BI Dorong 9,78 UMKM di Jawa Timur Masuk Ekosistem Digital
loading...
A
A
A
SURABAYA - Jumlah pelaku UMKM di Jawa Timur (Jatim) mencapai 9,78 juta dengan jumlah terbesar pada usaha mikro yang mencapai sebesar 9,13 juta. Jumlah pelaku UMKM tersebut mampu menyerap 13,8 juta pekerja dan memberikan kontribusi terhadap PDRB Jawa Timur sebesar 56,94 persen.
Data Laporan Perekonomian Provinsi (LPP) yang dirilis Bank Indonesia (BI) menyebutkan, dari jenis usahanya, UMKM pertanian dan perdagangan menjadi bidang usaha yang paling diminati UMKM dengan kontribusi masing-masing sebesar 53 persen dan 21 persen.
"Oleh karena itu, digitalisasi UMKM di Jawa Timur lebih mengarah pada pemanfaatan digital farming serta adopsi platform e-commerce dalam rangka memperluas pasar," kata Kepala Kantor Perwakilan BI Jatim, Budi Hanoto, Senin (27/6/2022).
Sejumlah langkah ditempuh BI Jatim guna mengakselerasi kinerja UMKM. Antara lain dengan mendorong metode pembayaran melalui Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). Ini merupakan peralihan dari metode pembayaran offline (tunai) menjadi online (digital).
"Pembentukan ekosistem digital akan mampu meningkatkan literasi keuangan digital pada masyarakat. Tentunya ini akan mengakselerasi inklusi keuangan dan meningkatkan volume transaksi ritel," tandas Budi.
BI Jatim, kata dia, juga mengembangkan digital farming. Program ini dilakukan pada klaster Sapi Potong Kabupaten Tuban. Klaster sapi tersebut telah menerapkan praktik korporatisasi yang dimotori Koperasi Wahyu Mitra Utama melalui model bisnis “Sistem Anti Rugi”. Metode ini ini mengedepankan kemitraan yang adil dengan kelompok peternak rakyat.
Koperasi juga berperan sebagai offtaker dalam memfasilitasi peternak anggotanya mengakses pembiayaan secara digital ke perbankan.
"Klaster sapi ini juga melakukan penguatan akses pasar dengan terhubung pada platform digital (tokopedia, sayurbox), industri (ajinomoto), pasar modern (superindo), dan pasar lokal," pungkas Budi.
Data Laporan Perekonomian Provinsi (LPP) yang dirilis Bank Indonesia (BI) menyebutkan, dari jenis usahanya, UMKM pertanian dan perdagangan menjadi bidang usaha yang paling diminati UMKM dengan kontribusi masing-masing sebesar 53 persen dan 21 persen.
"Oleh karena itu, digitalisasi UMKM di Jawa Timur lebih mengarah pada pemanfaatan digital farming serta adopsi platform e-commerce dalam rangka memperluas pasar," kata Kepala Kantor Perwakilan BI Jatim, Budi Hanoto, Senin (27/6/2022).
Sejumlah langkah ditempuh BI Jatim guna mengakselerasi kinerja UMKM. Antara lain dengan mendorong metode pembayaran melalui Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). Ini merupakan peralihan dari metode pembayaran offline (tunai) menjadi online (digital).
"Pembentukan ekosistem digital akan mampu meningkatkan literasi keuangan digital pada masyarakat. Tentunya ini akan mengakselerasi inklusi keuangan dan meningkatkan volume transaksi ritel," tandas Budi.
BI Jatim, kata dia, juga mengembangkan digital farming. Program ini dilakukan pada klaster Sapi Potong Kabupaten Tuban. Klaster sapi tersebut telah menerapkan praktik korporatisasi yang dimotori Koperasi Wahyu Mitra Utama melalui model bisnis “Sistem Anti Rugi”. Metode ini ini mengedepankan kemitraan yang adil dengan kelompok peternak rakyat.
Koperasi juga berperan sebagai offtaker dalam memfasilitasi peternak anggotanya mengakses pembiayaan secara digital ke perbankan.
"Klaster sapi ini juga melakukan penguatan akses pasar dengan terhubung pada platform digital (tokopedia, sayurbox), industri (ajinomoto), pasar modern (superindo), dan pasar lokal," pungkas Budi.
(don)