Kisah Prabu Jayabaya, Raja Kediri Pencipta Ramalan Jayabaya yang Melegenda

Senin, 13 Juni 2022 - 08:19 WIB
loading...
Kisah Prabu Jayabaya, Raja Kediri Pencipta Ramalan Jayabaya yang Melegenda
Raja Kediri, Prabu Jayabaya terkenal akan kesaktiannya hingga bisa merawal masa depan yang hingga saat ini diyakini sebagian besar telah terjadi. Foto/Ist
A A A
Prabu Jayabaya merupakan Raja Kediri periode 1135-1159 Masehi yang terkenal akan kesaktiannya hingga bisa meramal masa depan yang hingga saat ini diyakini sebagian besar telah terbukti dan terjadi.

Prabu Jayabaya naik takhta sebagai Raja Kediri dengan gelar Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara Madhusudana Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa. Saat di bawah kekuasaan Prabu Jayabaya, Kerajaan Kediri disegani dan berada pada puncak kejayaan.



Ramalan Prabu Jayabaya disebut sebagai Jangka Jayabaya yang melegenda. Beberapa ramalannya saat itu tentang masa depan hingga kini diyakini terbukti. Sejumlah bukti kebenaran ramalan Prabu Jayabaya banyak diingat masyarakat.

Di antaranya ramalan bahwa Pulau Jawa nantinya akan berkalung besi. Jika ditafsirkan sekarang kemungkinan adalah kehadiran kereta api dengan relnya dari besi yang mengelilingi Pulau Jawa.

Ramalan Prabu Jayabaya yang terkenal lainnya adalah kedatangan pria berkulit putih yang akan menduduki Jawa dalam waktu yang sangat lama.

Ramalan itu kemudian dikaitkan dengan penjajahan Indonesia oleh Belanda yang menjejakkan kaki di bumi Nusantara pada 1595, lebih dari 400 tahun setelah pemerintahan Prabu Jayabaya.



Ramalan itu diikuti oleh firasatnya tentang orang-orang berkulit kuning dari utara, yang kedatangannya akan menandai berakhirnya kekuasaan orang kulit putih Indonesia dan kemudian akan menduduki Jawa sendiri seumur hidup.

Prediksi ini sesuai dengan kedatangan Jepang yang menginvasi Indonesia pada Perang Dunia II.

Dalam buku bertajuk "Membuka Tabir Ramalan Jayabaya di Era Reformasi" disebutkan apabila Pulau Jawa tinggal selebar daun kelor, maka akan ada jago kate berbulu kuning yang akan menguasai Pulau Jawa. Lamanya hanya seumur jagung.

Jago kate berbulu kuning yang dimaksud kemungkinan besar adalah tentara Jepang yang berperawakan kecil dan kulit kuning.

Dalam catatan sejarah disebutkan kedatangan Jepang mengakhiri masa penjajahan Belanda di Indonesia. Penjajah Jepang juga hanya berkuasa selama 3,5 tahun, tidak seperti bangsa Belanda.

Kisah Prabu Jayabaya, Raja Kediri Pencipta Ramalan Jayabaya yang Melegenda


Meski demikian, ada ramalan Prabu Jayabaya yang hingga kini belum terjadi namun tetap diyakini sebagian besar masyarakat Indonesia, khususnya orang Jawa.

Dalam ramalan itu, Prabu Jayabaya percaya bahwa akan ada masa di mana Indonesia dipimpin oleh seorang Ratu Adil yang akan membawa Tanah Air menuju kemakmuran.

Dalam buku "Ramalan Jayabaya, Indonesia Masa Lampau, Masa Kini, dan Masa Depan" karangan Suwidi Tono disebutkan gambaran ciri-ciri yang menandai masa dimana 'Ratu Adil' tersebut akan segera tiba.

Datangnya sang Ratu Adil menurut ramalan Jayabaya yakni ditandai gunung-gunung yang akan meletus, bumi berguncang, laut dan sungai akan meluap.

Sosok Ratu Adil yang dimaksud adalah Satrio Piningit. Ratu Adil akan muncul di masa penuh penderitaan, masa penuh kesewenang-wenangan, masa ketidakadilan, orang-orang licik akan berkuasa dan yang baik akan tertindas.

Setelah masa yang paling berat itu, diramalkan akan datang zaman baru, zaman penuh kemegahan dan kemuliaan, zaman keemasan bagi Nusantara.

Ratu Adil (Satria Piningit) merupakan mitologi yang mengatakan bahwa akan datang seorang pemimpin yang akan menjadi penyelamat, ia akan membawa keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakatnya.

Kata kunci Ramalan Jayabaya diyakini adalah wolak-waliking zaman (perubahan zaman). Hal itu menggambarkan kefanaan dalam kehidupan di dunia serta keniscaraan tentang pembalasan yang setimpal.

Dalam buku Ramalan Jayabaya (Bagian Akhir) Indonesia Masa Lampau, Masa Kini, dan Masa Depan, disebutkan Prabu Jayabaya memerintahkan dua pujangga, yaitu Mpu Sedah dan Mpu Panuluh untuk menyadur dan menciptakan karya sastra. Karya tersebut kemudian dikembangkan dan disebarluaskan kepada rakyat melalui tembang berbahasa Jawa.
(shf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1652 seconds (0.1#10.140)