2 Tahun Pandemi COVID-19, Angka Stunting di Jatim Tinggal 23,5%
loading...
A
A
A
SURABAYA - Angka stunting atau kekurangan asupan gizi kronis di Jatim mengalami penurunan, selama terjadi pandemi COVID-19. Pada tahun 2019, angka stunting di Jatim sebesar 26,85 persen, tahun 2020 turun sebesar 25,64, dan tahun 2021 kembali turun menjadi 23,5 persen.
Penurunan angka stunting ini disampaikan Ketua Tim Penggerak PKK Jatim, Arumi Bachsin Elestianto Dardak setelah mengikuti forum diskusi TP PKK dalam mendukung program Pemprov Jatim selama tiga tahun di Kantor Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim, Rabu (23/2/2022).
Arumi menyebut, berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes), prevalensi atau faktor risiko stunting di Jatim mengalami penurunan sejak tahun 2019-2021.
"Ketika awal pandemi COVID-19, saya kira sulit menurunkan angka stunting. Tapi ternyata tidak. Penghargaan untuk tenaga kesehatan dan seluruh kader posyandu yang ikut berkontribusi di masa pandemi," kata Arumi.
Mantan artis ini menambahkan, berbagai langkah pun dilakukan PKK. Yakni melalui pengoptimalan pekarangan sebagai sumber cadangan pangan dan gizi keluarga. Kemudian pelaksanaan pola konsumsi beragam, bergizi, seimbang dan aman (B2SA). "Secara perlahan-lahan, angka stunting dapat ditekan," ujarnya.
Menurut Arumi, stunting mendapat atensi dan menjadi prioritas Pemprov Jatim dan TP PKK. Dari isu stunting, ada tiga program yang sudah dilakukan selama tiga tahun di masa kepemimpinan Khofifah-Emil untuk menurunkan stunting. Yakni peningkatan ekonomi keluarga untuk pencegahan stunting dengan melakukan pengembangan wirausaha, sosialisasi pengoptimalan pekarangan sebagai sumber cadangan pangan dan gizi keluarga serta pelaksanaan pola konsumsi B2SA Berbasis Sumber Daya Lokal.
Penurunan angka stunting ini disampaikan Ketua Tim Penggerak PKK Jatim, Arumi Bachsin Elestianto Dardak setelah mengikuti forum diskusi TP PKK dalam mendukung program Pemprov Jatim selama tiga tahun di Kantor Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim, Rabu (23/2/2022).
Arumi menyebut, berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes), prevalensi atau faktor risiko stunting di Jatim mengalami penurunan sejak tahun 2019-2021.
Baca Juga
"Ketika awal pandemi COVID-19, saya kira sulit menurunkan angka stunting. Tapi ternyata tidak. Penghargaan untuk tenaga kesehatan dan seluruh kader posyandu yang ikut berkontribusi di masa pandemi," kata Arumi.
Mantan artis ini menambahkan, berbagai langkah pun dilakukan PKK. Yakni melalui pengoptimalan pekarangan sebagai sumber cadangan pangan dan gizi keluarga. Kemudian pelaksanaan pola konsumsi beragam, bergizi, seimbang dan aman (B2SA). "Secara perlahan-lahan, angka stunting dapat ditekan," ujarnya.
Menurut Arumi, stunting mendapat atensi dan menjadi prioritas Pemprov Jatim dan TP PKK. Dari isu stunting, ada tiga program yang sudah dilakukan selama tiga tahun di masa kepemimpinan Khofifah-Emil untuk menurunkan stunting. Yakni peningkatan ekonomi keluarga untuk pencegahan stunting dengan melakukan pengembangan wirausaha, sosialisasi pengoptimalan pekarangan sebagai sumber cadangan pangan dan gizi keluarga serta pelaksanaan pola konsumsi B2SA Berbasis Sumber Daya Lokal.