Sembuhkan Wabah Penyakit di Tanah Arab, Sunan Kudus Pulang Bawa Batu Suci dari Baitul Magdis
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ja’far Sodiq, yang lebih dikenal Sunan Kudus , salah satu Walisongo penyebar agama Islam di Jawa Tengah yang sangat terkenal. Dia seorang pemberani, rendah hati, toleran dan sangat bijaksana dalam berdakwah. Cerita tentang kehebatan putra Raden Usman Haji ini beredar di tengah masyarakat baik secara lisan turun-temurun, pun juga dibukukan.
Ada kisah tentang sikapnya yang bijak dalam mengajak warga menganut Islam. Misalnya cerita tentang seekor sapi. Dikisahkan, suatu hari, Ja’far Sodiq membeli seekor sapi. Sapi tersebut berasal dari India yang dibawa para pedagang asing lewat kapal niaga.
Sapi itu dia tambatkan di halaman rumahnya. Kala itu, warga Kudus kebanyakan menganut agama Hindu. Dan Sunan tahu bahwa warga penganut Hindu itu sangat menghormati hewan sapi. Sebab, sapi dalam kepercayaan Hindu merupakan hewan suci yang menjadi kendaraan para dewa. Bahkan menyembelih sapi adalah perbuatan dosa yang dikutuk para dewa.
Maka, apa yang dilakukan Sunan Kudus, terus dipantau oleh warga. Warga mau menyaksikan apa yang hendak dilakukan sang Walisongo terhadap hewan suci itu. Hampir setiap hari warga datang memadati halam rumah Sunan, sekedar ingin tahu apa yang akan terjadi dengan kendaraan para dewa itu.
Ketika pada suatu hari, jumlah warga yang datang bertambah banyak, Sunan Kudus merasa bahwa tiba saatnya untuk berdakwah. Dia keluar dari rumah dan berdiri di hadapan warga yang sebagian besar itu belum menganut Islam.
“Sedulur-sedulur yang saya hormati, segenap sanak yang saya cintai. Saya melarang saudara-saudara menyakiti apalagi menyembelih sapi. Sebab di waktu saya masih kecil, saya pernah mengalami saat yang berbahaya, hampir mati kehausan lalu seekor sapi datang menyusui saya,” Sunan Kudus mengisahkan.
Mendengar kesaksian tersebut para pemeluk agama Hindu semakin antusias untuk mendengar. Bahkan mereka menyangka Ja’far Sodiq itu titisan Dewa Wisnum.
Lalu sunan melanjutkan, “Demi rasa hormat saya kepada jenis hewan yang pernah menolong saya, maka dengan ini saya melarang penduduk Kudus menyakiti atau menyembelih sapi".
Saat mereka larut dalam kata-kata dan terpesona dengan kisah itu, Sunan Kudus lalu mengaitkannya dengan surat-surat Al-Quran. “Salah satu diantara surat-surat Al-Quran yaitu surat yang kedua dinamakan Surat Sapi atau dalam bahasa Arabnya Al-Baqarah,” ujar Sunan Kudus.
Mendengar penjelasan itu, warga semakin ingin tahu dan terus mendengarkan paparan Sunan Kudus. Dengan cara ini, Sunan memperkenalkan ajaran Islam secara santun, tanpa melukai perasaan para penganut Hindu dan Budha kala itu. Itulah kehebatan Sunan yang menyampaikan dakwah secara praktis, membumi dan menyentuh hati warga.
Kisah lain yang menunjukkan kehebatan Sunan Kudus adalah cerita tentang sayembara doa untuk melenyapkan wabah penyakit di tanah Arab. Sebagaimana diketahui, Sunan Kudus juga seorang pengembara. Disebutkan bahwa Ja’far Sodiq ini pernah mengembara hingga ke India, lalu ke tanah Arab.
Dikisahkan, saat dia berada di Arab kala itu, terjadi wabah penyakit. Raja setempat berusaha melenyapkan wabah penyakit dengan berbagai cara. Namun, pandemi tak kunjung berlalu. Bahkan, demi bebas dari pandemi, penguasa Arab akhirnya mengadakan sayembara doa untuk menghilangkan wabah. Sayembara itu disemarakkan dengan hadiah besar jika ada yang berhasil. Sayangnya, tak satu pun peserta sayembara yang berhasil melenyapkan wabah.
Sunan Kudus yang kalau itu ada di sana, tergerak hatinya untuk melenyapkan keresahan warga karena pandemi. Ia pun bergegas mengahadap penguasa Arab dengan niat tulus untuk membantu. Namun, kedatangannya disambut sikap sinis.
