Cerita Pengrajin Tahu Tempe yang Memilih Mogok dan Pulang Kampung Imbas Mahalnya Harga Kedelai

Senin, 21 Februari 2022 - 15:43 WIB
loading...
Cerita Pengrajin Tahu Tempe yang Memilih Mogok dan Pulang Kampung Imbas Mahalnya Harga Kedelai
Perajin tahu tempe mogok, produksi dan sebagian dari mereka memilih pulang kampung. Foto: MPI/Nilakusuma
A A A
KARAWANG - Ratusan pengrajin dan penjual tahu tempe di Karawang mulai melakukan aksi mogok jualan di pasar Karawang, Senin (21/2/22).

Selain aksi mogok banyak penjual tahu tempe memilih pulang kampung sambil menunggu harga kembali normal. Para pengrajin mengaku berhenti memproduksi tahu tempe hingga harga kedelai turun.

"Aksi mogok produksi dilakukan selama tiga hari mulai hari Senin ini (21/2) hingga Rabu (23/2). Setelah itu kami menunggu arahan dari Kopti Jabar apakah dilanjut atau tidak. Intinya kami menunggu respons pemerintah agar menurunkan harga kedelai," kata Sidik Rilahi.(41), pengrajin tahu tempe asal Kampung Kepuh, Kelurahan Karangpawitan, Kecamatan Karawang Barat, Senin (21/2/22).



Berdasarkan pemantauan MPI, salah satu pusat produksi tahu tempe di Kampung Kepuh Kelurahan Karangpawitan terlihat kosong. Hanya dua orang yang terlihat sibuk membereskan peralatan produksi tahu tempe yang terbuat dari kayu.



Padahal biasanya puluhan orang sibuk bekerja membuat tahu dan tempe. "Karyawan sudah pulang semua sejak kemarin karena sudah tidak ada yang dikerjakan. Ada sebagian karyawan karena mereka memang tinggal di sini," katanya.

Sementara itu, Mustopa (41) pengrajin tahu tempe di Kecamatan Rengasdengklok mengaku sudah berhenti produksi. Bahkan sebagian penjual keliling yang biasa mengambil dagangannya sudah banyak yang pulang kampung.



"Pembeli sudah mulai sepi sehingga pedagang memilih untuk pulang kampung sambil menunggu harga normal kembali. Kalau di kampung bisa bantu keluarga di sawah atau kebun, ada hasilnya," kata Mustopa.

Menurut dia, produksi tahu tempe di wilayah Rengasdengklok dan sekitarnya mengalami penurun sejak kenaikan harga kedelai. Itu lantaran para perajin tempe menurunkan jumlah produksinya karena sepi pembeli.

"Harga tahu tempe sudah mahal sejak kenaikan harga bahan baku kedelai. Akibatnya pembeli juga menurun sehingga produksi juga ikut turun," katanya.



Mustopa mengatakan, dalam situasi normal dia bisa menghabiskan 2 kuintal kedelai dalam satu hari. Namun sejak harga kedelai naik menjadi Rp12 ribu per kilogramnya, dia hanya kuat menghabiskan 1 kuintal kedelai untuk membuat tahu tempe.

"Kami kurangi produksi karena permintaan turun. Itu juga masih ada sisa dagangan karena para penjual keliling sudah pada pulang kampung," ungkapnya.

Menurut Mustopa, pedagang keliling biasanya mengambil dagangan tahu tempe dan dijual keliling kampung. Sebagian juga dijual di Pasar Rengasdengklok. Namun setelah harga naik, para pedagang mengeluh karena sepi pembeli.

"Mereka memilih pulang kampung sampai harga normal kembali. Sudah dicoba jual keliling, namun pembelinya sepi," tukasnya.
(nic)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1760 seconds (0.1#10.140)