Aktivitas Santri Penghapal Alquran, Tetap Semangat di Tengah Pandemi
loading...
A
A
A
Bulan suci Ramadhan menjadi bulan yang dinantikan seluruh umat muslim di dunia, tak terkecuali para santri di Pondok Pesantren (Ponpes) Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo, Kompleks Jabal Rahmah. Meski pandemi virus corona (Covid-19) tengah melanda, namun semangat para santri untuk menyambut datangnya bulan penuh rahmat tersebut tak lantas surut.
Selama ini, mayoritas santri di ponpes yang terletak di Jalan Jabal Rahmah Nomor 1, Dusun Margaluyu, Desa Mulyasari, Kecamatan Pataruman, Kota Banjar, Provinsi Jawa Barat, ini memang fokus menghafal dan mendalami Alquran. Mereka menjalani hari demi hari dengan membaca dan memahami pedoman hidup umat Islam itu, mulai pagi buta hingga malam tiba.
Dengan mayoritas santri yang berasal dari Jawa Barat, ponpes ini telah berhasil mencetak banyak penghafal Alquran yang juga dikenal sebagai hafizh dan hafizhah itu. Menghafal dan memahami Alquran bukanlah perkara mudah. Dibutuhkan waktu sedikitnya empat tahun untuk menghafal dan memahami isi kitab suci yang terdiri atas 30 juz, 114 surat, dan 6.666 ayat itu.
Berkaca pada sejarah berdirinya, ponpes rintisan ini mulai berdiri sejak 2014 dengan bimbingan langsung dari Pimpinan Ponpes Miftahul Huda, KH Munawir Abdurrochim. Sejak awal dirintis, basis Alquran dan tasawuf memang sudah mengakar kuat di ponpes ini.
Pimpinan Ponpes KH Muhammad Gun Gun Gunawan Abdul Jawad menuturkan, saat ini, hanya 11 orang santri yang masih mondok dari total sekitar 50 orang santrinya menyusul penerapan kebijakan belajar di rumah. "Mayoritas santri memang sudah pulang ke rumah masing-masing, sesuai instruksi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) serta imbauan pemerintah terkait belajar di rumah," ujarnya.
Meski begitu, pandemi Covid-19 tak lantas menyurutkan semangat para santri yang masih mondok untuk mendalami ajaran Islam, khususnya menghafal dan memahami isi Alquran secara utuh. Bahkan, pandemi yang masih merebak pada bulan suci Ramadan tahun ini bakal membuat para santri lebih getol menghafal dan memahami Alquran. "Khusus di bulan Ramadan, setoran hafalan bahkan bisa sampai tiga kali. Pagi, sore, dan malam harus setor hafalan," ujar pria yang akrab disapa Gus Jawad ini.
Setiap tahapan harus dilalui para santri agar mampu menghafal dan memahami Alquran, dimulai dari binnazhar juz amma atau membaca Alquran hingga 30 juz sambil melihat Alquran. Jika ini selesai, tahap selanjutnya adalah bil-ghaib juz amma atau membaca Alquran hingga 30 juz tanpa melihat Alquran hingga hafal di luar kepala.
"Sambil menyelesaikan binnazhar juz amma, para santri juga diwajibkan menghafal tujuh surat panjang, di antaranya surat Bani Israil, Ad-Duha, Al-Mulk, Ha Mim, As-Sadjah, Wakiah, hingga surat Ar-Rahman. Rata-rata, dibutuhkan waktu hingga empat tahun sampai bisa lulus bil-ghaib," ungkapnya.
Dia mengakui, kapasitas santri dalam menghafal dan memahami Alquran memang berbeda-beda. Bagi mereka yang kesulitan akan diberikan pemahaman bahwa Rasulullah SAW pun membutuhkan waktu sekitar 22 tahun (seiring tahapan turunnya Alquran) untuk menghafal kitab suci tersebut. Tujuannya agar santri tidak minder dan tidak patah arang. Mereka yang lancar dimotivasi dengan cerita bahwa Imam Syafi'i saja di usia tujuh tahun sudah hafal Alquran. "Intinya, ending-nya mereka mampu menghafal dan memahami Alquran secara lebih mendalam. Alhamdulillah, saya juga didukung oleh istri yang juga seorang hafizhah dalam membimbing mereka," imbuhnya.
