Tokoh Adat Papua Sebut Penolakan DOB Cenderung karena Persoalan Kekuasaan

Kamis, 14 April 2022 - 19:19 WIB
loading...
Tokoh Adat Papua Sebut...
Tokoh adat Papua Herman Yoku menyebut persoalan penolakan Daerah Otonomi Baru (DOB) atau pemekaran Provinsi Papua adalah kepentingan elite politik. Foto/iNews TV/Edy Siswanto
A A A
JAYAPURA - Tokoh adat Papua Herman Yoku menyebut persoalan penolakan Daerah Otonomi Baru (DOB) atau pemekaran Provinsi Papua adalah kepentingan elite politik yang tidak mau Provinsi Papua dimekarkan. Hal itu lantaran kekuasaan yang tidak ingin dibagi-bagi.

Ondo Herman Yoko dengan tegas menyebut keserakahan kelompok yang menolakn DOB ini diibaratkan sepotong kue yang tidak mau dibagi dengan masyarakat lainnya.



"Kalau sekarang mereka ribut itu saya bilang ada satu kue, atau ada satu pejabat atau beberapa pejabat yang ada dan kue ini tidak mau bagi-bagi. Jadi mereka tidak mau bagi dengan orang lain di luar kelompoknya atau mau bagi tapi dengan kelompoknya sendiri," ujarnya, Kamis (14/4/2022).

Dia menegaskan bahwa DOB sudah sudah menjadi amanat UU. "Dan tidak bisa kita sangkalkan, tidak bisa kita sepelekan, itu yang punya kewenangan DPR RI dan Presiden. Kita MRP, DPRP atau siapapun didaerah tidak bisa lagi mengusulkan ini itu, semua kewenangan pusat," katanya.

Menurutnya, dengan draf RUU DOB yang sudah disahkan oleh DPR RI dan sedikit lagi menjadi UU atas tiga daerah otonomi baru, yakni Provinsi Papua Selatan, Provinsi Papua Tengah dan Provinsi Papua Pegunungan Tengah maka harusnya disikapi dengan baik. Sehingga harus dersiapkan segala sesuatu untuk membangun wilayah adat masing-masing.

"Saya mau kasih contoh seperti Papua Barat, dulu pemekarannya digugat dan ditolak. Namun apa yang terjadi, hari ini malah jalan bagus, dan sudah lebih maju, dengan perubahan pembangunan dan jalan-jalan penghubung yang membuat Papua Barat lebih berkembang. Jadi yang saat ini terjadi di Papua, ya akan seperti Papua Barat dulu, kita lihat saja," ucapnya.



Artikel ini telah diterbitkan di halaman SINDOnews.com pada Selasa, 15 Maret 2022 - 18:24 WIB oleh Antara dengan judul "Demo Tolak Pemekaran di Yahukimo Berujung Amuk Massa, 2 Orang Tewas Tertembak". Untuk selengkapnya kunjungi:
https://daerah.sindonews.com/read/713541/174/demo-tolak-pemekaran-di-yahukimo-berujung-amuk-massa-2-orang-tewas-tertembak-1647342200

Untuk membaca berita lebih mudah, nyaman, dan tanpa banyak iklan, silahkan download aplikasi SINDOnews.
- Android: https://sin.do/u/android
- iOS: https://sin.do/u/ios

Kelompok penolak pemekaran, lanjut dia, jika dilakukan seharusnya lantaran daerahnya sudah maju dan berkembang masyarakatnya sejahtera. Saat ini yang terjadi sebaliknya, kelompok penolak DOB, wilayah adatnya masih jauh dari kata sejahtera.

"Saya tanyakan lagi ke yang menolak itu, sekarang kalian ribut tolak itu daerah adat kalian sudah maju, kalau sudah maju kalian tolak tidak apa-apa. Tapi dengan catatan penolakan itu kalian kembali ke kalian punya kampung, atau Kabupatenmu, bukan di orang lain yang kampungnya mau maju," katanya.

Soal aksi penolakan DOB yang terjadi di beberapa daerah, kata Ondo Herman Yoku, akibat iming-iming pesan dari pihak-pihak yang nantinya malah mengorbankan masyarakat.

"Kasihan masyarakat tidak tahu apa-apa, dikasih informasi sepihak yang menurut mereka benar, padahal ini pesan soal kekuasaan. Jadi masyarakat yang aslinya berharap pembangunan kemajuan kampungnya, tapi termakan informasi sesat akhirnya menjadi korban," katanya.



Terakhir, dia meminta semua masyarakat melihat persoalan DOB tidak dari kacamata yang sempit melainkan melihat secara terbuka, untuk besok dan nanti, demi kemajuan pembangunan dan sumber daya manusia masing-masing daerah.

"Harusnya kita bersyukur dengan kekhususan yang pemerintah berikan, manfaatkan dengan baik untuk membangun kampung, distrik, kabupaten kota, jangan malah ribut. Dan jangan juga ributnya di wilayahnya orang lain, karena orang lain mau daerahnya maju," pungkasnya.
(shf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1610 seconds (0.1#10.140)