Pemerintah Kembangkan dan Tingkatkan Industri Susu Dalam Negeri
loading...
A
A
A
SURABAYA - Pengembangan industri persusuan terus digencarkan Pemerintah pusat. Melalui peningkatan pakan ternak, pemerintah menginginkan kualitas dan kuantitas sapi akan meningkat seiring berkembangnya Industri persusuan.
Hal itu diungkapkan Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner, Syamsul Ma'arif dalam seminar hybrid dengan tema 'Tata Laksana Nutrisi Pakan Sapi Perah dan Tantangan Perkembangan Persusuan Indonesia' di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (9/3/2022) lalu.
Syamsul menyebut bila saat ini Kementerian Pertanian terus berfokus dan berupaya untuk dapat merealisasikan swasembada protein di Indonesia, termasuk didalamnya dengan peningkatan produksi susu dalam negeri.
“Perlu diketahui, kami terus mendorong bagaimana pengembangan industry persusuan di Indonesia. Kementerian Pertanian melalui Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan berkomitmen untuk meningkatkan produksi sapi perah walaupun kita tahu (perkembangan) sapi pernah saat ini relatif stagnan dari tahun 2020. Namun (komitmen) ini tetap kita lakukan,” ujar Syamsul kepada seluruh peserta kegiatan.
Pernyataan Syamsul bukan tanpa sebab, menurutnya saat ini pemenuhan kebutuhan susu dalam negeri masih harus mengandalkan impor sekitar 80–85 persen. Karena itu, pendekatan dilakukan demi meningkatkan dan mendorong produksi susu.
Terlepas dari itu, Syamsul berharap konsumsi susu per kapita Indonesia naik menjadi 17 persen seiring kualitas susu yang ada di dalam negeri.
Senada Ketua Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) wilayah Jawa Timur, Sulistiyanto menjelaskan sekalipun produksi di Jawa Timur mencapai 1.350 ton per harinya dan tertinggi diantara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Namun untuk memenuhi kebutuhan nasional sebesar 11 ribu ton per hari, GKSI Jawa Timur masih belum mendekati angka 20 persen.
Karenanya melalui seminar ini, peningkatan populasi sapi perah sebesar 10 persen per tahun dapat terwujud, sehingga target peningkatan produksi susu sapi sebesar 15 persen per tahun juga dapat direalisasikan.
Sementara itu, Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Prof. Hendrawan Soetanto menerangkan pakan ternak menjadi permasalahan dalam Industri Persusuan. Hal ini tidak lepas dari menyempitnya lahan pertanian yang mendorong meningkatnya harga pakan.
"Selain itu, tata laksana pemberian pakan sapi perah di Indonesia juga pada umumnya masih kurang baik, termasuk dalam penentuan formulasinya," timpal Prof Hendrawan.
Senada, Konsultan Persusuan dari Beijing Kaihang Management Consulting Dr. Walter Chen juga menyampaikan kandungan nutrisi pada pakan sapi perah harus sungguh diperhatikan. Ia menyampaikan bahwa Distiller Dried Grain with Soluble (DDGS) adalah bahan yang dapat digunakan sebagai tambahan nutrisi pada pakan sapi perah.
“Komposisi nutrisi DDGS untuk pakai sapi perah terdiri dari protein, lemak, serat, kalori untuk energi, serta mineral terutama fosfor dan sulfur yang sangat mudah dicerna,” jelasnya. Baca: Korban Hanyut Banjir Bandang Malang Ditemukan Tewas di Pasuruan.
Penggunaan DDGS generasi terbaru bahkan dapat meningkatkan efisiensi dalam metoda proses, tepung hampir nol (1-4 persen), kandungan protein lebih tinggi (30 -36 persen), serta nilai energi lebih tinggi. Ia juga menambahkan bahwa berdasarkan hasil produktivitas susu sapi, DDGS memberikan respon yang baik dengan rumput Alfalfa dibandingkan dengan pakan jagung silase.
Baca Juga: Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu Berkapasitas 200 Ton per Hari Dibangun di Gresik.
Disisi lain, Industri Pengolahan Susu (IPS) juga memiliki andil dalam pengembangan persusuan di Indonesia. Dalam hal ini, Bapak Bwanna Surya sebagai Manager Pengembangan dan Layanan Susu Segar PT Indolakto menyampaikan bahwa pihaknya sudah turut serta dalam memberikan berbagai macam bantuan termasuk bantuan infrastruktur, pengelolaan SDM KUD-Peternak, serta mengembangkan rumput Pakchong dan alokasi Pollard Bogasari untuk nutrisi pakan sapi perah.
