Tongkat Sakti Sunan Bonang Ubah Pohon Jadi Emas dan Keluarkan Mata Air

Kamis, 27 Januari 2022 - 05:30 WIB
loading...
Tongkat Sakti Sunan Bonang Ubah Pohon Jadi Emas dan Keluarkan Mata Air
Sunan Bonang saat bertemu dengan Lokajaya. Foto: Istimewa/SINDOnews
A A A
SUNAN Bonang lahir pada 1465 Masehi. Ayahnya adalah Sunan Ampel. Sedang ibunya Nyai Ageng Manila, putri Adipati Tuban yang bernama Aryo Tejo. Sunan Bonang sendiri memiliki nama asli Maulana Makdum Ibrahim.

Cerita tentang Sunan Bonang, kerap diselimuti kisah mistis. Salah satu yang sering diceritakan adalah tongkat saktinya.

Tongkat ini kerap dibawa oleh Sunan Bonang. Bahkan, perampok Raden Said rela bertapa dan menunggui tongkat sakti itu siang dan malam selama tiga tahun, saat ditinggal Sunan Bonang melakukan syiar Islam.



Demikian Cerita Pagi kali ini akan mengulas secara singkat tongkat sakti Sunan Bonang itu. Dikisahkan, kesaktian Sunan Bonang terdengar sampai ke India. Hal ini membuat pemuka agama Hindu di India menjadi cemas.

Mereka tidak rela Islam menggeser dominasi Hindu di Jawa. Maka, diutuslah seorang brahmana sakti untuk mengadu ilmu dan berdebat soal agama dengan Sunan Bonang. Tidak diketahui siapa nama brahmana sakti tersebut.

Singkat cerita, brahmana itu berlayar ke Tuban. Dia membawa bekal buku agama dan ilmu pengetahuan untuk berdebat.



Tetapi nahas, sebelum mendarat di Tuban, perahu yang ditumpanginya kandas digulung ombak. Buku-buku yang dibawa hilang terbawa arus. Namun, brahmana itu selamat. Dia pingsan dan terdampar sendirian di pinggir pantai.

Saat dirinya mulai siuman, matanya melihat sesosok pria berubah putih berjalan kearahnya. Pria itu membawa tongkat dan menancapkannya di hadapan brahmana itu. Dia lalu bertanya, siapakah tuan dan untuk keperluan apa ke Tuban?

Sang brahmana pun menjawab, dia mencari seseorang bernama Sunan Bonang, karena urusan yang sangat penting.



Dia menceritakan niatnya untuk berdebat dan mengadu kesaktian dengan Sunan Bonang. Namun, perahunya digulung ombak dan dia terdampar di pinggir sungai. Saat mendengar keterangan itu, Sunan Bonang mencabut tongkatnya.

Lalu, secara tiba-tiba keluar air yang memancar sangat deras dari lubang yang ditancapkan oleh tongkat itu. Ajaibnya, buku-bukunya yang hilang terbawa arus, tiba-tiba muncul dari aliran air tersebut, tanpa basah sedikitpun.

Melihat kesaktian orang itu, sang brahmana tersadar bahwa pria berjkubah itulah Sunan Bonang, orang yang dicarinya.



Hingga kini, jejak karomah Sunan Bonang berupa mata air itu masih bisa ditemukan di Tuban. Mata air itu diberi nama Sumur Brumbung. Karena pantainya terus terkikis, maka lokasi mata air itu menjorok jauh dari garis pantai.

Hebatnya lagi, air dari mata air itu tidak terasa asin alias tawar. Sang brahmana pun takluk kepada Sunan Bonang.

Selain brahmana sakti asal India, tongkat sakti Sunan Bonang juga berhasil menaklukkan perampok sakti Raden Said. Belakangan, dia bahkan menjadi murid Sunan Bonang yang paling tangguh dan diberi nama Sunan Kalijaga.



Raden Said merupakan putra Adipati Tuban. Dia Merampok karena kasihan dengan rakyat miskin. Maka itu, sasaran perampokannya selalu orang kaya. Untuk menyembunyikan identitasnya, dia memakai nama Berandal Lokajaya.

Setiap orang kaya yang lewat hutan di Tuban, takut saat mendengar Berandal Lokajaya. Hingga suatu ketika, Sunan Bonang melintas di wilayah kekuasaan Raden Said. Dia lalu dicegat dan dirampok oleh Lokajaya.

Tetapi Sunan Bonang tidak punya uang. Dia hanya membawa tongkat sakti yang selalu dibawa kemana dia pergi.



Dengan tongkatnya, dia lalu menunjuk sebuah pohon Aren yang berada tidak jauh di depannya. Dengan kesaktiannya, buah pohon Aren itu diubah menjadi emas. Melihat karomah itu, Raden Said langsung bersimpuh di kaki Sunan Bonang.

Dia bahkan meminta agar dijadikan murid Sunan Bonang. Permintaan itu dikabulkan, dengan syarat Raden Said harus menjaga tongkatnya, sampai dia kembali ke tempat itu. Raden Said pun menyanggupinya syarat Sunan Bonang.

Tongkat pun ditancapkan di pinggir kali. Raden Said lalu duduk bersila di atas batu menunggui tongkat itu. Sedangkan Sunan Bonang pergi melanjutnya syiar Islam. Setelah bertahun-tahun kemudian, dia kembali ke tempat itu.



Ternyata benar, Raden Said masih bertapa menunggui tongkat itu. Seluruh tubuh Raden Said sudah dipenuhi oleh semak belukar. Raden Said pun dibangunkan dan diajak ke pondok pesantren untuk mendalami ilmu agama Islam.

Setelah berhasil menguasai ilmu agama tingkat tinggi, Raden Said pun diberi gelar dan menjadi Sunan Kalijaga.

Sampai di sini ulasan singkat Cerita Pagi hari ini ditutup, semoga memberikan manfaat. Kritik dan saran atas ulasan ini sangat diharapkan penulis.

Sumber tulisan:
1. Asti Musman, Sunan Bonang Wali Keramat, Araska, 2021.
2. Edy Santosa, Cerita Rakyat Tuban, Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo), 2004.
(hsk)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3070 seconds (0.1#10.140)