Jadi Korban Kebijakan, PKL Sarkem Minta Mantan Wali Kota Jogja Haryadi Suyuti Dimiskinkan

Kamis, 09 Juni 2022 - 16:54 WIB
loading...
Jadi Korban Kebijakan,...
Korban kebijakan Haryadi Suyuti selama menjabat Wali Kota Jogjakarta dua periode mulai angkat bicara. Berbagai kebijakan dinilai telah mengorbankan warga. Foto/Dok.SINDOnews
A A A
JOGJAKARTA - Korban kebijakan Haryadi Suyuti selama menjabat Wali Kota Jogjakarta selama dua periode mulai angkat bicara. Berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh Haryadi Suyuti yang telah ditangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dinilai telah mengorbankan mereka.

Perwakilan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar Kembang (Sarkem), Ester mengaku kehilangan kios yang selama ini menjadi sumber mata pencaharian untuk menghidupi keluarga.



Kios yang ia miliki digusur oleh Haryadi Suyuti tanpa ganti rugi ataupun relokasi. "Saya menuntut ditukar dengan kios baru agar bisa berjualan lagi," katanya, Kamis (9/6/2022).

Di samping itu dia juga meminta agar Jalan Sarkem untuk tidak dihapus. Karena Jalan Sarkem muncul dari upaya melestarikan pasar tradisional, yakni Pasar Kembang yang ada di wilayah tersebut.

Ester bersama komunitas PKL di Pasar Kembang mengaku banyak dirugikan oleh kebijakan yang dikeluarkan oleh Haryadi Suyuti selama menjabat menjadi wali kota.

Dirinya merasa bersyukur Haryadi Suyuti tertangkap tangan oleh KPK karena kasus suap. "Kalau tidak bisa bertanggungjawab. Dia (Haryadi Suyuti) dimiskinkan dan dihukum mati saja,"tandasnya.



Perwakilan komunitas Pit Dhuwur, Arif juga angkat bicara. Lelaki ini pernah diamankan aparat keamanan karena telah membuat tulisan jargon 'Jogja Ora Didol' dan 'Ora Masalah Har' di Pojok Beteng wetan beberapa waktu lalu.

Lelaki ini bercerita ketika beberapa tahun lalu berjuang di tengah hiruk-pikuk Jogja. Pada 8-9 Oktober 2013 yaitu tepat ulang tahun Kota Jogja, ia nekat membuat tulisan di pojok beteng wetan dengan tulisan 'Jogja Ora Didol'.

"Setelah beberapa hari tulisan itu hilang. Namun saya bertekad tetap mendengungkan tulisan tersebut hidup sebagai simbol perlawanan terhadap praktek kecurangan pemerintahan Haryadi Suyuti," ujarnya.

Karena perjuangannya tersebut Arif pernah mendapatkan ancaman secara psikis. Terutama kefika dia tertangkap tangan membuat tulisan tersebut dan dibawa ke Balai Kota untuk menjalani pemeriksaan atau interogasi.

Setelah itu, Arif mengaku kembali aktif bersepeda dari tahun 2013 sampai 2022. Dia melihat justru Kota Yogyakarta semakin parah kondisi dan semakin tidak tertata.

Ia kembali membuat slogan Ora Masalah Har sebagai sebuah gerakan menolak Sego Segawe dihapus.

"Sego Segawe (Sepeda Nggo Sekolah Ro Nyambut Gawe) itu gerakan cukup bagus. Tetapi justru dihapus oleh Haryadi Suyuti," tandasnya.
(shf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2567 seconds (0.1#10.140)