Sang penguasa pun bertanya penuh keraguan. "Dengan apa tuan akan melenyapkan wabah penyakit itu?" "Dengan doa," jawab Ja’far Sodiq.
"Kalau hanya doa kami sudah puluhan kali melakukannya. Di tanah Arab ini banyak ulama dan syekh-syekh ternama sudah berdoa. Tapi mereka tak pernah berhasil mengusir wabah penyakit ini," tantang penguasa Arab itu.
Jawab Sunan, “Saya mengerti memang tanah arab ini gudangnya para ulama. Tapi jangan lupa, ada saja kekurangan sehingga doa mereka tidak terkabulkan".
Mendengar perkataan Sunan, sang raja makin berang. “Sungguh bernai tuan mengatakan demikian. Apa kekurangan mereka?”
"Anda yang menyebabkannya," kata Ja’far Sodiq dengan tenangnya. "Anda telah menjanjikan hadiah yang menggelapkan mata hati mereka sehingga doa mereka tidak ikhlas. Mereka berdoa hanya karena mengharapkan hadiah," sambungnya.
Jawaban Sunan seolah mengunci mulut penguasa Arab yang kemudian mengisyaratkan agar Sunan melaksanakan niatnya. Merasa diberi kesempatan, Sunan lalu berdoa dan membaca beberapa amalan. Dalam tempo singkat wabah penyakit mengganas di negeri Arab itupun lenyaplah. Beberapa orang yang menderita sakit keras secara mendadak langsung sembuh.
Menyaksikan kejadian ajaib itu, raja Arab pun senang dan mengagumi sosok Sunan Kudus. Raja ingat hadiah yang dia janjikan jika ada orang yang bisa melenyapkan wabah. Ia pun ingin memberikan Sunan hadiah, namun Sunan menolaknya.
Dengan santun Ja’far Sodiq menyampaikan bahwa dirinya hanya menginginkan sebuah batu yang berasal dari Baitul Maqdis. Sang raja mengijinkannya. Batu itu pun dibawa Suanan ke Tanah Jawa, dipasang di pengimaman Masjid Kudus yang didirikannya sekembali dari Tanah Suci. Itu sebabnya, Masjid Kudus kerap disebut juga dengan nama Masjid Al-Aqsa
Dikisahkan pula, saat Masjid Kudus sudah dibangun, para wali mengadakan sidang untuk menentukan siapa yang pantas berdakwah di Kota Kudus. Dari hasil sidang itu, diputuskan Ja’far Sodiq yang terpilih untuk bertugas dakwah di daerah itu. Itulah sebabnya Ja'far Sodiq disebut Sunan Kudus.
Daramu dari berbagai sumber
Ada kisah tentang sikapnya yang bijak dalam mengajak warga menganut Islam. Misalnya cerita tentang seekor sapi. Dikisahkan, suatu hari, Ja’far Sodiq membeli seekor sapi. Sapi tersebut berasal dari India yang dibawa para pedagang asing lewat kapal niaga.
Sapi itu dia tambatkan di halaman rumahnya. Kala itu, warga Kudus kebanyakan menganut agama Hindu. Dan Sunan tahu bahwa warga penganut Hindu itu sangat menghormati hewan sapi. Sebab, sapi dalam kepercayaan Hindu merupakan hewan suci yang menjadi kendaraan para dewa. Bahkan menyembelih sapi adalah perbuatan dosa yang dikutuk para dewa.
Maka, apa yang dilakukan Sunan Kudus, terus dipantau oleh warga. Warga mau menyaksikan apa yang hendak dilakukan sang Walisongo terhadap hewan suci itu. Hampir setiap hari warga datang memadati halam rumah Sunan, sekedar ingin tahu apa yang akan terjadi dengan kendaraan para dewa itu.
Ketika pada suatu hari, jumlah warga yang datang bertambah banyak, Sunan Kudus merasa bahwa tiba saatnya untuk berdakwah. Dia keluar dari rumah dan berdiri di hadapan warga yang sebagian besar itu belum menganut Islam.
“Sedulur-sedulur yang saya hormati, segenap sanak yang saya cintai. Saya melarang saudara-saudara menyakiti apalagi menyembelih sapi. Sebab di waktu saya masih kecil, saya pernah mengalami saat yang berbahaya, hampir mati kehausan lalu seekor sapi datang menyusui saya,” Sunan Kudus mengisahkan.
Mendengar kesaksian tersebut para pemeluk agama Hindu semakin antusias untuk mendengar. Bahkan mereka menyangka Ja’far Sodiq itu titisan Dewa Wisnum.
Lalu sunan melanjutkan, “Demi rasa hormat saya kepada jenis hewan yang pernah menolong saya, maka dengan ini saya melarang penduduk Kudus menyakiti atau menyembelih sapi".
