjualan rokok Tjap Bal Tiga miliknya mengalahkan rokok kretek lainnya. Sehingga Nitisemito kemudian dijuluki Si Raja Kretek.
Sepanjang tahun 1920 hingga 1930-an, distribusi rokok kretek Nitisemito tidak hanya menguasai Kudus, tapi juga tersebar di sejumlah wilayah Nusantara. Kekayaan dan asetnya melimpah di mana-mana.
“Di Kudus sendiri, selain bangunan pabrik di Desa Jati yang mampu menampung 10 sampai 15 ribu pekerja dengan produksi sekitar 10 juta batang per hari, ada juga bangunan yang menjadi lambang kejayaan Nitisemito yaitu rumah kembar,” demikian dikutip dari buku Raja Kretek M Nitisemito Penguasaha Pribumi Terkaya Sebelum Kemerdekaan.
Nitisemito terlahir dengan nama Roesdi di Desa Janggalan, Kudus, Jawa Tengah. Ada yang menyebut tahun kelahirannya 1863, namun versi lain mengatakan 1874. Ayah Nitisemito, yakni Haji Soelaiman adalah seorang kepala desa atau lurah. Sedangkan ibunya, Markanah ibu rumah tangga biasa.
Menginjak umur 17 tahun, Roesdi yang menolak sekolah dan karenanya buta aksara, merantau ke Malang Jawa Timur. Ia mencoba merintis usaha konveksi. Namun usahanya gagal dan lantas memutuskan pulang ke Kudus.
Di tempat kelahirannya, Roesdi yang tidak pernah tertarik menjadi ambtenar (pegawai pemerintah), mencoba berdagang kerbau, dan lagi-lagi hasilnya tidak sesuai ekspektasi.
Roesdi kemudian beralih menjadi pengusaha dokar atau delman. Ia memiliki sejumlah delman yang dikemudikan orang lain, namun dirinya kerap juga turut mengemudikan.
Di masa kolonial Belanda, nama Nitisemito adalah yang terbesar. Produksi sekaligus penjualan rokok Tjap Bal Tiga miliknya mengalahkan rokok kretek lainnya. Sehingga Nitisemito kemudian dijuluki Si Raja Kretek.
Baca Juga
Sepanjang tahun 1920 hingga 1930-an, distribusi rokok kretek Nitisemito tidak hanya menguasai Kudus, tapi juga tersebar di sejumlah wilayah Nusantara. Kekayaan dan asetnya melimpah di mana-mana.
“Di Kudus sendiri, selain bangunan pabrik di Desa Jati yang mampu menampung 10 sampai 15 ribu pekerja dengan produksi sekitar 10 juta batang per hari, ada juga bangunan yang menjadi lambang kejayaan Nitisemito yaitu rumah kembar,” demikian dikutip dari buku Raja Kretek M Nitisemito Penguasaha Pribumi Terkaya Sebelum Kemerdekaan.
Nitisemito terlahir dengan nama Roesdi di Desa Janggalan, Kudus, Jawa Tengah. Ada yang menyebut tahun kelahirannya 1863, namun versi lain mengatakan 1874. Ayah Nitisemito, yakni Haji Soelaiman adalah seorang kepala desa atau lurah. Sedangkan ibunya, Markanah ibu rumah tangga biasa.
Menginjak umur 17 tahun, Roesdi yang menolak sekolah dan karenanya buta aksara, merantau ke Malang Jawa Timur. Ia mencoba merintis usaha konveksi. Namun usahanya gagal dan lantas memutuskan pulang ke Kudus.
Di tempat kelahirannya, Roesdi yang tidak pernah tertarik menjadi ambtenar (pegawai pemerintah), mencoba berdagang kerbau, dan lagi-lagi hasilnya tidak sesuai ekspektasi.
Roesdi kemudian beralih menjadi pengusaha dokar atau delman. Ia memiliki sejumlah delman yang dikemudikan orang lain, namun dirinya kerap juga turut mengemudikan.