Harga Pangan di Pasar Selalu Naik Jelang Ramadan, Pemerintah Diminta Lakukan Ini
loading...
A
A
A
SOLO - Harga sejumlah bahan pangan di sejumlah pasar tradisional selalu mengalami kenaikan setiap menjelang Ramadan hingga Lebaran. Kalangan legislatif meminta Pemprov Jawa Tengah (Jateng) segera melakukan penguatan kerja sama antarpemerintah daerah dan lembaga guna mengantisipasi kenaikan harga pangan. Hal itu agar harga pangan tetap terkendali.
Wakil Ketua Komisi B DPRD Jateng Sri Marnyuni mengatakan selama bulan puasa, harga pangan harus tetap terkendali. Sehingga kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi dan kestabilan harga kebutuhan pangan tetap terjaga.
“Perlu langkah kerja sama yang bisa dilakukan antar pemerintah daerah dan lembaga terkait dalam mengantisipasi lonjakan harga pangan jelang Ramadan dengan pendataan untuk pemerataan distribusi aneka komoditas pangan,” kata Marnyuni dalam dialog Prime Topic MNC Trijaya FM bertajuk 'Stabilisasi Sembako' di Solo, Selasa (15/3/2022).
Menurutnya, penyebab kenaikan harga di antaranya meningkatnya permintaan konsumen, kenaikan biaya distribusi, dan psikologi pasar menjelang Ramadan. Kenaikan harga ini merupakan fenomena yang selalu terjadi menjelang Ramadan setiap tahun.
Marnyuni mengatakan, dua pekan menjelang Ramadan di beberapa pasar tradisional saat ini harga mulai naik. Harga telur yang sebelumnya dijual Rp20.000 per kilogram sudah mengalami kenaikan menjadi Rp23.000 per kilogram, cabai rawit yang sebelumnya hanya Rp28.000-Rp30.000 per kilogram melonjak hingga Rp60.000 per kilogram. Kenaikan harga yang rutin terjadi setiap tahun itu, kata dia, seharusnya dapat diantisipasi oleh pemerintah baik terkait ketersediaan maupun distribusinya.
Selain itu, tutur Marnyuni, untuk mengatasi fenomena kenaikan harga bahan pokok tersebut, sektor produksi barang kebutuhan masyarakat perlu diperkuat. Perlu peningkatan jumlah produksi barang-barang kebutuhan masyarakat pada saat terjadinya peningkatan konsumsi.
Sementara itu, M Santoso Kabid Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Jateng M Santoso mengatakan, ada beberapa penyebab kelangkaan sembako yang terjadi setiap Ramadan. Selain meningkatnya kebutuhan juga terpengaruh oleh iklim dan pengaruh kenaikan harga komoditas di pasar dunia.
“Namun, masyarakat tidak perlu khawatir, karena pemerintah pasti memberikan solusi karena tiap tahun ada komoditas yang fluktualisasinya tinggi. Bahkan kenaikan minyak goreng terjadi akibat dipengaruhi kenaikan harga minyak di pasar dunia,” kata Santoso.
Menurutnya, Kapolri sudah turun langsung ke lapangan memantau distribusi minyak goreng. Disperindag Jateng juga bekerja sama dengan satgas pangan terus bergelontar minyak goreng, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, sekaligus untuk menekan gejolak harga.
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNS Mulyanto juga menyarankan aparat penegak hukum agar tegas siapa pun yang melanggar dengan melakukan penimbunan minyak goreng atau komoditas kebutuhan pokok lainnya harusnya diberi sanksi tegas.
“Selain itu, pemerintah harus memastikan untuk menjamin pendistribusian pasokan aman dan lancar serta protokol manajemen konvensi pasar. Ini gambaran pemerintah campur tangan sesuai porsinya,” ujarnya.
