Demi Menyatukan Nusantara, Gajah Mada Masukkan Sanksi Mesum dalam Aturan Hukum Majapahit

Rabu, 02 Maret 2022 - 04:00 WIB
loading...
Demi Menyatukan Nusantara, Gajah Mada Masukkan Sanksi Mesum dalam Aturan Hukum Majapahit
Ilustrasi Gajah Mada, sketsa ini didasari dari gambaran lama oleh M. Yamin. Foto/Wikipedia
A A A
Usai mengucapkan Sumpah Amukti Palapa, yang memiliki visi menyaturan Nusantara, dibawah kekuasaan Majapahit. Gajah Mada yang telah resmi dilantik sebagai Mahapatih Majapahit, memulai strateginya untuk mewujudkan visi misinya tersebut.



Salah satu strategi yang dilakukan Gajah Mada, yakni dengan menangani urusan dalam pemerintahan dari rumusan strategi ke luar wilayah. Pelaksanaan awalnya adalah menumpas habis seluruh pejabat yang dianggap akan menghalangi visi misinya.



Beberapa yang ditumpas Gajah Mada, adalah Ra Kembar dan Ra Banyak yang awalnya menertawakan Sumpah Amukti Palapa Mahapatih Gajah Mada. Setelah menumpas pejabat Kerajaan Majapahit yang menghalangi visi misinya, strategi-strategi lain diatur untuk menuju kepada tujuan visi misi tersebut.



Strategi tersebut didasarkan pada kebijakan-kebijakan yang direalisasikan dalam peraturan hukum. Peraturan hukum Majapahit diambil dari Kitab Hukum Kutara Manawa, kandungannya yakni ketentuan umum mengenai denda, astadusta atau delapan macam pembunuhan, kawula atau perlakuan terhadap hamba, dan astacorah atau delapan macam pencurian.

Kemudian ada sahasa atau paksaan, adol-tuku atau jual beli, sanda atau gadai, ahutang-apihutang atau utang piutang, titipan tukon atau mahar, kawarangan atau perkawinan, dan paradara (mesum). Berikutnya, ada drewe kaliliran (warisan), wakparusya (caci maki), dan daparusya (menyakiti), kagelehan atau kelalaian, atukaran atau pertengkaran, bhumi atau tanah, serta duwilatek atau fitnah.

Hingga dilantik menjadi Mahapatih Majapahit, Gajah Mada terkenal dengan sifat kepemimpinannya dan kecerdikannya. Tak heran bila karena kebijakannya, Kerajaan Majapahit begitu disegani di seluruh Nusantara. Mahapatih ini bisa menyatukan beberapa wilayah di Nusantara, sebagai perwujudan dari Sumpah Amukti Palapa.



Mahapatih Gajah Mada, memiliki sifat wicakseneng sebagaimana Kakawin Negarakertagama. Hal ini juga dituliskan oleh Enung Nurhayati dalam bukunya berjudul " Gajah Mada Sistem Politik dan Kepemimpinan". Wicakseneng berasal dari bahasa Sansekerta, yang berarti cerdas, pandai, bijaksana, berpengalaman dalam, mengetahui tentang, ahli dalam.

Maka bisa disimpulkan dari arti bahasa Sansekerta ini, Gajah Mada dinyatakan sebagai pemimpin yang mempunyai sifat wicakseneng naya, karena dia seorang pemimpin yang pandai dalam berdiplomasi dan pandai mengatur siasat. Gajah Mada mahir melakukan konsolidasi dan berdiplomasi dengan kerajaan-kerajaan lain di wilayah Nusantara.

Hasil diplomasi ini terbukti banyak lawan yang bertekuk lutut di hadapan Gajah Mada. Strategi perang Gajah Mada pun bisa menjadikan musuh-musuhnya tidak kuasa menghadapi tipu muslihat yang dilakukan Gajah Mada, misalnya saat Gajah Mada menyerang Bali.



Gajah Mada bisa menetapkan kebijaksanaan dan memformulasikan strategi-strategi untuk mencapai tujuan dalam mengembangkan Majapahit. Gajah Mada mampu membuat satu visi persatuan Nusantara, sehingga Majapahit mempunyai kekuasaan melebihi Jawa.

Visi Gajah Mada tersebut ditransformasikan ke dalam misinya melalui Sumpah Palapa. Berdasarkan misi Sumpah Palapa, selanjutnya ditentukan sasaran dan tujuan segar lebih terperinci untuk dilaksanakan. Bentuk dari pembagian misi itu, Gajah Mada menentukan wilayah-wilayah yang menjadi sasaran dan tujuan penaklukan dari Sumpah Palapa.

Wilayah-wilayah yang menjadi sasaran Gajah Mada yaitu Gurun, Seran, Tanjungpura, Haru Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, dan Tumasik. Bahkan dalam sumpahnya, Gajah Mada sesumbar akan berusaha menaklukkan pulau-pulau di luar Majapahit, sebelum ia akan beristirahat.



Sumpah Amukti Palapa yang diucapkan Gajah Mada itu, justru mendapat hinaan dan tertawaan dari para pejabat di Kerajaan Majapahit. Pejabat Kerajaan Majapahit, seperti Ra Kembar, dan Ra Banyak menuding sumpah itu sebagai omong kosong dan tidak masuk akal.

Namun Gajah Mada tetaplah Gajah Mada yang teguh dalam pendiriannya. Dia mencoba meyakinkan mereka dengan merumuskan strategi-strategi yang praktis, untuk menaklukkan wilayah-wilayah yang jadi incarannya.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3102 seconds (0.1#10.140)