Saat mereka larut dalam kata-kata dan terpesona dengan kisah itu, Sunan Kudus lalu mengaitkannya dengan surat-surat Al-Quran. “Salah satu diantara surat-surat Al-Quran yaitu surat yang kedua dinamakan Surat Sapi atau dalam bahasa Arabnya Al-Baqarah,” ujar Sunan Kudus.
Mendengar penjelasan itu, warga semakin ingin tahu dan terus mendengarkan paparan Sunan Kudus. Dengan cara ini, Sunan memperkenalkan ajaran Islam secara santun, tanpa melukai perasaan para penganut Hindu dan Budha kala itu. Itulah kehebatan Sunan yang menyampaikan dakwah secara praktis, membumi dan menyentuh hati warga.
Kisah lain yang menunjukkan kehebatan Sunan Kudus adalah cerita tentang sayembara doa untuk melenyapkan wabah penyakit di tanah Arab. Sebagaimana diketahui, Sunan Kudus juga seorang pengembara. Disebutkan bahwa Ja’far Sodiq ini pernah mengembara hingga ke India, lalu ke tanah Arab.
Dikisahkan, saat dia berada di Arab kala itu, terjadi wabah penyakit. Raja setempat berusaha melenyapkan wabah penyakit dengan berbagai cara. Namun, pandemi tak kunjung berlalu. Bahkan, demi bebas dari pandemi, penguasa Arab akhirnya mengadakan sayembara doa untuk menghilangkan wabah. Sayembara itu disemarakkan dengan hadiah besar jika ada yang berhasil. Sayangnya, tak satu pun peserta sayembara yang berhasil melenyapkan wabah.
Sunan Kudus yang kalau itu ada di sana, tergerak hatinya untuk melenyapkan keresahan warga karena pandemi. Ia pun bergegas mengahadap penguasa Arab dengan niat tulus untuk membantu. Namun, kedatangannya disambut sikap sinis.
Sang penguasa pun bertanya penuh keraguan. "Dengan apa tuan akan melenyapkan wabah penyakit itu?" "Dengan doa," jawab Ja’far Sodiq.
"Kalau hanya doa kami sudah puluhan kali melakukannya. Di tanah Arab ini banyak ulama dan syekh-syekh ternama sudah berdoa. Tapi mereka tak pernah berhasil mengusir wabah penyakit ini," tantang penguasa Arab itu.
Jawab Sunan, “Saya mengerti memang tanah arab ini gudangnya para ulama. Tapi jangan lupa, ada saja kekurangan sehingga doa mereka tidak terkabulkan".
Mendengar perkataan Sunan, sang raja makin berang. “Sungguh bernai tuan mengatakan demikian. Apa kekurangan mereka?”
"Anda yang menyebabkannya," kata Ja’far Sodiq dengan tenangnya. "Anda telah menjanjikan hadiah yang menggelapkan mata hati mereka sehingga doa mereka tidak ikhlas. Mereka berdoa hanya karena mengharapkan hadiah," sambungnya.
Jawaban Sunan seolah mengunci mulut penguasa Arab yang kemudian mengisyaratkan agar Sunan melaksanakan niatnya. Merasa diberi kesempatan, Sunan lalu berdoa dan membaca beberapa amalan. Dalam tempo singkat wabah penyakit mengganas di negeri Arab itupun lenyaplah. Beberapa orang yang menderita sakit keras secara mendadak langsung sembuh.
Menyaksikan kejadian ajaib itu, raja Arab pun senang dan mengagumi sosok Sunan Kudus. Raja ingat hadiah yang dia janjikan jika ada orang yang bisa melenyapkan wabah. Ia pun ingin memberikan Sunan hadiah, namun Sunan menolaknya.
Dengan santun Ja’far Sodiq menyampaikan bahwa dirinya hanya menginginkan sebuah batu yang berasal dari Baitul Maqdis. Sang raja mengijinkannya. Batu itu pun dibawa Suanan ke Tanah Jawa, dipasang di pengimaman Masjid Kudus yang didirikannya sekembali dari Tanah Suci. Itu sebabnya, Masjid Kudus kerap disebut juga dengan nama Masjid Al-Aqsa
Dikisahkan pula, saat Masjid Kudus sudah dibangun, para wali mengadakan sidang untuk menentukan siapa yang pantas berdakwah di Kota Kudus. Dari hasil sidang itu, diputuskan Ja’far Sodiq yang terpilih untuk bertugas dakwah di daerah itu. Itulah sebabnya Ja'far Sodiq disebut Sunan Kudus.
Daramu dari berbagai sumber
(don)