Motivasi lain yang diberikan, yakni kemuliaan menghafal dan memahami Alquran untuk mendapatkan tujuan lahir maupun batin. Tujuan lahir didasari hadis Nabi Muhammad SAW yang berbunyi "Bacalah Alquran di rumah kalian, di mana saja kalian tinggal."
"Karena rumah yang tidak dibacakan Alquran banyak sekali kejelekannya dan membuat rumah sumpek, hidup susah. Sebaliknya, jika dibacakan Alquran akan banyak kebaikan dan ini menjadi salah satu tujuan kita lahir di dunia ini," ucap Gus Jawad.
Adapun tujuan batin didasari hadis Nabi Muhammad yang lain, "Bacalah Alquran di rumah kalian karena Alquran akan memberikan syafaat di akhirat nanti". Itulah motivasi untuk mendapatkan tujuan batin menghafal dan memahami Alquran. "Kelak di akhirat nanti, tentu kita berharap disyafaati Alquran, agar kita bisa masuk surga yang merupakan simbol keberuntungan dan keselamatan di hari kemudian," ujarnya.
Selain menghafal dan memahami Alquran, layaknya santri di ponpes lain, para santri di Ponpes Miftahul Huda Al-Azhar juga tetap mempelajari kitab-kitab tata bahasa Arab seperti nahwu dan sharaf hingga kitab hadis Arba’in An-Nawawi.
Tidak hanya itu, bulan Ramadan kali ini juga tetap dipenuhi aktivitas mengaji, mulai dari kultum yang digelar bakda subuh kemudian disambung mengaji hingga pukul 08.30. Aktivitas mengaji dilanjutkan bakda zuhur hingga menjelang ashar. Bakdaashar para santri menggelar tasrifan hingga menjelang magrib. "Saat Magrib tiba, kami buka puasa bersama, dilanjutkan salat tarawih berjamaah. Tentu social distancing tetap diterapkan dalam semua aktivitas santri," jaminnya.
Caption: Santri Ponpes Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Kompleks Jabal Rahmah tengah menjalani aktivitas keseharian, memperdalam ajaran Islam. Foto/Dok.Ponpes Miftahul Huda Al Azhar Komplek Jabal Rahmah. (Agung Bakti Sarasa)
Selama ini, mayoritas santri di ponpes yang terletak di Jalan Jabal Rahmah Nomor 1, Dusun Margaluyu, Desa Mulyasari, Kecamatan Pataruman, Kota Banjar, Provinsi Jawa Barat, ini memang fokus menghafal dan mendalami Alquran. Mereka menjalani hari demi hari dengan membaca dan memahami pedoman hidup umat Islam itu, mulai pagi buta hingga malam tiba.
Dengan mayoritas santri yang berasal dari Jawa Barat, ponpes ini telah berhasil mencetak banyak penghafal Alquran yang juga dikenal sebagai hafizh dan hafizhah itu. Menghafal dan memahami Alquran bukanlah perkara mudah. Dibutuhkan waktu sedikitnya empat tahun untuk menghafal dan memahami isi kitab suci yang terdiri atas 30 juz, 114 surat, dan 6.666 ayat itu.
Berkaca pada sejarah berdirinya, ponpes rintisan ini mulai berdiri sejak 2014 dengan bimbingan langsung dari Pimpinan Ponpes Miftahul Huda, KH Munawir Abdurrochim. Sejak awal dirintis, basis Alquran dan tasawuf memang sudah mengakar kuat di ponpes ini.
Pimpinan Ponpes KH Muhammad Gun Gun Gunawan Abdul Jawad menuturkan, saat ini, hanya 11 orang santri yang masih mondok dari total sekitar 50 orang santrinya menyusul penerapan kebijakan belajar di rumah. "Mayoritas santri memang sudah pulang ke rumah masing-masing, sesuai instruksi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) serta imbauan pemerintah terkait belajar di rumah," ujarnya.