Hal itu diungkapkan Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner, Syamsul Ma'arif dalam seminar hybrid dengan tema 'Tata Laksana Nutrisi Pakan Sapi Perah dan Tantangan Perkembangan Persusuan Indonesia' di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (9/3/2022) lalu.
Syamsul menyebut bila saat ini Kementerian Pertanian terus berfokus dan berupaya untuk dapat merealisasikan swasembada protein di Indonesia, termasuk didalamnya dengan peningkatan produksi susu dalam negeri.
“Perlu diketahui, kami terus mendorong bagaimana pengembangan industry persusuan di Indonesia. Kementerian Pertanian melalui Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan berkomitmen untuk meningkatkan produksi sapi perah walaupun kita tahu (perkembangan) sapi pernah saat ini relatif stagnan dari tahun 2020. Namun (komitmen) ini tetap kita lakukan,” ujar Syamsul kepada seluruh peserta kegiatan.
Pernyataan Syamsul bukan tanpa sebab, menurutnya saat ini pemenuhan kebutuhan susu dalam negeri masih harus mengandalkan impor sekitar 80–85 persen. Karena itu, pendekatan dilakukan demi meningkatkan dan mendorong produksi susu.
Terlepas dari itu, Syamsul berharap konsumsi susu per kapita Indonesia naik menjadi 17 persen seiring kualitas susu yang ada di dalam negeri.
Senada Ketua Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) wilayah Jawa Timur, Sulistiyanto menjelaskan sekalipun produksi di Jawa Timur mencapai 1.350 ton per harinya dan tertinggi diantara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Namun untuk memenuhi kebutuhan nasional sebesar 11 ribu ton per hari, GKSI Jawa Timur masih belum mendekati angka 20 persen.
Karenanya melalui seminar ini, peningkatan populasi sapi perah sebesar 10 persen per tahun dapat terwujud, sehingga target peningkatan produksi susu sapi sebesar 15 persen per tahun juga dapat direalisasikan.
Sementara itu, Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Prof. Hendrawan Soetanto menerangkan pakan ternak menjadi permasalahan dalam Industri Persusuan. Hal ini tidak lepas dari menyempitnya lahan pertanian yang mendorong meningkatnya harga pakan.
"Selain itu, tata laksana pemberian pakan sapi perah di Indonesia juga pada umumnya masih kurang baik, termasuk dalam penentuan formulasinya," timpal Prof Hendrawan.
Senada, Konsultan Persusuan dari Beijing Kaihang Management Consulting Dr. Walter Chen juga menyampaikan kandungan nutrisi pada pakan sapi perah harus sungguh diperhatikan. Ia menyampaikan bahwa Distiller Dried Grain with Soluble (DDGS) adalah bahan yang dapat digunakan sebagai tambahan nutrisi pada pakan sapi perah.
“Komposisi nutrisi DDGS untuk pakai sapi perah terdiri dari protein, lemak, serat, kalori untuk energi, serta mineral terutama fosfor dan sulfur yang sangat mudah dicerna,” jelasnya. Baca: Korban Hanyut Banjir Bandang Malang Ditemukan Tewas di Pasuruan.
Penggunaan DDGS generasi terbaru bahkan dapat meningkatkan efisiensi dalam metoda proses, tepung hampir nol (1-4 persen), kandungan protein lebih tinggi (30 -36 persen), serta nilai energi lebih tinggi. Ia juga menambahkan bahwa berdasarkan hasil produktivitas susu sapi, DDGS memberikan respon yang baik dengan rumput Alfalfa dibandingkan dengan pakan jagung silase.
Baca Juga: Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu Berkapasitas 200 Ton per Hari Dibangun di Gresik.
Disisi lain, Industri Pengolahan Susu (IPS) juga memiliki andil dalam pengembangan persusuan di Indonesia. Dalam hal ini, Bapak Bwanna Surya sebagai Manager Pengembangan dan Layanan Susu Segar PT Indolakto menyampaikan bahwa pihaknya sudah turut serta dalam memberikan berbagai macam bantuan termasuk bantuan infrastruktur, pengelolaan SDM KUD-Peternak, serta mengembangkan rumput Pakchong dan alokasi Pollard Bogasari untuk nutrisi pakan sapi perah.
(nag)