Kisah Pembunuhan Raja Demak Sunan Prawoto Dipicu Dendam Kesumat Arya Penangsang

Senin, 23 Mei 2022 - 05:13 WIB
loading...
Kisah Pembunuhan Raja...
Makam Sunan Prawoto yang ada di Desa Prawoto, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati. Foto/Dok. Tourism Information Center Kabupaten Pati
A A A
Keris Kyai Setan Kober telah terlepas dari sarungnya. Tangan kekar Rangkud menggenggamnya dengan bergetar. Tepat dihari nahasnya, Sunan Prawoto tak dapat mengelak, saat Rangkud dengan buas menancapkan Keris Kyai Setan Kober ke tubuhnya.



Raja Demak ke empat itu, akhirnya tewas bersimbah darah. Rungkud berhasil menjalankan misi yang diembannya dari Arya Penangsang. Tewasnya Sunan Prawoto, membuat Arya Penangsang naik takhta memimpin Demak.



Kisah pembunuhan terhadap Sunan Prawoto ini, berawal dari perebutan takhta kerajaan Demak, antara Raden Kikin dengan Raden Trenggana. Perebutan takhta itu terjadi, sekitar tahun 1521 usai anak Raden Fatah yaitu Pate Unus gugur saat berperang melawan Portugis di Malaka.



Gugurnya Pate Unus yang juga dikenal sebagai Pangeran Sabrang Lor, membuat kedua adiknya Raden Kikin dan Raden Trenggana, berebut takhta kerajaan Demak. Perebutan takhta ini melibatkan Raden Mukmin yang bergelar Sunan Prawoto.

Sunan Prawoto merupakan putra pertama Raden Trenggana. Dia membunuh Raden Kikin sepulang sholat Jumat dengan menggunakan Keris Kyai Setan Kober yang dicurinya dari Sunan Kudus. Pembunuhan itu terjadi di tepi sungai, sehingga dikemudian hari Raden Kikin juga dikenal dengan sebutan Pangeran Sekar Seda ing Lepen.

Kematian Raden Kikin di tangan Sunan Prawoto, menjadikan putranya, Arya Penangsang menggantikan posisi Raden Kikin sebagai Adipati Jipang Panolan yang merupakan bawahan dari kerajaan Demak.

Sementara, kematian Raden Kikin, juga memuluskan jalan bagi Raden Trenggana untuk naik takhta, menjadi sultan di kerajaan Demak, pada tahun 1521. Raden Trenggana naik takhta dengan gelar Sultan Trenggana.

Nasib tragis dialami Sultan Trenggana. Pemerintahannya berakhir saat dia tewas di Panarukan, Situbondo, pada tahun 1546. Sebagai anak dari Sultan Trenggana, Raden Mukmin diangkat menjadi Sultan Demak ke empat, dengan gelar Sunan Prawoto.



Kepemimpinan Sunan Prawoto di Kesultanan Demak, tak berlangsung lama. Yakni hanya sekitar tahun 1546-1547 saja. Kematiannya di tangan pembunuh bayaran, membuat tahta Kesultanan Demak beralih kepada Arya Penangsang.

Dalam masa kepemimpinannya yang singkat, Sunan Prawoto lebih cenderung sebagai seorang ahli agama, dari pada pemimpin politik. Sehingga daerah bawahan Demak seperti Banten, Cirebon, Surabaya, dan Gresik, berkembang bebas tanpa mampu dikendalikannya.

Sunan Prawoto lahir saat ayahnya, Raden Trenggana masih sangat muda dan belum menjadi raja. Raden Trenggana adalah adik kandung Pangeran Sabrang Lor, orang Jepara.

Sedangkan Raden Kikin yang lebih tua usianya, lahir dari Permaisuri Raden Fatah bernama Putri Solekha, anak dari pasangan Pangeran Wironegoro Adipati Lasem dengan Nyai Ageng Malokha Binti Sunan Ampel.

Selama memimpin Demak, Sunan Prawoto memindahkan pusat pemerintahannya ke Prawoto, sehingga dikenal dengan sebutan Demak Prawoto. Dalam masa kepemimpinannya, di wilayah Demak ada dua adipati yang sangat kuat, dan turut bersaing memperebutkan takhta Kesultanan Demak.



Kedua adipati ini adalah Adipati Arya Penangsang dari Kadipaten Jipang, dan Adipati Adiwijaya penguasa Kadipaten Pajang. Masing-masing adalah keponakan dan menantu Sultan Trenggana.

Usai berhasil menghabisi Sunan Prawoto, melalui tangan Rangkud. Arya Penangsang akhirnya naik takhta memimpin Kesultanan Demak. Dalam kepemimpinannya di Kesultanan Demak, Arya Penangsang memindahkan pusat pemerintahan ke Jipang. Masa kepemimpinan Arya Penangsang ini, Kesultanan Demak juga dikenal sebagai Demak Jipang.

Sunan Prawoto meninggalkan seorang putra yang masih kecil bernama Arya Pangiri. Kemudian Arya Pangiri diasuh bibinya, Ratu Kalinyamat dari Jepara. Setelah dewasa, Arya Pangiri menjadi menantu Sultan Pajang, Raden Adiwijaya, dan diangkat sebagai Bupati Demak.



Kisah Sunan Prawoto, juga dimuat dalam kronik China. Sunan Prawoto yang memiliki nama kecil Raden Mukmin, dalam kronik China disebut dengan nama Muk Ming. Disebutkan bahwa pada tahun 1529, ia menggantikan Kin San (Raden Kusen) sebagai kepala galangan kapal di Semarang. Kin San adalah adik Jin Bun (Raden Patah).

Kronik China itu juga menyebutkan, Muk Ming mampu membangun 1.000 kapal besar, yang masing-masing mampu memuat 400 prajurit. Pembangunan kapal perang ini, dibantu masyarakat China.

Pembangunan kapal-kapal perang tersebut untuk kepentingan angkatan laut ayah Mukming, yakni Tung-ka-lo (Trenggana) yang kala itu hendak merebut Maluku. Belum sempat merebut Maluku, Tung-ka-lo tewas saat menyerang Panarukan tahun 1546. Muk Ming akhirnya naik takhta.
(eyt)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4065 seconds (0.1#10.140)