Dia menyebut ada dua pihak yang berperan penting yaitu peran masyarakat dari sisi permintaan dan peran pemerintah dari sisi penawaran. “Pemerintah harus mampu memastikan kecukupan kebutuhan ketika Ramadhan melalui regulasi-regulasi yang diperlukan untuk meningkatkan angka penawaran, sehingga angka permintaan tidak melebihi angka penawaran,” ujarnya.
Wakil Ketua Komisi B DPRD Jateng Sri Marnyuni mengatakan selama bulan puasa, harga pangan harus tetap terkendali. Sehingga kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi dan kestabilan harga kebutuhan pangan tetap terjaga.
“Perlu langkah kerja sama yang bisa dilakukan antar pemerintah daerah dan lembaga terkait dalam mengantisipasi lonjakan harga pangan jelang Ramadan dengan pendataan untuk pemerataan distribusi aneka komoditas pangan,” kata Marnyuni dalam dialog Prime Topic MNC Trijaya FM bertajuk 'Stabilisasi Sembako' di Solo, Selasa (15/3/2022).
Menurutnya, penyebab kenaikan harga di antaranya meningkatnya permintaan konsumen, kenaikan biaya distribusi, dan psikologi pasar menjelang Ramadan. Kenaikan harga ini merupakan fenomena yang selalu terjadi menjelang Ramadan setiap tahun.
Marnyuni mengatakan, dua pekan menjelang Ramadan di beberapa pasar tradisional saat ini harga mulai naik. Harga telur yang sebelumnya dijual Rp20.000 per kilogram sudah mengalami kenaikan menjadi Rp23.000 per kilogram, cabai rawit yang sebelumnya hanya Rp28.000-Rp30.000 per kilogram melonjak hingga Rp60.000 per kilogram. Kenaikan harga yang rutin terjadi setiap tahun itu, kata dia, seharusnya dapat diantisipasi oleh pemerintah baik terkait ketersediaan maupun distribusinya.
Selain itu, tutur Marnyuni, untuk mengatasi fenomena kenaikan harga bahan pokok tersebut, sektor produksi barang kebutuhan masyarakat perlu diperkuat. Perlu peningkatan jumlah produksi barang-barang kebutuhan masyarakat pada saat terjadinya peningkatan konsumsi.
Sementara itu, M Santoso Kabid Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Jateng M Santoso mengatakan, ada beberapa penyebab kelangkaan sembako yang terjadi setiap Ramadan. Selain meningkatnya kebutuhan juga terpengaruh oleh iklim dan pengaruh kenaikan harga komoditas di pasar dunia.
“Namun, masyarakat tidak perlu khawatir, karena pemerintah pasti memberikan solusi karena tiap tahun ada komoditas yang fluktualisasinya tinggi. Bahkan kenaikan minyak goreng terjadi akibat dipengaruhi kenaikan harga minyak di pasar dunia,” kata Santoso.
Menurutnya, Kapolri sudah turun langsung ke lapangan memantau distribusi minyak goreng. Disperindag Jateng juga bekerja sama dengan satgas pangan terus bergelontar minyak goreng, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, sekaligus untuk menekan gejolak harga.
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNS Mulyanto juga menyarankan aparat penegak hukum agar tegas siapa pun yang melanggar dengan melakukan penimbunan minyak goreng atau komoditas kebutuhan pokok lainnya harusnya diberi sanksi tegas.
“Selain itu, pemerintah harus memastikan untuk menjamin pendistribusian pasokan aman dan lancar serta protokol manajemen konvensi pasar. Ini gambaran pemerintah campur tangan sesuai porsinya,” ujarnya.
Dia menyebut ada dua pihak yang berperan penting yaitu peran masyarakat dari sisi permintaan dan peran pemerintah dari sisi penawaran. “Pemerintah harus mampu memastikan kecukupan kebutuhan ketika Ramadhan melalui regulasi-regulasi yang diperlukan untuk meningkatkan angka penawaran, sehingga angka permintaan tidak melebihi angka penawaran,” ujarnya.
(don)