Anggota DPR Asal Sulsel Dorong Perkuat Pengawasan Pupuk Subsidi Secara Digital
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Anggota Komisi IV DPR RI , Andi Akmal Pasluddin, kembali menegaskan pentingnya pengawasan penyaluran pupuk bersubsidi di berbagai daerah. Selain menerapkan digitalisasi, pemerintah dan produsen pupuk diminta tidak ragu untuk memecat distributor dan kios resmi yang terbukti melakukan pelanggaran.
Hal tersebut disampaikan Andi Akmal saat melakukan kunjungan kerja anggota Komisi IV DPR RI ke Perum Bulog Kantor Perwakilan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat di Makassar, belum lama ini. “Kalau terbukti nakal copot saja izinnya. Cabut pak, jangan melihat siapa di belakangnya,” ujar Andi Akmal, anggota DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Selain memberikan sanksi tegas, Andi Akmal juga menekankan sekaligus mendorong pentingnya pemanfaatan teknologi digital. Karena dengan digitalisasi, pemerintah dan produsen dapat memperkuat sistem pengawasan. Terlebih PT Pupuk Indonesia (Persero) , sebagai produsen pupuk bersubsidi, memiliki kinerja keuangan yang sangat bagus. Sehingga sudah seharusnya memiliki sistem pengawasan digital yang lebih baik.
Lebih lanjut, Andi Akmal juga meminta kepada Pupuk Indonesia untuk memperluas program Agro Solution, atau kini bernama Makmur. Karena program ini dapat melayani petani secara lengkap. Mulai dari pasokan pupuk komersil, benih, permodalan, jaminan pembelian hasil panen (off taker), hingga asuransi. Hal ini tentunya dapat meningkatkan semangat petani untuk menanam, sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap pupuk bersubsidi.
“Tapi jangan hanya 50 ribu hektar, kalau bisa satu juta hektar sampai seluruh Indonesia. Di Sulsel ini baru satu desa saja, ini baru bisa kelihatan bahwa petani bisa kita bantu,” ujar Andi Akmal, yang juga legislator Senayan asal Provinsi Sulsel.
Sementara itu, Direktur Pemasaran Pupuk Indonesia, Gusrizal, menyatakan bahwa pihaknya senantiasa memperkuat pengawasan penyaluran pupuk bersubsidi pada wilayah yang menjadi tanggungjawabnya. Wilayah ini terdiri dari Lini I di produsen, Lini II di gudang penyangga provinsi, Lini III di gudang kabupaten, hingga Lini IV di kios resmi.
Untuk proses distribusi pada Lini I sampai Lini III, semuanya telah terdigitalisasi dengan baik. Namun dari Lini IV ke petani pelaporannya masih manual. Oleh karena itu, Pupuk Indonesia bersama pemerintah akan menerapkan sistem yang lebih handal dan saling terintegrasi.
“Hasil Rakornas dengan Kemenko, kami bersama Kementan akan menggunakan sistem yang lebih handal,” jelas Gusrizal.
Selain itu, Pupuk Indonesia juga akan menambah jumlah petugas lapangan di berbagai daerah. Para petugas ini akan melakukan proses pengawasan secara digital dan berjenjang. Selanjutnya, Pupuk Indonesia juga akan terus meningkatkan kerjasama dengan aparat penegak hukum terkait pelaporan penyimpangan pupuk bersubsidi .
Adapun terkait program Agrosolution atau Makmur, Gusrizal menyebutkan bahwa realisasi tanam pada tahun 2021 berhasil mencapai 70 ribu hektar lebih, dari target 50 ribu hektar. Sedangkan pada tahun 2022, Pupuk Indonesia meningkatkan target luas tanam pada 250 ribu hektar lahan pertanian.
“Jadi di 2022 mudah-mudahan bisa lima kali lipat, dan kami sudah melakukan program ini di seluruh Indonesia. Terutama di daerah sentra tanaman,” jelas Gusrizal.
Hal tersebut disampaikan Andi Akmal saat melakukan kunjungan kerja anggota Komisi IV DPR RI ke Perum Bulog Kantor Perwakilan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat di Makassar, belum lama ini. “Kalau terbukti nakal copot saja izinnya. Cabut pak, jangan melihat siapa di belakangnya,” ujar Andi Akmal, anggota DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Selain memberikan sanksi tegas, Andi Akmal juga menekankan sekaligus mendorong pentingnya pemanfaatan teknologi digital. Karena dengan digitalisasi, pemerintah dan produsen dapat memperkuat sistem pengawasan. Terlebih PT Pupuk Indonesia (Persero) , sebagai produsen pupuk bersubsidi, memiliki kinerja keuangan yang sangat bagus. Sehingga sudah seharusnya memiliki sistem pengawasan digital yang lebih baik.
Lebih lanjut, Andi Akmal juga meminta kepada Pupuk Indonesia untuk memperluas program Agro Solution, atau kini bernama Makmur. Karena program ini dapat melayani petani secara lengkap. Mulai dari pasokan pupuk komersil, benih, permodalan, jaminan pembelian hasil panen (off taker), hingga asuransi. Hal ini tentunya dapat meningkatkan semangat petani untuk menanam, sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap pupuk bersubsidi.
“Tapi jangan hanya 50 ribu hektar, kalau bisa satu juta hektar sampai seluruh Indonesia. Di Sulsel ini baru satu desa saja, ini baru bisa kelihatan bahwa petani bisa kita bantu,” ujar Andi Akmal, yang juga legislator Senayan asal Provinsi Sulsel.
Sementara itu, Direktur Pemasaran Pupuk Indonesia, Gusrizal, menyatakan bahwa pihaknya senantiasa memperkuat pengawasan penyaluran pupuk bersubsidi pada wilayah yang menjadi tanggungjawabnya. Wilayah ini terdiri dari Lini I di produsen, Lini II di gudang penyangga provinsi, Lini III di gudang kabupaten, hingga Lini IV di kios resmi.
Untuk proses distribusi pada Lini I sampai Lini III, semuanya telah terdigitalisasi dengan baik. Namun dari Lini IV ke petani pelaporannya masih manual. Oleh karena itu, Pupuk Indonesia bersama pemerintah akan menerapkan sistem yang lebih handal dan saling terintegrasi.
“Hasil Rakornas dengan Kemenko, kami bersama Kementan akan menggunakan sistem yang lebih handal,” jelas Gusrizal.
Selain itu, Pupuk Indonesia juga akan menambah jumlah petugas lapangan di berbagai daerah. Para petugas ini akan melakukan proses pengawasan secara digital dan berjenjang. Selanjutnya, Pupuk Indonesia juga akan terus meningkatkan kerjasama dengan aparat penegak hukum terkait pelaporan penyimpangan pupuk bersubsidi .
Adapun terkait program Agrosolution atau Makmur, Gusrizal menyebutkan bahwa realisasi tanam pada tahun 2021 berhasil mencapai 70 ribu hektar lebih, dari target 50 ribu hektar. Sedangkan pada tahun 2022, Pupuk Indonesia meningkatkan target luas tanam pada 250 ribu hektar lahan pertanian.
“Jadi di 2022 mudah-mudahan bisa lima kali lipat, dan kami sudah melakukan program ini di seluruh Indonesia. Terutama di daerah sentra tanaman,” jelas Gusrizal.
(tri)