Meski begitu, pandemi Covid-19 tak lantas menyurutkan semangat para santri yang masih mondok untuk mendalami ajaran Islam, khususnya menghafal dan memahami isi Alquran secara utuh. Bahkan, pandemi yang masih merebak pada bulan suci Ramadan tahun ini bakal membuat para santri lebih getol menghafal dan memahami Alquran. "Khusus di bulan Ramadan, setoran hafalan bahkan bisa sampai tiga kali. Pagi, sore, dan malam harus setor hafalan," ujar pria yang akrab disapa Gus Jawad ini.
Setiap tahapan harus dilalui para santri agar mampu menghafal dan memahami Alquran, dimulai dari binnazhar juz amma atau membaca Alquran hingga 30 juz sambil melihat Alquran. Jika ini selesai, tahap selanjutnya adalah bil-ghaib juz amma atau membaca Alquran hingga 30 juz tanpa melihat Alquran hingga hafal di luar kepala.
"Sambil menyelesaikan binnazhar juz amma, para santri juga diwajibkan menghafal tujuh surat panjang, di antaranya surat Bani Israil, Ad-Duha, Al-Mulk, Ha Mim, As-Sadjah, Wakiah, hingga surat Ar-Rahman. Rata-rata, dibutuhkan waktu hingga empat tahun sampai bisa lulus bil-ghaib," ungkapnya.
Dia mengakui, kapasitas santri dalam menghafal dan memahami Alquran memang berbeda-beda. Bagi mereka yang kesulitan akan diberikan pemahaman bahwa Rasulullah SAW pun membutuhkan waktu sekitar 22 tahun (seiring tahapan turunnya Alquran) untuk menghafal kitab suci tersebut. Tujuannya agar santri tidak minder dan tidak patah arang. Mereka yang lancar dimotivasi dengan cerita bahwa Imam Syafi'i saja di usia tujuh tahun sudah hafal Alquran. "Intinya, ending-nya mereka mampu menghafal dan memahami Alquran secara lebih mendalam. Alhamdulillah, saya juga didukung oleh istri yang juga seorang hafizhah dalam membimbing mereka," imbuhnya.
Motivasi lain yang diberikan, yakni kemuliaan menghafal dan memahami Alquran untuk mendapatkan tujuan lahir maupun batin. Tujuan lahir didasari hadis Nabi Muhammad SAW yang berbunyi "Bacalah Alquran di rumah kalian, di mana saja kalian tinggal."
"Karena rumah yang tidak dibacakan Alquran banyak sekali kejelekannya dan membuat rumah sumpek, hidup susah. Sebaliknya, jika dibacakan Alquran akan banyak kebaikan dan ini menjadi salah satu tujuan kita lahir di dunia ini," ucap Gus Jawad.
Adapun tujuan batin didasari hadis Nabi Muhammad yang lain, "Bacalah Alquran di rumah kalian karena Alquran akan memberikan syafaat di akhirat nanti". Itulah motivasi untuk mendapatkan tujuan batin menghafal dan memahami Alquran. "Kelak di akhirat nanti, tentu kita berharap disyafaati Alquran, agar kita bisa masuk surga yang merupakan simbol keberuntungan dan keselamatan di hari kemudian," ujarnya.
Selain menghafal dan memahami Alquran, layaknya santri di ponpes lain, para santri di Ponpes Miftahul Huda Al-Azhar juga tetap mempelajari kitab-kitab tata bahasa Arab seperti nahwu dan sharaf hingga kitab hadis Arba’in An-Nawawi.
Tidak hanya itu, bulan Ramadan kali ini juga tetap dipenuhi aktivitas mengaji, mulai dari kultum yang digelar bakda subuh kemudian disambung mengaji hingga pukul 08.30. Aktivitas mengaji dilanjutkan bakda zuhur hingga menjelang ashar. Bakdaashar para santri menggelar tasrifan hingga menjelang magrib. "Saat Magrib tiba, kami buka puasa bersama, dilanjutkan salat tarawih berjamaah. Tentu social distancing tetap diterapkan dalam semua aktivitas santri," jaminnya.
Caption: Santri Ponpes Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo Kompleks Jabal Rahmah tengah menjalani aktivitas keseharian, memperdalam ajaran Islam. Foto/Dok.Ponpes Miftahul Huda Al Azhar Komplek Jabal Rahmah. (Agung Bakti Sarasa)
(ysw)